Selasa, 31 Mei 2016



LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN BRONKIOLITIS PADA AN. V  DI RUANG SERUNI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TEMANGGUNG

KTI
Disusun untuk memenuhi sebagai syarat mata kuliah Tugas Akhir
Pada Program Studi D III Keperawatan Magelang



 








Oleh:
Restu Putri Lutfia Akhsani
NIM. P17420513068


PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN MAGELANG
JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
MARET, 2016
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN BRONKIOLITIS PADA AN. V DI RUANG SERUNI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TEMANGGUNG


KTI
Disusun untuk memenuhi sebagai syarat mata kuliah Tugas Akhir
Pada Program Studi D III Keperawatan Magelang











Oleh:
Restu Putri Lutfia Akhsani

NIM. P17420513068



PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN MAGELANG
JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
MARET, 2016








 





























































































KATA PENGANTAR
            Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul Asuhan Keperawatan dengan Bronkiolitis pada An.V di Ruang Seruni Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung. Dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini penulis banyak menghadapi masalah dan hambatan. Tetapi berkat bantuan, arahan serta bimbingan dari berbagai pihak maka karya tulis ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1.      Sugiyanto, S.Pd. M. App. Sc, Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk melaksanakan studi khususnya dalam pembuatan karya tulis ilmiah.
2.      Putrono, S.Kep. Ns, M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang.
3.      Hermani Triredjeki, Ketua Program Studi D III Keperawatan Magelang yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk melaksanakan studi khususnya dalam pembuatan karya tulis ilmiah.
4.      Hermani Triredjeki, selaku pembimbing penyusunan karya tulis ilmiah.
5.      Susi Thalib Tentrem dan Tulus Puji Hastuti, selaku tim penguji karya tulis ilmiah.
6.      Bapak dan Ibu dosen beserta para staf Program Studi Keperawatan Magelang.
7.      Staf perpustakaan Program Studi Keperawatan Magelang atas bantuannya dalam peminjaman buku-buku referensi.
8.      Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan doa dan memberikan motivasi, dukungan moril dan materiil untuk segera menyelesaikan karya tulis ilmiah.
9.      Endah Nur Arifah dan Feby Aulia Wilda yang selalu memberikan motivasi untuk segera menyelesaikan karya tulis ilmiah.
10.  Teman-temanku seperjuangan di kelas Nakula yang memberikan semangat dan doa.
11.  Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun sebagai masukan untuk melengkapi dan memperbaiki karya tulis ini. Semoga proposal ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat memberikan kontribusi bagi kemajuan profesi keperawatan.



                                                                        Magelang, Maret 2016


                                                                                    Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xi
BAB I : PENDAHULUAN................................................................................ 1
A.    Latar Belakang Masalah................................................................... 1
B.     Tujuan Penulisan............................................................................... 4
C.     Manfaat Penulisan............................................................................ 5
BAB II :TINJAUAN PUSTAKA................................................................... .. 6
A.    Konsep Bronkiolitis.......................................................................... 6
1.      Definisi ...................................................................................... 5
2.      Etiologi ...................................................................................... 6
3.      Manifestasi Klinis ...................................................................... 6
4.      Anatomi Fisiologi ...................................................................... 7
5.      Patofisiologi ............................................................................... 9
6.      Pemeriksaan penunjang .............................................................. 12
7.      Penatalaksanaan ......................................................................... 12
B.     Tumbuh Kembang............................................................................ 13
C.     Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Bronkiolitis.................... 30
1.      Pengkajian .................................................................................. 30
2.      Diagnosa Keperawatan .............................................................. 35
3.      Perencanaan ............................................................................... 38
4.      Evaluasi ...................................................................................... 41

BAB III : LAPORAN KASUS ......................................................................    43
A.    Biodata Klien................................................................................    43
B.     Pengkajian.....................................................................................    43
C.     Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan.....................................    48
D.    Perencanaan Keperawatan.............................................................    48
E.     Pelaksanaan dan Evaluasi..............................................................    50
BAB IV : PEMBAHASAN DAN SIMPULAN ............................................ .. 58
A.    Pembahasan................................................................................... .. 58
B.     Simpulan........................................................................................ .. 72
C.     Saran................................................................................................  75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR TABEL

Tabel                                                                                                   Halaman
1.1 Perkembangan dan Pertumbuhan Fisik......................................... 15
1.2 Perkembangan Sistem Pernapasan................................................ 30
















                                       

DAFTAR GAMBAR

Gambar                                                                                               Halaman
2.1 Pathway Bronkiolitis ................................................................................ 7













                                                                              





DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1.      Asuhan Keperawatan
2.      Anatomi Sistem Pernapasan
3.      Lembar DDST
4.      Lembar Bimbingan
5.      Satuan Acara Penyuluhan
6.      Leaflet















BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Bronkiolitis adalah suatu peradangan pada bronkiolus yang disebabkan oleh virus (Suriadi 2010).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa menjelang tahun 2020 prevalensi bronkiolitis akan meningkat sehingga sebagai penyebab penyakit tersering peringkatnya meningkat dari ke-12 menjadi ke-5 dan sebagai penyebab kematian tersering peringkatnya juga meningkat dari ke 6 menjadi ke-3.
Jumlah kasus bronkiolitis di Amerika Serikat sebanyak 15.300 (17%) dari semua kasus perawatan pada anak di rumah sakit yaitu sebanyak 90.000 kasus. Kasus ini menyebabkan 4500 (5%) kematian setiap tahunnya. Frekuensi bronkiolitis di negara-negara berkembang hampir sama dengan di Amerika Serikat. Insiden terbanyak terjadi pada musim dingin atau musim hujan di negara-negara tropis (Rahajoe, 2010).
Menurut data di Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung prevalensi penyakit pada tahun 2014 hingga pertengahan juli 2015 yang menduduki peringkat pertama yaitu gastroentritis 361 (17.09%), kedua adalah typoid yaitu sebanyak 180 (8.52%), ketiga adalah bronkopneumonia sebanyak 34 (1.6%), yang keempat yaitu bronkiolitis sebanyak 21 kasus (0.99%) dan yang kelima yaitu bronkitis sebanyak 17 (0.8%) dari keseluruhan jumlah pasien anak-anak (usia 0-14 tahun) di Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung yaitu sebanyak 2.112 anak. Sedangkan bronkiolitis disini menduduki peringkat keempat
Penyakit ini umumnya disebabkan oleh respiratory syncytial virus (RSV), biasanya terjadi pada anak usia 2 sampai 12 bulan (Speer dalam Marni 2014)
 Apabila Bronkiolitis tidak segera ditangani maka dapat menyebabkan gagal napas, Apnea, hipoksia dan Bronkiolitis obliterans/degenerasi (Mandal, 2008).
Komplikasi dari bronkiolitis sendiri yaitu apnea, penyakit paru kronis, atelektasis, gangguan asam basa asidosis metabolik, alkalosis respiratorik, dan asidosis respiratorik dan bisa menimbulkan kematian.
Pencegahan terhadap penyakit Bronkiolitis dapat dilakukan dengan cara selalu mencuci tangan dengan benar sebelum menggendong bayi, minimalkan kontak dengan orang yang mengalami gejala common cold atau bronkiolitis, hindari membawa bayi ke tempat ramai, hindarkan bayi dari asap rokok (http://milissehat.web.id).
Berdasarkan data di atas, penulis akan menyusun laporan kasus dengan judul “Asuhan keperawatan dengan Bronkiolitis pada An.  di Ruang Seruni Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung


B.     Tujuan Penulisan
1.      Tujuan Umum
Menggambarkan kompetensi mahasiswa dalam melaksanakan asuhan keperawatan dengan pendekatan studi kasus Bronkiolitis di ruang Seruni Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung.
2.      Tujuan Khusus
Penulis dapat :
a.       Melakukan pengkajian pada anak dengan bronkiolitis di ruang Seruni Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung.
b.      Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien bronkiolitis di ruang Seruni Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung.
c.       Menyusun rencana tindakan keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan.
d.      Melakukan tindakan keperawatan berdasarkan intervensi yang telah ditentukan pada masing-masing diagnosa keperawatan.
e.       Melakukan evaluasi pada pasien bronkiolitis.
f.       Melakukan dokumentasi pada pasien bronkiolitis





C.     Manfaat penulisan
Manfaat praktis
1.      Manfaat bagi penulis
Penulis dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam memberikan asuhan keperawatan serta mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama pendidikan khususnya dalam penerapan asuhan keperawatan pada pasien Bronkiolitis.
2.      Bagi klien dan keluarga
Meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah kekambuhan serta dapat memberikan informasi mengenai perawatan pada pasien Bronkiolitis.
3.      Bagi pembaca
Sebagai panduan dalam menggambarkan masalah dan penatalaksanaan pada pasien Bronkiolitis.
4.      Bagi institusi
1)      Sebagai sarana pembelajaran bagi mahasiswa tentang studi kasus penatalaksanaan keperawatan anak pada pasien Bronkiolitis
2)      Menjadi kerangka acuan untuk melakukan studi kasus lebih lanjut dan sebagai wahana dalam pengembangan diri dalam bidang kognitif maupun ketrampilan dalam masalah keperawatan pada pasien Bronkiolitis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Konsep Bronkiolitis
1.      Definisi
a.       Bronkiolitis adalah penyakit infeksi akut pada alat pernapasan terutama pada bayi umur 2-6 bulan, menimbulkan obstruksi saluran napas kecil, disertai oleh gejala batuk, kesulitan bernapas, makan minum berkurang, wheezing, krepitasi, dan dapat mengakibatkan apnea (Widagdo, 2011).
b.      Bronkiolitis adalah suatu peradangan pada bronkiolus yang disebabkan oleh virus (Suriadi, 2010).
c.       Bronkiolitis adalah suatu peradangan pada bronkiolus yang menyebabkan obstruksi (penyempitan) akut jalan napas dan penurunan pertukaran gas alveoli, yang ditandai dengan sesak napas, mengi, dan hiperinflasi (terjebaknya udara) paru (Marni, 2014).
d.      Bronkiolitis adalah salah satu alasan yang paling sering untuk hospitalisasi bagi bayi yang berusia kurang dari satu tahun (Subanada dalam Marni, 2014)
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa bronkiolitis adalah penyakit infeksi yang ditandai dengan peradangan pada bronkiolus dan menyebabkan obstruksi akut jalan napas, dengan gejala sesak napas, mengi, dan hiperinflasi (terjebaknya udara) paru. Biasanya terjadi pada anak usia 2 sampai 12 bulan.
2.      Etiologi
Penyakit ini umumnya disebabkan oleh respiratory syncytial virus (RSV), biasanya terjadi pada anak usia 2 sampai 12 bulan (Speer dalam Marni 2014).
3.      Manifestasi Klinis
a.       Sering bersin dan banyak secret atau lendir
b.      Demam ringan
c.       Tidak dapat makan dan gangguan tidur
d.      Retraksi atau tarikan pada dinding dada; suprasternal, interkostal, dan subkostal pada inspirasi
e.       Napas cepat
f.        Terdapat wheezing
g.      Batuk
h.      Cemas
(Suriadi, 2010)



Anatomi sistem pernapasan
a.       Hidung
Hidung adalah tempat masuknya pernapasan. Di dalam hidung terdapat selaput lendir, bulu-bulu hidung, dan ujung saraf pembau serta konka.
Proses yang terjadi pada udara di dalam rongga hidung terbagi menjadi tiga.
1)      Penyaringan
Didalam rongga hidung terdapat selaput lendir dan bulu-bulu atau rambut-rambut hidung. Selaput lendir dan rambut-rambut hidung berfungsi menyaring debu atau benda asing yang masuk bersama udara.
2)      Penghangatan (pengaturan suhu)
Penghangatan dilakukan oleh konka (banyak kapiler darah) untuk mengubah suhu udara agar sesuai dengan suhu tubuh.
3)      pelembapan (pengaturan kelembapan)
Dengan bantuan lendir menjadikan udara kering yang masuk dalam rongga hidung menjadi lembab sebelum ke paru-paru.
b.      Faring
Berfungsi sebagai saluran bersama untuk sistem pernapasan dan pencernaan.

c.       Laring
Laring merupakan tempat melekatnya pita suara. Pada saat kamu berbicara, pita suara akan mengencang atau mengendor. Suara dihasilkan apabila udara bergerak melewati pita suara dan menyebabkan terjadinya getaran. Pita suara pada laki-laki lebih panjang dibanding pita suara perempuan.
d.      Trakea
Trakea merupakan pipa kaku tapi elastis yang panjangnya sekitar 10 cm. Trakea terletak dibagia leher dan sebagian di rongga dada. Dinding trakea dikelilingi cincin tulang rawan dan di bagian dalam rongga bersilia. Silia tersebut berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke dalam pernapasan.
Dinding trakea terdiri dari tiga lapisan sel yaitu:
1)      Lapisan dalam berupa jaringan epitel bersilia
2)      Lapisan tengah berupa otot polos dan cincin tulang rawan
3)      Lapisan luar berupa jaringan ikat.
e.       Bronkus
Trakea bercabang menjadi dua cabang trakea yang disebut bronkus. Cabang bronkus adalah bronkus kanan dan bronkus kiri.
1)         Bronkus kanan, menuju ke paru-paru kanan (3 lobus dan kedudukan lebih menurun)
2)         Bronkus kiri, menuju ke paru-paru (2 lobus dan kedudukan lebih mendatar).
f.       Bronkiolus
Bronkiolus (cabang-cabang bronkus), yaitu cabang-cabang bronkus yang makin masuk ke dalam paru-paru makin kecil dan halus dengan dinding yang tipis.
g.      Alveoulus
Alveolus (gelembung-gelembung paru), yaitu organ yang berbentuk seperti sekumpulan kantong (gelembung) dan tersusun atas selapis sel yang tipis dan elastis rata-rata diselubungi oleh kapiler darah, alveolus berjumlah ± 1.800 juta buah yang berfungsi sebagi tempat terjadinya pertukaran gas, yaitu O2 dari lingkungan sel-sel darah dan CO2 dari sel-sel darah ke lingkungan (http://budisma.net).
4.      Patofisiologi
Betz dan linda (2009) menyatakan bronkiolitis adalah suatu penyakit saluran pernapasan bawah yang disebabkan oleh masuknya RSV (Respiratory Syncytial virus) ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan. Bila virus tersebut masuk kedalam tubuh yang memiliki daya tahan tubuh lemah, maka mikroorganisme dapat masuk ke dalam bronkiolus lalu reaksi tubuh terhadap benda asing yaitu dengan membentuk antibodi, keluarnya mediator radang (histamin, bradikinin, prostaglandin) sehingga terjadi peningkatan produksi sekret kemudian akan muncul masalah keperawatan Ketidak Efektifan Bersihan Jalan Napas.
Produksi sekret yang berlebih dapat mengakibatkan kurangnya kebersihan mulut, nafsu makan menurun sehingga menyebabkan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan.
Selain itu produksi sekret meningkat juga menyebabkan obstruksi (penyempitan) karena tersumbatnya membran kapiler alveoli dan menghambat aliran oksigen ke dalam bagian kapiler yang terkena hal ini dapat menyebabkan hipoventilasi (ventilasi tidak memadai sehingga pertukaran gas terganggu) dan muncul masalah keperawatan Kerusakan Pertukaran Gas, karena terjadi hipoventilasi maka diperlukan penggunaan otot pernapasan sehingga menyebabkan kelelahan dan dapat mengakibatkan Intoleransi Aktivitas selain itu hipoventilasi juga dapat menyebabkan sesak napas dan muncul masalah keperawatan Ketidakefektifan Pola Napas.
Terjadi hiperinflasi (terjebaknya udara) pada paru merupakan akibat dari udara yang tidak terabsorbsi oleh karena terjadi konstriksi (pengencangan/pengempisan) pada bronkiolus selama ekspirasi. Dengan mekanisme terjadinya konstriksi dimana udara tidak dapat diabsorbsi maka akan terjadi atelektasis / halangan pada bronkus (Suriadi dan Rita Yuliani, 2010)


pathway                     
                                                RSV (Respiratory Syncytial Virus)
                                                            daya tahan tubuh lemah
                                          mikroorganisme masuk ke dalam bronkiolus
                                          reaksi tubuh terhadap benda asing (antigen)
                                                            membentuk antibodi
                        keluarnya mediator radang (histamin, bradikinin, prostaglandin)
                                                            produksi sekret


 
                                                tersumbatnya                                Kebersihan Mulut
membran
kapiler alveoli                                      Asupan Oral

menghambat                                       
aliran O2 ke
dalam bagian
kapiler yang terkena

sesak napas                              hipoventilasi                penggunaan otot pernapasan
                                                                       
   sianosis                                 kelelahan



Gambar 2.2. Pathway Bronkiolitis
Dikembangkan dari : Betz (2009), Suriadi (2010)
5.      Pemeriksaan Penunjang
a.       Pemeriksaan radiologi
Menunjukkan hiperinflasi dengan udara yang terperangkap, infiltrasi (penimbunan) perihiler ringan, dan atelektasis (ekspansi paru pada saat lahir yang tidak komplet). 
b.      Pemeriksaan darah
Terjadi peningkatan hemoglobin dan hematokrit. Sel darah putih juga mengalami peningkatan.
c.       Uji ELISA
(enzym Linked Immunofluorescent Assay) untuk mengidentifikasi kadar IL-4 dan IFN-γ dan adanya virus pada nasoparhyngeal.
d.      Untuk mengetahui respiratory syncytial virus (RSV) dilakukan dengan pemeriksaan dengan menggunakan test pack RSV dengan metode rapid enzyme immuno assay untuk mendeteksi antigen virus secara langsung yang diambil dari sediaan sekresi lendir nasofaring. Pengukuran faal paru menggunakan spirometer auto spiror discom 21 sesuai prosedur.
(Kusuma dalam Marni, 2014)
6.      Penatalaksanaan
a.       Pengobatan supportive
b.      Pemberian oksigen dengan humidifikasi, atau terapi aerosol (ribavirin, terbutalin, albuterol, dan aminophilin)
c.       Terapi cairan oral (seperti; pedialyte,) dan parenteral
d.      Istirahat
e.       Antibiotik bila sekunder dari infeksi bakteri
(Suriadi, 2010)
B.     Tumbuh Kembang
Pertumbuhan (growth) merupakan suatu proses anabolik, yaitu bertambahnya jumlah sel tubuh manusia dalam dimensi tingkat sel yang dapat diukur seperti panjang badan, berat badan, gigi geligi, dan proses metabolisme pertumbuhan (Needlman dalam IG.N. GDE Ranuh, 2013).
Perkembangan (development) merupakan proses diferensiasi sel tubuh, jaringan tubuh, yang kemudian membentuk organ dengan fungsinya yang kompleks, termasuk di sini perkembangan emosi, intelegensi, tingkah laku dalam interaksi dengan lingkungannya pertumbuhan (Needlman dalam IG.N. GDE Ranuh, 2013).
Perkembangan pada anak menurut Joyce (2009) mencangkup perkembangan fisik/motorik, bahasa, kognitif, sosialisasi.







Tabel 1.1
Pola perkembangan pada anak
Usia
Fisik/Motorik
Bahasa
Kognitif
Sosialisasi
1 bulan
Rata-rata pertambahan berat badan setiap minggu 140-200 gr sampai usia 6 bulan.
Rata-rata pertambahan tinggi badan setiap bulan 2,5 cm sampai usia 6 bulan.
Pernapasan melalui hidung.
Kepala terlukai jika tidak ditopang.
Punggung bungkuk dalam posisi duduk.
Tangan menggengam.
Dapat memutar kepala ke samping jika tengkurap.
Membuat gerakan merangkak jika tengkurap
Menangis jika tidak nyaman.
Membuat suara tenggorok yang pelan.










FASE SENSORIK-MOTORIK
Tahap reflektif
Egosentrik
Tidak bertujuan; tidak punya harapan tertentu.








Memandang wajah dengan sungguh-sungguh.
2 bulan











2 bulan
Lanjutan
Fontanel posterior menutup.
Dapat mengangkat kepala 450 jika tengkurap.
Jika ditopang dalam posisi duduk, kepala ditahan tetapi tiba-tiba jatuh ke depan.
Mengikuti objek dan suara secara visual.
Tangan lebih sering terbuka.
Reflek menggenggam menghilang.
Menangis yang berbeda.
Bahasa sendiri.
Mengeluarkan suara.

Secara sadar mengulangi aktivitas, mulai memperlihatk-an permulaan hubungan antara tindakan dan akibatnya.
Mengantisipasi pemberian makan.
Mulai membedakan diri sendiri dari oranglain.
Tahap reaksi sirkular primer
Berespons secara berbeda terhadap objek yang berbeda.
Dapat melakukan senyum sosial.
3 bulan







Meletakkan tangan di depan dan memandangnya.
Memegang giring-giring tetapi tidak mencoba mengambilnya.
Mengangkat dada, ditopang dengan tangan.
Kepala sedikit terlukai.
Mengikuti bunyi secara visual dengan memalingkan kepala.
Mampu menahan berat sebagian badan dengan kedua tungkai jika dipegang dalam posisi berdiri.
Reflek menggengam palmar melemah.
Menjerit.
Tertawa.
Mengeluarkan suara dalam berespons terhadap suara lain.
Seperti usia 2 bulan.
Mengenali wajah yang familier dan situasi yang tidak dikenal.
Berhenti menangis jika orangtua mendekati.





4 bulan










4 bulan lanjutan












Menahan kepala tetap stabil dalam posisi duduk.
Kepala hampir tidak terkulai jika di alihkan ke  posisi duduk.
Duduk tegak jika disangga.
Mengangkat kepala dan bahu 900 jika tengkurap.
Membalik dari punggung ke samping.
Memainkan kedua tangan.
Menjangkau objek tetapi dibuang.
Menggenggam objek dengan kedua tangan.
Mengikuti secara visual objek yang dijatuhkan.
Mulai mengeluarkan liur.
Refleks moro, refleks tonic neck, refleks ekstrusi, dan refleks rooting menghilang.
Tidur malam 10-12 jam.
Tidur siang 2-3 kali sehari.

Membuat suara konsonan (b, g, k, n, p) diselingi dengan suara seperti suara vokal.
Vokalisasi bervariasi dengan suara hati.
Seperti usia 2 bulan
Dapat berhubungan dengan oranglain (sosial).
Bosan jika ditinggal sendirian.
Minta perhatian dengan digoda.




5 bulan











5 bulan lanjutan
Kepala tidak terkulai.
Punggung lurus ketika beralih ke posisi duduk.
Menahan sebagian besar berat dengan kedua tungkai jika berdiri.
Duduk lebih lama jika punggung ditopang.
Bermain dengan kaki.
Memasukkan objek ke mulut.
Gigi mungkin mulai tumbuh.
Sama seperti usia 4 bulan.
Tahap reaksi sirkular sekunder.
Mencari objek di tempatnya menghilang.
Mengenali objek yang sebagian hilang.
Mengulangi tindakan yang menarik.
Daftar aktivitas luas (menendang, memukul, menarik, menepuk) yang menghasilkan aktivitas baru.
Meniru oranglain.
Mengenali orang asing.
Mempunyai perubahan suasana hati yang cepat.
Mengungkapkan sikap tidak senang jika objek yang disukai diambil.
6 bulan




































6 bulan lanjutan
Rata-rata pertumbuhan berat badan setiap minggu 90-150 gr selama 6 bulan berikutnya.
Mengunyah dan menggigit.
Memegang botolnya sendiri tetapi lebih suka dipegangi.
Mengangkat dada dan abdomen dari permukaan yang rata, bertumpu pada tangan.
Duduk di kursi yang lebih tinggi dengan punggung lurus.
Dapat membalikkan badan dengan sempurna dari perut kembali ke perut.
Memungut objek yang dijatuhkan.
Memanipulasi objek kecil.
Menarik kaki ke mulut.
Menyesuaikan postur untuk mengikuti objek secara visual.
Memperlihatkan reflek landau (ketika ditahan tengkurap, kepala diangkat, tulang belakang dan kaki ekstensi).
Berbicara dengan cermin.
Membuat satu suku kata (ma, da, uh).
Mulai meniru suara (mis, batuk)





Seperti usia 5 bulan
Memperlihatkan ketakutan pada orang asing.
Mengembangkan tangan ketika ingin memungut.
Menjadi sangat gembira jika anggota keluarga mendekat.
Tertawa jika kepala ditutupi dengan handuk.
7 bulan







Duduk dalam posisi tripod.
Mengangkat kepala dari atas meja jika telentang.
Bersemangat jika ditahan dalam posisi berdiri.
Memindahkan kubus dari satu tangan ke tangan yang lain.
Memegang kubus di setiap tangan.
Melempar kubus di atas meja.
Menggaruk benda-benda kecil.
Mendekati mainan dan mengambilnya dengan satu tangan.
Berespons jika namanya dipanggil.
Menunjukkan pilihan terhadap cita rasa makanan.
Suku kata berantai (mama, dada) tetapi belum bermakna. Mampu menghasilkan empat suara vokal yang berbeda.















Seperti usia 5 bulan.
Ketakutan pada orang asing meningkat.
Meniru
Batuk, menguap untuk menarik perhatian.
Mengatup bibir dalam berespons terhadap ketidaksukaan terhadap makanan.
Menggigit dan mengucapkan kata secara dibuat-buat.
Bermain ciluk-ba.
8 bulan







8 bulan lanjutan
Duduk sendiri dengan stabil.
Dapat berdiri dengan berpegangan sesuatu.
Mulai menjepit (dengan ibu jari dan jari-jari).
Melihat kubus ketiga ketika memegang kubus di setiap tangan.
Melepas objek dengan sadar.
Membunyikan bel.
Menjangkau mainan yang di luar jangkauan.
Mungkin terbangun di tengah malam.
Terbentuk pola berkemih dan buang air besar.

Membuat suara d, t, w.
Berespons terhadap perintah sederhana.






Seperti usia 5 bulan.
Koordinasi skema sekunder.
Objek permanen
Kecemasan terhadap orang asing dan ketakutan berpisah dari orang tua meningkat.
Mulai berespons terhadap kata “tidak-tidak”.
Mencari objek yang hilang.
Menunjukkan ketertarikan untuk menyenangkan orang tua.
9 bulan
Berusaha sendiri untuk berdiri
Merangkak, pertama-tama ke arah belakang.
Kembali ke posisi duduk jika bersandar ke depan, namun tidak dapat melakukan jika bersandar ke samping.

Permulaan inteligensia.
Memberi tanda terhadap kejadian.
Aktivitas mengarah ke tujuan.
Mungkin menunjukkan ketakutan untuk pergi tidur atau sendirian.
10 bulan









10 bulan lanjutan
Merangkak, beringsut ke depan dengan tangan.
Berdiri dengan memegang perabotan.
Mungkin meluncur (melangkah disisi-sisi perabotan dengan berpegangan pada perabotan).
Kembali seimbang dengan mudah jika duduk.

Menyebut mama dan da-da dengan sempurna.
Mungkin mengucapkan satu kata.

Seperti usia 9 bulan.
Melambaikan tangan, menyodorkan mainan ke orang lain, tetapi tidak melepasnya.
Mengulangi aktivitas yang menarik perhatian.
Bermain pantun.
Menangis jika dihardik.
,
11 bulan
Merangkak dengan abdomen tidak menyentuh lantai.
Berputar ketika duduk (menjangkau ke arah belakang untuk mengambil objek).
Menjatuhkan objek dengan sengaja untuk mereka ambil kembali.
Menempatkan objek di bagian dalam satu dengan lainnya.
Menggunakan krayon untuk membuat tanda di kertas.

Meniru suara yang diucapkan.
Seperti usia 9 bulan.
Mengekspresikan rasa frustasi jika dihalangi.
Bermain so-big, up-down, ciluk-ba
12 bulan




















12 bulan lanjutan
Berat badan tiga kali lipat.
Lingkar kepala dan dada sama besar.
Meluncur dengan baik.
Berjalan dengan bantuan.
Dapat duduk dari berdiri tanpa bantuan.
Minum dari gelas dan makan dengan sendok tetapi memerlukan bantuan.
Bekerjasama dalam berpakaian.
Membalik beberapa halaman buku pada suatu waktu.
Genggaman menjepit berkurang.
Syaraf lumbal berkembang sehingga lordosis ketika berjalan.

Mengucapkan dua kata atau lebih.
Selain mama dan da-da.
Mengenal objek dengan namanya.
Meniru suara binatang.














Seperti usia 9 bulan.
Berespons terhadap perintah sederhana.
Menggali dengan aktif.
Memeluk ibunya dalam situasi yang tidak dikenal.
Mungkin mengambil objek yang aman.
Memperlihatkan emosi.













13-18 bulan


























13-18 bulan lanjutan
Fontanel anterior menutup.
Abdomen menonjol.
Berjalan dengan jarak kaki yang lebar.
Menaiki tangga dengan bantuan, merangkak menuruni tangga.
Melemparkan bola yang ada di tangan.
Duduk sendiri di atas kursi kecil.
Memanjat.
Menarik mainan kedekatnya dan mendorong perabot yang ringan.
Meniru pekerjaan rumah tangga.
Meletakkan objek yang berbentuk ke dalam lubang.
Menulis dengan penuh semangat.
Meniru coretan vertikal dan melingkar.
Menyusun dua atau tiga kubus.
Tidur 10-12 jam, tidur siang satu kali.
Dapat membuka selimut sendiri selama tidur.
Pada usia 15 bulan, bayi mampu mengucapkan empat sampai enam kata, dan pada usia 18 bulan, 10 kata atau lebih.
Menunjuk objek yang diinginkan.
Menunjuk dua atau tiga bagian tubuh (18 bulan)

Tahap reaksi sirkular tersier.
Belajar trial dan error.
Aktif bereksperimen.
Meminta bantuan orang dewasa untuk menggapai hasil.
Memahami hubungan antara objek dan kegunaannya.
Minum dengan gelas tetapi menjatuhkannya jika telah selesai minum.
Memegang gelas dengan cukup baik di kedua tangan.
Menggunakan sendok tetapi memutar ujung sendok ke arah belakang sebelum sendok mencapai mulut.
Mungkin membuang botol.
Tidak begitu takut dengan orang asing.
Memeluk dan mencium anggota keluarga lain dan gambar di buku.
Temper tantrum mulai timbul.
Mulai menunjukkan kepemilikan.
Melepas pakaian yang sederhana.
24 bulan
































24 bulan lanjutan
Rata-rata pertambahan berat badan 1.8-2.7 kg.
Lingkar dada lebih besar daripada lingkar kepala.
Sistem fisiologis stabil kecuali untuk sistem reproduksi dan sistem endokrin.
Cara berjalan lebih stabil, seperti orang dewasa.
Melompat dengan kasar.
Dapat naik sepeda roda tiga.
Berjalan menaiki dan menuruni tangga dengan dua kaki pada setiap langkah.
Memegang pegangan tangga.
Mengumpulkan objek tanpa jatuh.
Menendang bola ke depan tanpa gangguan keseimbangan.
Memutar tombol pintu dan melepas tutup.
Menyusun enam sampai tujuh kubus.
Membalik halaman buku pada suatu waktu.
Mungkin dapat dilatih eliminasi pada siang hari.

Kosa kata kira-kira 300 kata.
Kalimat pendek dengan dua sampai tiga kata.
Menggunakan kata ganti.
Memberi nama pertama.
Mengungkapkan kebutuhan terhadap makanan, minuman, dan buang air.




Penemuan arti baru melalui kombinasi mental.
Permulaan penyelesaian masalah mental dan bermain. Mempunyai pengertian dan pemikiran ke masa depan.
Mampu memperlambat imitasi selama beberapa hari.
Suka membuang waktu.
Negativistik.
Temper tantrum menurun.
Memperlakukan anak lain seperti objek.
Ingin berteman tapi tidak tahu caranya.
Tidak dapat membagi barang miliknya.
Melakukan permainan paralel.
Memperlihatkan kemandirian dari ibunya yang meningkat.
Mengunyah dengan mulut tertutup.
Menggunakan sedotan.
Dapat mengenakan pakaian sederhana.
30 bulan









Berat badan empat kali lipat.
Gigi susu lengkap.
Menyusun menara dengan delapan kubus.
Menyalin lingkaran dari model contoh.
Melempar bola yang besar 1.2-1.5 m.
Berjalan beberapa langkah dengan ujung kaki.
Menyebutkan nama pertama dan nama terakhir.
Menikmati irama dan lagu.
Fase preoperasional
Tahap prakonseptual
Penggunaan simbol-simbol meningkat.
Egosentrik.
Pikiran representatif.
Bermain simbolik dan fantasi.
Mulai memahami konsep waktu.
Mudah berpisah dengan orang tua.
Memerhatikan perbedaan jenis kelamin.
Mandiri dalam melakukan eliminasi kecuali melakukan cebok.
36 bulan















36 bulan lanjutan
Rata-rata pertambahan berat badan 1.8-2.7 kg.
Berdiri seimbang dengan satu kaki selama 5 detik.
Melompat dengan langkah yang pendek.
Berjalan menaiki tangga dengan kaki bergantian.
Mungkin berusaha untuk menari tetapi keseimbangan masih belum stabil.
Menuang cairan dengan baik dari kendi.
Mulai menggunakan gunting.
Menguntai tasbih.
Menyusun menara dari 9 atau 10 kubus.
Menyalin tanda silang (X) dari contoh.
Mencuci tangan.
Memungkinkan untuk dilatih bereliminasi pada malam hari.
Tidur 10 sampai 15 jam. Tidur siang lebih sedikit.
Kosa kata kira-kira 900 kata.
Berbicara dalam kalimat terdiri dari 6 kata.
Menggunakan bicara telegrafik.
Banyak bertanya.









Mengulangi 3 angka.
Seperti usia 30 bulan.
Negativistik berkurang.
Ramah.
Mulai memahami melakukan perubahan.
Mampu membagi, tetapi sering menggunakan milik sendiri.
Mulai mempelajari peraturan-peraturan sederhana, tetapi subjek peraturan menurut interpretasi sendiri.
Menyebutkan jenis kelamin orang lain dengan benar.
Anak laki-laki cenderung lebih kuat mengenal ayahnya.
Dapat berpakaian sendiri dengan bantuan minimal.
Makan sendiri.
Mulai menggunakan garpu tetapi memegangnya dengan telapak tangan.
Mengunyah seperti orang dewasa.
Mungkinmempunyai rasa takut, terutama terhadap gelap atau binatang.
48 bulan




















48 bulan lanjutan
Panjang badan dua kali lipat.
Seimbang dengan satu kaki selama 10 detik.
Melompat dengan satu kaki.
Menangkap bola yang dilambungkan.
Mengikat tali sepatu.
Membuat jembatan tiruan dengan kubus.
Menggunakan gunting untuk memotong gambar.
Imunoglobulin G mencapai kadar orang dewasa.
Menggambar orang dalam 3 bagian.
Kosa kata 1500.
Tahu lagu-lagu sederhana.
Membesar-besarkan, menyombongka-n diri, mungkin biasa.
Memahami konsep di bawah, di atas, di samping, di depan.
Memahami analogi sederhana.
Tahap intuitif
Waktu dihubungkan dengan kejadian sehari-hari.
Dapat menghitung tapi tidak benar-benar.
Memahami makna dari angka-angka.
Percaya bahwa pikiran menyebabkan kejadian.
Tidak dapat menghemat benda.
Egosentrik menurun.
Mengulangi empat angka.
Menyebutkan satu atau lebih uang logam.
Suka mengadu.
Mungkin mempunyai teman bermain khayalan.
Independen.
Agresif, melakukan agresif pada anggota keluarga.
Memperlihatkan suasana hati yang berubah-ubah.
Mengikuti kelompok bermain yang kooperatif.
Menikmati hiburan.
Perintah lakukan dan jangan dilakukan adalah penting.
Mengidentifikasi orang tua dari lain jenis.
5 tahun















5 tahun lanjutan
Gigi tetap (permanen) mulai muncul.
Tangan dominan menetap.
Melompati tali.
Berjalan mundur dengan tumit ke ujung kaki.
Mungkin dapat mengikat tali sepatu.
Dapat menulis beberapa huruf dengan benar.
Dapat menulis nama panggilan.
Menggambar orang dengan enam atau tujuh bagian.
Menggunakan gunting atau pensil dengan baik.
Menyalin bentuk segitiga dan wajik.

Kosa kata kira-kira 1200.
Berbicara dengan konstan.
Menanyakan arti kata.











Menggunakan kata waktu dengan pemahaman yang lebih baik.
Tertarik pada kenyataan yang berhubungan dengan lingkungan.
Menyebutkan empat warna atau lebih.
Menyebutkan uang logam.
Menyebutkan nama-nama hari dalam seminggu.
Menyenangkan.
Dapat dipercaya.
Rasa takut lebih sedikit.
Ingin melakukan sesuatu dengan cara yang benar.
Lebih sering mencari-cari ibu karena lebih banyak melakukan aktivitas di luar rumah, seperti sekolah.
Lebih kuat mengenal orang tua yang sejenis.





6 tahun
Ketangkasan meningkat.
Melompat tali.
Bermain papan luncur, sepeda.
Dapat menjahit dengan kasar.




Menguraikan objek-objek dalam gambar.
Dapat membedakan kanan dan kiri.
Mengenali banyak bentuk.
Membaca dari ingatan.
Mematuhi tiga perintah berturut-turut.
Senang menggoda orang lain.
Mungkin menentang dan tidak sopan.
Kecemburuan terhadap adik lebih nyata.
Memperlihatkan temper tantrum.
Melakukan kecurangan untuk menang.Senang permainan meja.
7 Tahun









Membaca secara mekanis.
Mungkin melewati kata-kata seperti dia.




Mengulangi tiga angka urut ke belakang.
Membaca waktu untuk seperempat jam.
Senang mengolok-olok.
Anak wanita bermain dengan anak wanita, anak laki dengan anak laki.
Lugu terhadap masalah seks.
Cemas terhadap kegagalan.
Kadang-kadang malu atau sedih.
Peningkatan minat pada bidang spiritual.

8-9
tahun

















Kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat.
Menggunakan alat-alat yang umum, seperti palu dan alat rumah tangga .
Variasi ketrampilan lebih individual

Tahap operasional konkret (7-11 tahun)
Usia dengan pemikiran yang berhubungan.
Mampu mengelompokk-an, menyusun serial, mengurutkan.
Mempelajari prinsip-prinsip penghematan.
Mengetahui tanggal.
Menyebutkan nama-nama hari dan bulan secara berurutan.
Menghitung mundur dari 20 ke 1.
Membuat perbaikan dengan benar dari suatu segi.

Ekspansif. Ingin terlibat dalam segala sesuatu.
Mencari teman secara aktif.
Menyukai kelompok dan mode.
Suka membantu.
Memulai memuja pahlawan.

10-12
tahun
Pertambahan tinggi badan lambat.
Pertambahan berat badan cepat.
Perubahan tubuh yang berhubungan dengan pubertas mungkin tampak.
Erupsi gigi yang tersisa.
Memasak, menggergaji, mengecat, menggambar.
Mencuci dan menjemur pakaian sendiri.

Senang menulis surat.
Membaca untuk kesenangan atau tujuan tertentu.
FASE OPERASIONA-L FORMAL.
Pemikiran logis dan kemampuan menggunakan pemikiran abstrak berkembang.
Pemikiran reflektif, futuristik, multidimension-al.
Sangat tertarik pada bacaan, ilmu pengetahuan, usaha-usaha kreatif.
Demonstratif.
Teman sebaya dan orangtua penting.
Bersifat percakapan.
Mulai tertarik dengan lawan jenis.
Masa remaja awal










Pertambahan maksimum tinggi dan berat badan.
Anak perempuan mulai mendapat haid
Anak wanita tampak lebih gemuk.
Menjadi kikuk dan mempunyai postur yang jelek.
Mungkin mengalami keletihan.

Kikuk dan tidak konsisten dalam pemikiran abstrak.
Titik terendah dalam kreatifitas.
Berbeda dalam toleransi.
Menyesuaikan diri dengan standar kelompok.
Mencoba berbagai peran.
Ambivalen.
Suasana hati berubah-ubah.
Periode konflik yang
intens dengan orang
 tua.
Masa remaja awal lanjutan
Imunoglobulin A dan M mencapai kadar orang dewasa.
Bicara lama di telepon.

Anak laik-laki lebih menyukai olahraga.
Anak wanita membicarakan pakaian dan kosmetik.
Melamunkan sesuatu yang hebat.



Masa remaja perten-gahan













Anak wanita mencapai maturitas fisik.
Mampu mempertahankan argumen.












Kapasitas penalaran abstrak meningkat.
Menikmati kekuatan intelektual.
Memperhatikan masalah-masalah sosial dan filosofis.
Periode kreatif.
Introspektif.
Emosi masih tebal.
Hubungan anak-orang tua mencapai titik terendah.
Pelepasan dan hubungan ketergantungan orangtua-anak terjadi.
Takut ditolak teman sebaya.
Memahami norma-norma kelompok.
Kecenderungan seksual mulai terbentuk.
Berkencan menjadi hal yang penting.

Masa remaja akhir
Anak laki-laki mencapai maturitas fisik

Berpikir kompleks.
Kreatifitas memudar.
Mengejar karir.
Identitas seksual terbentuk.
Lebih nyaman dengan diri sendiri.
Konflik dengan keluarga lebih sedikit.
Kelompok sebaya kurang begitu penting.
Emosi lebih terkontrol.
Membentuk hunungan yang menetap (stabil).




Tabel 1.2
Perkembangan Sistem Pernapasan Menurut Muscari (2005)
Usia
Jumlah Pernapasan
Struktur dan Fungsi
Bayi
(0-1 tahun)
30-60 X/menit
1.      Pada saat lahir, paru-paru mengandung cairan dimana cairan ini akan digantikan oleh udara ketika bayi mulai bernapas.
2.      Saluran pernapasan bayi berukuran kecil dan relatif rapuh dan memberikan perlindungan yang tidak adekuat terhadap infeksi. Terlalu dekatnya jarak antara satu struktur dengan struktur lainnya memudahkan penyebaran infeksi.
3.      Permukaan alveolus yang masih terbatas untuk pertukaran gas.
Toodler/usia prasekolah
(1-6 tahun)
20-30 X/menit
1.      Volume paru meningkat
2.      Kerentanan terhadap infeksi menurun.

Usia sekolah
(6-12 tahun)
18-21 X/menit
1.      Sistem pernapasan mencapai kematangan seperti pada orang dewasa.
2.      Frekuensi pernapasan lebih lambat seiring dengan meningkatnya jumlah pertukaran udara setiap kali bernapas.
3.      Kapasitas paru lebih proporsional terhadap ukuran tubuh.
Remaja
(12-19 tahun)
16-20 X/menit
1.     Oksigenasi yang tidak adekuat terjadi saat sistem pertumbuhannya lambat dalam proporsi dengan keseluruhan tubuh.
2.     Laki-laki memiliki kapasitas vital lebih tinggi karena ukuran dada yang lebih besar dan kematangan kapasitas paru lebih lama dibandingkan perempuan pada usia 17 atau 18 tahun.

C.     Asuhan Keperawatan pada klien dengan Bronkiolitis
1.      Pengkajian
Menurut Gordon pola pengkajian kesehatan fungsional untuk anak meliputi:
a.       Persepsi kesehatan/penanganan
Persepsi kesehatan oleh pasien dan keluarga, tanggapan respon dari perawat atau dokter penanggulangan penyakit.
b.      Nutrisi-Metabolik
Mual, muntah, napsu makan menurun, penurunan berat badan hingga 20%
c.       Eliminasi
Kebiasaan BAB (diare, konstipasi, normal), kebiasaan BAK
d.      Aktivitas/Latihan
Keletihan, kelelahan, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit bernapas.
e.       Kognitif-Perseptual
Status mental : sadar, bingung, tidak ada respon. Bicara : normal, afasia, blocking
f.       Istirahat/Tidur
Waktu tidur, jumlah, kualitas
g.      Persepsi Diri/Konsep Diri
Harga diri, ideal diri, identitas diri, gambaran diri.
h.      Peran/Hubungan
Status pasien
i.        Koping/Toleransi Stress
Menggambarkan kemampuan untuk mengangani stress dan penggunaan sistem pendukung
j.        Pola Reproduksi/Seksual
Jenis kelamin, menggambarkan kepuasan atau masalah yang dirasakan dengan seksualitas.
k.      Pola Keyakinan dan Nilai
Menggambarkan sistem spiritual, nilai kepercayaan.
l.        Pola pernapasan
Napas pendek (dyspneu), batuk, terdapat suara wheezing, nilai GDA (Gas Darah Arteri) tidak normal atau mengalami hipoksia dan hipoksemia, ekspirasi memanjang, penggunaan otot bantu pernapasan.
2.      Pemeriksaan fisik
a.       Penampilan Umum : observasi wajah, poster, higiene, nutrisi, perilaku, perkembangan, status kesadaran.
b.      Kepala : kaji bentuk dan kesimetrisan, postur kepala, palpasi tengkorak, apakah ada fontanel, nodus, pembengkakan yang nyata, lingkar kepala, apakah ada gangguan fungsi.
c.       Leher : inspeksi ukuran, palpasi apakah ada deviasi
d.      Mata : palpebra, konjungtiva, bagaimana dengan warnanya, bagaimana kondisi kelopak mata? Apakah kehitaman? Apakah ada infeksi.
e.       Telinga : inspeksi hygiene (bau, ras, warna) apakah ada pembengkakan, apakah ada infeksi, adakah penurunan pendengaran.
f.       Mulut dan Tenggorokan : bagaimana membran mukosanya? Apakah lembab atau kering, adakah luka? Nyeri, sariawan, apakah ada gigi yang karies, apakah ada rasa nyeri atau panas? dan lain sebagainya
g.      Dada : perhatikan deviasi, dada berbentuk silinder, asimetri, sudut kostal lebar atau sempit, penonjolan tulang, retraksi.
Paru-paru
inspeksi : kaji gerakan pernapasan: kedalaman, frekuensi, kualitas dan irama. Dikatakan normal jika irama: reguler, frekuensi normal sesuai usia, tanpa upaya, tenang. Perlu diperhatikan apabila frekuensi abnormal, irama tidak teratur, kadalaman dangkal sulit bernapas, atau pernapasan bising / mendengkur. Kondisi seperti ini harus segera ditangani.
Palpasi : posisi anak duduk ditempat tidur, palpasi dengan telapak tangan pada punggung anak atau dada anak, dengan ibu jari di garis tengah sepanjang tepi kostal bawah. Posisi masih seperti di atas, anak suruh mengatakan “99” atau “eee”. Hasil dikatakan normal jika vibrasi simetris dan paling jelas pada area thoraksal paling sedikit pada area dasar. Perhatikan adanya vibrasi asimetris atau intensitas yang tiba-tiba menghilang atau menurun, adanya vibrasi abnormal seperti friction rub pleura atau krepitasi.
Perkusi : paru-paru anterior: posisi anak boleh duduk atau terlentang, perkusi kedua sisi dada dalam urutan dari apeks ke dasar. Paru-paru posterior: posisi anak duduk, perkusi kedua sisi dada urut dari apeks ke dasar. Hasil yang ditemukan secara umum adalah pekak pada garis midklavikular kanan antar ruang (interspace) kelima hepar, pekak dari (interspace) kedua-kelima di atas batas sternum kiri sampai garis midklavikuler (jantung). Tympani antar ruang kelima kiri bawah (lambung). Perhatikan adanya penyimpangan bunyi.
Auskultasi : auskultasi pernapasan dan bunyi suara: intensitas, nada, kualitas, durasi relatif dari inspirasi dan ekspirasi. Pada penyakit bronkiolitis biasanya akan timbul suara wheezing (mengi). Wheezing merupakan suara musikal terus menerus disebabkan oleh lewatnya udara melalui saluran sempit, tanpa memperhatikan penyebab (inflamasi,benda asing atau sekret).
Jantung
Lakukan pemeriksaan dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi. Inspeksi ukuran dengan anak berada pada posisi semifowler, observasi dinding dada dari sebuah sudut. Tujuan melakukan palpasi adalah untuk menentukan lokasi impuls apikal (apeks). Palpasi kulit untuk mengetahui waktu pengisian kapiler, dengan cara tekan kulit sedikit pada sisi tengah, misalnya dahi, kaki / tangan, kaji waktu yang diperlukan untuk kembali kewarna aslinya. Auskultasi bunyi jantung, evaluasi kualitas, intensitas, frekuensi, dan irama jantung.
h.      Abdomen
Inspeksi diikuti auskultasi, perkusi, palpasi. Pada saat pemeriksaan abdomen, posisi anak dengan terlentang dengan kaki fleksi dengan punggung dan lutut. Alihkan perhatian anak dengan pernyataan “saya akan menebak apa yang kamu makan dengan memegang perutmu”. Inspeksi ukuran, kontur dan tonus.
i.        Genitalia
Pada wanita palpasi adanya massa, inspeksi meatus uretral, inspeksi dan palpasi orifisium vaginalis dan kelenjar bartholin.

j.        Anus
Inspeksi kondisi kulit dan penampilan umum, munculkan dengan mengerutkan atas meregangkan area perianal dengan perlahan.
k.      Punggung dan ekstremitas
Inspeksi kurvatura dan simetrisitas tulang belakang, periksa adanya skoliosis, inspeksi sendi (kesimetrisan, ukuran, suhu, warna, mobilitas, nyeri tekan). Kaji bentuk tulang. Uji kekuatan tangan dan kaki. Bagaimana kondisi tangan dan kaki tersebut. 
(Marni, 2014)
3.      Diagnosa Keperawatan
a.       Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
1)      Definisi
Ketidakefektifan bersihan jalan napas adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan kebersihan jalan napas.
2)      Batasan karakteristik
a)      Suara napas tambahan (Wheezing).
b)      Perubahan frekuensi napas.
c)      Perubahan irama napas.
d)     Produksi sputum.
e)      Kesulitan berbicara atau mengeluarkan suara.
f)       Dyspneu (sesak atau kesulitan dalam bernapas).
b.      Ketidakefektifan Pola Napas
1)      Definisi
Ketidakefektifan pola napas adalah inspirasi dan / atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi.
2)      Batasan karakteristik
a)      Perubahan kedalaman pernapasan.
b)      Fase ekspirasi memanjang.
c)      Penurunan kapasitas vital.
d)     Dyspneu (sesak atau kesulitan dalam bernapas).
e)      Pernapasan cuping hidung.
f)       Penggunaan otot bantu pernapasan.
c.       Kerusakan pertukaran gas
1)      Definisi
Kerusakan pertukaran gas adalah kelebihan atau defisit pada oksigenasi dan / atau eliminasi karbondioksida pada membran alveolar kapiler.
2)      Batasan karakteristik
a)      pH darah arteri abnormal (pH darah arteri normal yaitu 7.35-7.45).
b)      pernapasan abnormal (misalnya kecepatan, irama, kedalaman).
c)      Dyspneu (sesak atau kesulitan dalam bernapas).
d)     Hipoksemia (penurunan konsentrasi O2 PaO2 < 85-100 mmHg SaO2 < 95%).
e)      Hipoksia (suplai oksigen kurang).
f)       Napas cuping hidung.
d.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
1)      Definisi
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
2)      Batasan karakteristik
a)      Terjadi penurunan berat badan.
b)      Berat badan 20% atau lebih di bawah berat badan ideal.
c)      Bising usus hiperaktif.
d)     Membran mukosa pucat.
e.       Intoleransi aktivitas
1)      Definisi
Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktifitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan.
2)      Batasan karakteristik
a)      Menyatakan merasa lemah.
b)      Menyatakan merasa letih.
c)      Dispnea setelah beraktivitas.
d)     Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas.
e)      Respon frekuensi jantung abnormal pada aktivitas.
f)       Ketidaknyamanan setelah beraktivitas.
(NANDA, 2015)
4.      Perencanaan
a.       Ketidakefektifan bersihan jalan napas
NOC:
Respiratory status : Ventilation
Respiratory status : Airway Patency
NIC:
1)      Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi dengan posisi fowler (900) atau semi fowler (300-450).
2)      Lakukan fisioterapi dada bila perlu.
3)      Keluarkan sekret dengan batuk efektif atau suction.
4)      Auskultasi suara napas.
5)      Berikan bronkodilator bila perlu.
6)      Monitor respirasi dan status O2 (Oksigen).
b.      Ketidakefektifan pola napas
NOC:
Respiratory status : Ventilation
Respiratory status : Airway Patency
Vital Sign Status
NIC:
1)      Monitor respirasi dan status O2.
2)      Monitor pola pernapasan abnormal, frekuensi dan irama.
3)      Monitor suara paru-paru.
4)      Berikan oksigen.
5)      Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi dengan posisi fowler (900) atau semi fowler (300-450).
6)      Lakukan fisioterapi dada jika perlu.
7)      Lakukan suction bila perlu.
c.       Kerusakan pertukaran gas
NOC:
Respiratory status : Gas Exchange
Respiratory status : Ventilation
Vital Sign status
NIC:
1)      Monitor respirasi dan status oksigen.
2)      Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi dengan posisi fowler (900) atau semi fowler (300-450).
3)      Lakukan fisioterapi dada bila perlu.
4)      Keluarkan sekret dengan batuk efektif atau suction.
5)      Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan.
6)      Berikan bronkodilator bila perlu (untuk mengatasi kesulitan bernapas).
7)      Manajemen jalan napas : memfasilitasi kepatenan jalan napas.
d.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
NOC:
Nutritional status         : intake cairan dan nutrisi
Weight control             : pantau BB
NIC:
1)      Monitor adanya penurunan berat badan.
2)      Kaji adanya alergi makanan.
3)      Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
4)      Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi).
5)      Yakinkan diit yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi.
6)      Berikan informasi kepada klien dan keluarga tentang kebutuhan nutrisi.
e.       Intoleransi aktivitas
NOC:
Energy conservation
Activity tolerance
Self Care : ADL (Activity Daily Living) yaitu kegiatan aktivitas sehari-hari.
NIC:
1)      Berikan lingkungan yang aman, nyaman dan tenang.
2)      Atur posisi klien supaya nyaman.
3)      Bantu keluarga / klien untuk mengindentifikasi kekurangan dalam beraktivitas.
4)      Anjurkan keluarga untuk membantu kebutuhan klien.
5)      Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual.
6)      Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan program terapi yang tepat.
(NANDA NIC NOC, 2015)
5.      Evaluasi
a.       Ketidakefektifan bersihan jalan napas
Menunjukkkan pembersihan jalan napas yang efektif, yaitu dibuktikan oleh status pernapasan: ventilasi tidak terganggu dan kepatenan jalan napas yaitu kemudahan bernapas, pergerakan sumbatan atau sputum keluar dari jalan napas.
b.      Ketidakefektifan pola napas
Menunjukkan pola napas yang efektif yang dibuktikan oleh status pernapasan ventilasi tidak terganggu dan kepatenan jalan napas.
c.       Kerusakan pertukaran gas
Menunjukkan pertukaran gas yang efektif, yang dibuktikan oleh status pernapasan: ventilasi tidak terganggu.
d.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
1)      Intake nutrisi adekuat
2)      Tidak ada penurunan berat badan
e.       Intoleransi aktivitas
1)      Mempunyai energi atau kekuatan yang cukup untuk beraktivitas.
2)      Dapat beraktivitas kembali.
3)      Kebutuhan ADL terpenuhi secara mandiri.



















BAB III
LAPORAN KASUS

Pengkajian dilakukan pada tanggal 11 Januari 2016 pada pukul 14.00 WIB di Ruang Seruni Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung. Nomor rekam medik 202862 dengan diagnosa bronkiolitis. Data yang diperoleh berdasarkan observasi, wawancara dengan klien dan keluarga, pemeriksaan fisik serta dari status klien.
A.    Biodata Klien
Klien bernama An.V masuk bangsal seruni tanggal 09 Januari 2016 dengan nomor rekam medik 202862 dengan diagnosa medis bronkiolitis, klien lahir pada tanggal 09 november 2015 dan klien sekarang memasuki umur 2 bulan 2 hari. An.V berjenis kelamin perempuan, beragama islam, tinggal bersama orangtua klien di Gunung Kekep, Kopen, Pringsurat. Penanggung jawab pada An.V di Rumah sakit yaitu Tn. J yang bekerja sebagai karyawan swasta dengan pendidikan terakhirnya SMA, berjenis kelamin laki-laki, Tn. J beralamat di Gunung Kekep, Kopen, Pringsurat. Hubungan Tn. J dengan An.V yaitu ayah kandung klien.
B.     Pengkajian (assessment)
1.      Riwayat Klien (patient history)
Keluhan utama An.V saat ini yaitu sesak napas. An.V dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung pada tanggal 09 Januari 2016 pukul 07.45 WIB karena sesak napas dan muntah 4 kali sejak semalaman, pada tanggal 11 Januari 2016 ibu klien mengatakan An.V sesak napas, batuk berdahak dan pilek, ibu klien tampak bingung dan belum tahu tentang penyakit An V. klien belum pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya dan klien belum pernah dirawat di Rumah Sakit. Dalam keluarga klien tidak ada yang mengalami sakit bronkiolitis seperti klien, tidak ada riwayat penyakit menurun seperti DM atau hipertensi.
Riwayat kehamilan dan persalinan prenatal, ibu klien rutin memeriksakan kehamilan di bidan terdekat setiap 1 bulan sekali, imunisasi Tetanus Toksoid 3 kali, tidak pernah sakit saat hamil, gizi saat hamil baik, dan mendapat tablet tambah darah dari bidan dan rutin diminum. Riwayat intra natal ibu klien melahirkan An.V pada tanggal 09 November 2015 dengan berat badan 2500 gram dengan panjang 46 cm. Bayi lahir sehat, menangis keras, kulit merah, klien merupakan anak pertama, klien dilahirkan dibantu oleh bidan dengan usia kehamilan 8 bulan. An.V mendapatkan ASI Eksklusif hingga saat ini. An.V sudah mendapatkan imunisasi BCG, DPT, Polio, Hepatitis, klien belum mendapatkan imunisasi campak karena usianya baru 2 bulan. Riwayat tumbuh kembang klien, motorik kasar: klien sudah mampu miring, personal sosial: klien mampu tersenyum spontan, dan klien mampu memperhatikan ketika diajak berbicara.

2.      Reviu Sistem (Review Of System)
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 11 Januari 2016 dengan hasil keadaan umum klien sedang, kesadaran compos mentis. Tanda – tanda vital : S: 370C, RR: 68x/menit, N: 120x/menit. Data yang diperoleh dari pemeriksaan kepala mesochepal, lingkar kepala 30 cm, rambut hitam persebaran merata, tidak rontok dan kulit kepala bersih. Pada pemeriksaan mata konjungtiva tidak anemis, sklera mata tidak ikterik, fungsi penglihatan normal, telinga simetris, tidak ada serumen, pendengaran baik. Pada pemeriksaan hidung tidak ada polip, terdapat sekret terpasang nasal canul O2. Pada pemeriksaan mulut mukosa bibir lembab, gigi belum tumbuh, lidah bersih, pada leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Pemeriksaan fisik bagian dada pada paru yaitu didapatkan inspeksi tampak simetris, palpasi tidak ada nyeri tekan, perkusi pekak, dan auskultasi terdengar suara wheezing. Pemeriksaan jantung inspeksi ictus cordis tidak tampak, palpasi ictus cordis teraba, perkusi suara redup, auskultasi S1 dan S2 reguler. Pemeriksaan abdomen pada inspeksi terlihat simetris dan tidak ada lesi, auskultasi terdengar bising usus 15 x/menit, perkusi tympani, palpasi tidak ada nyeri tekan. Genetalia terlihat bersih, tidak terpasang kateter, memakai popok. Pemeriksaan kulit, turgor baik, kembali kurang dari 1 detik. Kuku merah muda, tidak ada sianosis. Pemeriksaan ekstremitas atas terpasang infus Kaen 3A pada tangan kanan 8 tetes per menit, pada ekstremitas bawah tidak terdapat lesi dan tidak ada oedema.
3.      Pemeriksaan Data Fokus (examination & assessment)
Persepsi kesehatan keluarga klien menilai bahwa kesehatan kesehatan itu penting, sehingga langsung memeriksakan ke bidan, dokter terdekat dan rumah sakit apabila salah satu anggota keluarga ada yang sakit.
Pola nutrisi metabolik klien sebelum sakit minum ASI kurang lebih 15 kali per hari. Selama sakit klien minum ASI kurang lebih 12 kali per hari.
Pola eliminasi klien tidak ada gangguan. BAK kurang lebih 6 kali sehari dan BAB sebanyak 2 kali sehari. BB: 3kg, TB: 50cm, LIKA: 30cm, LILA: 14 cm, LIDA: 37cm.
Pola istirahat dan tidur klien pada siang hari 3-4 jam dan 10 jam pada malam hari. Hal ini sama dengan saat sebelum sakit. Klien batuk saat klien tidak tidur atau klien sudah bangun tidur. Sehingga tidak mengganggu tidur klien.
Pola aktivitas klien tidak ada penurunan, klien dapat miring kanan dan miring kiri dan tangannya aktif bergerak.
Pola kognitif dan persepsi terkadang klien menangis jika ada perawat atau orang lain masuk kamar klien. Pola konsep, keluarga sangat berharap klien bisa cepat sembuh dan bisa pulang. Pola hubungan peran, keluarga mensupport klien, klien merupakan anak pertama di keluarganya. Pola seksualitas klien berjenis kelamin perempuan. Pola toleransi dan koping stress saat menghadapi stress adalah menangis tetapi klien tidak rewel. Pola keyakinan klien dan keluarga beragama islam, keluarga mendo’akan untuk kesembuhan klien.
4.      Pemeriksaan penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin tanggal 09 Januari 2016 pukul 08.00 WIB.
Hematologi:
Darah lengkap             Hasil                Satuan             Nilai Rujukan
Jumlah trombosit         (L) 70              10^3/uL           150-450
Hitung jenis:
Limfosit                      (L) 39.0           %                     40.0-60.0
Monosit                       (H) 16.0           %                     4.0-12.0
5.      Terapi
An.V mendapatkan terapi infus Kaen 3A 8 tetes per menit, dan mendapatkan terapi Nebulizer Ventolin 2,5 mg dan Pulmicort 0,5 mg  ½ : ½ respul 3 x sehari, oksigen 1 liter/menit, injeksi Cefotaxim 2 x 125 mg, injeksi Dexametason 3 x 0,3 mg, Paracetamol 3 x 0,2 mg drip infus, dan mendapat obat oral Mucos drop 3 x 0,1 mg.



C.    Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan
1.      Pada tanggal 11 Januari 2016 pukul 14.00 WIB dari hasil pengkajian didapatkan analisa data berupa data subjektif ibu klien mengatakan An.V mengalami batuk berdahak dan pilek. Data objektifnya kesadaran compos mentis, keadaan umum klien sedang, terdengar suara wheezing pada dada kanan dan kiri, batuk, RR: 68x/menit. Sehingga dapat dirumuskan diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus dalam jumlah berlebihan.
2.      ibu klien mengatakan An. V mengalami sesak napas, napasnya menjadi lebih cepat karena sesak. Data objektifnya RR: 68 x/menit (normal bayi: 30-60 x/menit), N: 120x/menit, S: 37oC, terpasang oksigen 1 liter/menit via nassal kanul sehingga diagnosa keperawatan yang muncul ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hipoventilasi paru.
3.      Ibu klien mengatakan belum tahu tentang penyakit yang diderita oleh An V. Data objektifnya ibu klien tampak bingung. Sehingga dapat dirumuskan diagnosa keperawatan defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakit.
4.      Ibu klien mengatakan An. V mengalami penurunan dalam minum ASI. Data objektif Antropometri yang ditemukan pada An. V adalah BB: 3 kg, TB: 50 cm IMT: 12. Pengkajian Biomedical yaitu Hb 15.2 g/dl, Ht 47 %. Pengkajian Clinical sign mukosa bibir lembab, konjungtiva tidak anemis. Pengkajian diit klien saat sakit minum ASI kurang lebih 12 kali per hari, dan sebelum sakit klien dapat minum ASI kurang lebih 15 kali perhari. Sehingga dapat dirumuskan diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
D.    Perencanaan Keperawatan (plan)
1.      Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus dalam jumlah berlebihan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas teratasi dengan kriteria hasil: jalan napas bersih, anak bernapas mudah tanpa dispneu, anak dapat mempertahankan saluran napas bebas dan aman ditandai dengan pernapasan dalam batas normal (30-60 x/menit), dan tidak ada suara napas tambahan.
Rencana tindakan yang akan dilakukan pada klien yaitu monitor tanda-tanda vital klien, mengkaji frekuensi irama pernapasan dan kedalaman, auskultasi bunyi pernapasan, beri kebebasan pada anak untuk mengambil posisi yang nyaman, berikan nebulizer atau lakukan fisioterapi dada, kolaborasi pemberian obat sesuai terapi.
2.      Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hipoventilasi paru
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan masalah ketidakefektifan pola napas teratasi dengan kriteria hasil: anak mampu bernapas dengan mudah, menunjukkan jalan napas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama dan frekuensi dalam batas normal, serta tidak ada suara tambahan), tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak terpasang oksigen via nassal kanul.
Rencana keperawatan yang akan dilakukan yaitu monitor tanda-tanda vital, monitor pola pernapasan abnormal frekuensi dan irama, berikan posisi yang nyaman untuk klien, sarankan keluarga yang menunggu sedikit saja atau batasi pengunjung dan penunggu klien, kolaborasi oksigen via nassal kanul.
3.      Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakit.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 40 menit diharapkan masalah defisiensi pengetahuan dapat teratasi dengan kriteria hasil: ibu klien tidak bingung, keluarga dapat menjelaskan kembali apa yang telah dijelaskan (pengertian, penyebab, tanda gejala, dan penanganan)
Rencana tindakan yang akan dilakukan pada klien yaitu kaji tingkat pendidikan orang tua, kaji tingkat pengetahuan orang tua, jelaskan kepada orangtua mengenai penyakit bronkiolitis, libatkan keluarga dalam setiap tindakan pada klien.
4.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan dapat teratasi dengan kriteria hasil: berat badan dalam batas normal.
Rencana tindakan yang akan dilakukan pada klien yaitu monitor adanya penurunan berat badan, jelaskan kepada klien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi (menyarankan ibu klien meningkatkan asupan nutrisinya), kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan nutrisi bagi anak.
E.     Pelaksanaan dan Evaluasi (Implementation and evaluation)
1.      Tanggal 11 Januari 2016
a.       Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus dalam jumlah berlebihan
Implementasi :
1)      Pada pukul 14.00 mengkaji frekuensi, irama pernapasan
2)      Pada pukul 14.05 memberikan posisi yang nyaman untuk klien
3)      Pada pukul 18.00 memonitor tanda-tanda vital
4)      Pada pukul 18.10 mengauskultasi bunyi napas
5)      Pada pukul 18.45 memberikan nebulizer pulmicort 0,5 mg dan ventolin 2,5 mg ½: ½ respul.
6)      Pada pukul 19.00 memberikan injeksi dexametason 0,3 cc, drip infus paracetamol 0,2 cc, dan obat oral mucos drop 0,1 cc
Evaluasi :
Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada tanggal 11 Januari 2016 pada pukul 20.00 didapatkan hasil subjective (S), ibu klien mengatakan klien masih batuk, pilek berkurang, sputum keluar bersama feses. Objective (O) klien tampak sesak napas, RR: 66x/menit, suhu: 368 ᴼC, nadi 120x/menit, klien nyaman dengan posisi miring, terdengar wheezing pada dada kanan dan kiri dengan demikian Assesment (A) masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas belum teratasi. Planning (P) melanjutkan intervensi kaji frekuensi irama pernapasan, beri posisi yang nyaman, monitor tanda-tanda vital, auskultasi bunyi napas, kaji batuk dan sputum, berikan terapi nebulizer, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat.
b.      Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hipoventilasi paru
Implementasi :
1)      Pada pukul 14.00 memonitor pola pernapasan abnormal, frekuensi dan irama
2)      Pada pukul 14.05 memberikan posisi yang nyaman untuk klien
3)      Pada pukul 14.15 memberikan oksigen via nassal kanul 1 liter per menit.
4)      Pada pukul 16.00 menyarankan keluarga untuk membatasi pengunjung yang masuk.
5)      Pada pukul 18.00 memonitor tanda-tanda vital.
Evaluasi :
Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada tanggal 11 Januari 2016 pada pukul 20.00 didapatkan hasil Subjective (S), ibu klien mengatakan klien sesak napas, dan sudah membatasi pengunjung yang masuk. Objective (O)  klien tampak sesak napas, RR: 66 x/menit, suhu: 368ᴼC, nadi: 120x/menit, klien nyaman dengan posisi miring, terdengar wheezing pada dada kanan dan kiri, batuk, oksigen via nassal kanul 1 liter per menit, dengan demikian Assesment (A) masalah ketidakefektifan pola napas belum teratasi. Planning (P) melanjutkan intervensi observasi tanda-tanda vital, monitor pola pernapasan abnormal, frekuensi dan irama pernapasan, berikan posisi nyaman, sarankan keluarga membatasi pengunjung yang masuk, berikan oksigen sesuai terapi.
c.       Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakit
Implementasi :
1)      Pada pukul 19.10 mengkaji tingkat pendidikan orang tua
2)      Pada pukul 19.15 mengkaji tingkat pengetahuan orang tua
3)      Pada pukul 19.20 menjelaskan kepada orang tua klien mengenai penyakit bronkiolitis
4)      Pada pukul 19.50 melibatkan keluarga dalam setiap tindakan pada klien.
Evaluasi :
Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada tanggal 11 Januari 2016 pada pukul 20.00 didapatkan hasil subjective (S), ibu klien mengatakan tahu sedikit tentang apa yang dijelaskan tadi (pengertian dan penyebab bronkiolitis). Objective (O) ibu klien masih tampak bingung dengan demikian Assesment (A) masalah defisiensi pengetahuan belum teratasi. Planning (P) melanjutkan intervensi jelaskan kepada orangtua mengenai penyakit bronkiolitis, libatkan keluarga dalam setiap tindakan pada klien.
d.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Implementasi:
1)      Pada pukul 16.30 memonitor adanya penurunan berat badan
2)      Pada pukul 16.45 menjelaskan kepada klien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi (menyarankan ibu klien meningkatkan asupan nutrisinya)
3)      Pada pukul 17.30 berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan nutrisi bagi anak.
Evaluasi :
Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada tanggal 11 Januari 2016 pada pukul 20.00 didapatkan hasil subjective (S), Ibu klien mengatakan An. V mengalami penurunan dalam minum ASI yaitu sebanyak 12 kali perhari. Objective (O) BB: 3 kg, TB: 50 cm IMT: 12, Hb 15.2 g/dl, Ht 47 %, mukosa bibir lembab, konjungtiva tidak anemis, mendapat tambahan PASI dengan demikian Assesment (A) masalah ketidakseimbangan nutrisi teratasi sebagian. Planning (P) melanjutkan intervensi Monitor adanya penurunan berat badan, kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan nutrisi bagi anak.


2.      Tanggal 12 Januari 2016
a.       Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus dalam jumlah berlebihan
Implementasi :
1)      Pada pukul 14.00 mengkaji frekuensi, irama pernapasan
2)      Pada pukul 14.05 memberikan posisi yang nyaman untuk klien
3)      Pada pukul 18.00 memonitor tanda-tanda vital
4)      Pada pukul 18.10 mengauskultasi bunyi napas
5)      Pada pukul 18.45 memberikan nebulizer pulmicort 0,5mg dan ventolin 2,5mg ½ : ½ respul.
6)      Pada pukul 18.50 mengkaji batuk dan sputum klien
7)      Pada pukul 19.00 memberikan injeksi dexametason 0,3 cc, drip infus paracetamol 0,2 cc, dan obat oral mucos drop 0,1 cc
Evaluasi:
Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada tanggal 12 Januari 2016 pada pukul 20.00 didapatkam hasil subjective (S), ibu klien mengatakan klien batuk berkurang, sputum keluar bersama feses. Objective (O) klien tampak sesak napas, RR: 64x/menit, suhu: 366 ᴼC, nadi 120x/menit, klien nyaman dengan posisi miring, wheezing tidak terdengar pada dada kanan dan kiri dengan demikian Assesment (A) masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas teratasi sebagian. Planning (P) melanjutkan intervensi kaji frekuensi irama pernapasan, auskultasi bunyi napas, kaji batuk dan sputum, berikan terapi nebulizer, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat.
b.      Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hipoventilasi paru
Implementasi :
1)      Pada pukul 14.00 memonitor pola pernapasan abnormal, frekuensi dan irama
2)       Pada pukul 14.05 memberikan posisi yang nyaman untuk klien
3)      Pada pukul 14.15 memberikan oksigen via nassal kanul 1 liter per menit.
4)      Pada pukul 16.00 menyarankan keluarga untuk membatasi pengunjung yang masuk.
5)      Pada pukul 18.00 memonitor tanda-tanda vital.
Evaluasi :
Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada tanggal 12 Januari 2016 pada pukul 20.00 didapatkan hasil Subjective (S), ibu klien mengatakan klien sesak napas berkurang, dan pengunjung yang masuk sudah dibatasi. Objective (O)  klien tampak sesak napas berkurang, RR: 64 x/menit, suhu: 366ᴼC, nadi: 120x/menit, klien nyaman dengan posisi miring, wheezing tidak terdengar pada dada kanan dan kiri, oksigen via nassal kanul 1 liter per menit, dengan demikian Assesment (A) masalah ketidakefektifan pola napas teratasi sebagian. Planning (P) melanjutkan intervensi observasi tanda-tanda vital, monitor pola pernapasan abnormal, frekuensi dan irama pernapasan, berikan oksigen sesuai terapi.
c.       Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakit
Implementasi :
1)      Pada pukul 19.10 menjelaskan kepada orang tua mengenai penyakit bronkiolitis
2)      Pada pukul 19.40 melibatkan keluarga dalam setiap tindakan pada klien
Evaluasi :
Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada tanggal 12 Januari 2016 pada pukul 20.00 didapatkan hasil subjective (S), ibu klien mengatakan sudah mengerti tentang apa yang telah disampaikan (pengertian, penyebab, tanda gejala dan penanganan bronkiolitis). Objective (O) ibu klien tidak tampak bingung dan dapat menjelaskan kembali apa yang telah disampaikan dengan demikian Assesment (A) masalah defisiensi pengetahuan teratasi. Planning (P) hentikan penyuluhan kesehatan.
d.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Implementasi:
1)      Pada pukul 16.30 memonitor adanya penurunan berat badan
2)      Pada pukul 17.30 berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan nutrisi bagi anak.
Evaluasi :
Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada tanggal 12 Januari 2016 pada pukul 20.00 didapatkan hasil subjective (S), Ibu klien mengatakan An. V minum ASI sebanyak 13 kali perhari. Objective (O) BB: 3,2 kg, TB: 50 cm IMT: 12,8 Hb 15.2 g/dl, Ht 47 %, mukosa bibir lembab, konjungtiva tidak anemis, mendapat tambahan PASI dengan demikian Assesment (A) masalah ketidakseimbangan nutrisi teratasi sebagian. Planning (P) melanjutkan intervensi Monitor adanya penurunan berat badan, kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan nutrisi bagi anak.
3.      Tanggal 13 Januari 2016
a.       Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus dalam jumlah berlebihan.
Implementasi :
1)      Pada pukul 08.00 mengkaji frekuensi, irama pernapasan
2)      Pada pukul 12.10 mengauskultasi bunyi napas
3)      Pada pukul 12.15 memberikan nebulizer pulmicort 0,5mg dan ventolin 2,5mg ½ :½ respul.
4)      Pada pukul 12.25 mengkaji batuk dan sputum klien
5)      Pada pukul 12.30 memberikan injeksi cefotaxim 125 mg, injeksi dexametason 0,3 cc, drip infus paracetamol 0,2 cc, dan obat oral mucos drop 0,1 cc.
Evaluasi :
Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada tanggal 13 Januari 2016 pada pukul 14.00 didapatkan hasil subjective (S), ibu klien mengatakan klien batuk jarang, sputum keluar bersama feses. Objective (O) RR: 60x/menit, suhu: 366 ᴼC, nadi 120x/menit, keadaan umum baik dengan demikian Assesment (A) masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas teratasi sebagian. Planning (P) melanjutkan intervensi kaji frekuensi irama pernapasan, auskultasi bunyi napas, kaji batuk dan sputum, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat.
b.      Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hipoventilasi paru
Implementasi :
1)      Pada pukul 08.00 memonitor pola pernapasan abnormal, frekuensi dan irama
2)      Pada pukul 12.00 memonitor tanda-tanda vital.
3)      Pada pukul 12.20 memberikan oksigen via nassal kanul 1 liter per menit.
Evaluasi :
Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada tanggal 13 Januari 2016 pada pukul 14.00 didapatkan hasil Subjective (S), ibu klien mengatakan klien sesak napas berkurang. Objective (O) sesak napas berkurang, RR: 60 x/menit, suhu: 366ᴼC, nadi: 120x/menit, klien nyaman dengan posisi miring, oksigen via nassal kanul 1 liter per menit, dengan demikian Assesment (A) masalah ketidakefektifan pola napas teratasi sebagian. Planning (P) melanjutkan intervensi observasi tanda-tanda vital, monitor pola pernapasan abnormal, frekuensi dan irama pernapasan, berikan oksigen sesuai terapi.
c.       Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Implementasi:
1)      Pada pukul 09.00 memonitor adanya penurunan berat badan
2)      Pada pukul 11.30 berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan nutrisi bagi anak
Evaluasi :
Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada tanggal 13 Januari 2016 pada pukul 14.00 didapatkan hasil subjective (S), Ibu klien mengatakan An. V minum ASI sebanyak 15 kali perhari. Objective (O) BB: 3,5 kg, TB: 50 cm IMT: 14, Hb 15.2 g/dl, Ht 47 %, mukosa bibir lembab, konjungtiva tidak anemis, mendapat tambahan PASI dengan demikian Assesment (A) masalah ketidakseimbangan nutrisi teratasi sebagian. Planning (P) melanjutkan intervensi Monitor adanya penurunan berat badan, kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan nutrisi bagi anak
BAB IV
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A.    Pembahasan
Pada bab ini penulis akan melakukan analisa mengenai hasil asuhan keperawatan pada An. V dengan bronkiolitis di Ruang Seruni Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung yang dilakukan pada tanggal 11 Januari 2016 – 13 Januari 2016. Pembahasan difokuskan pada data pengkajian yang telah dilakukan selama pengelolaan kasus, permasalahan – permasalahan yang muncul berdasarkan referensi dengan memperhatikan tujuan penulisan, tindakan yang akan dilakukan oleh penulis agar tujuan yang ditentukan dapat tercapai dan rasional dari tindakan yang telah dilakukan. Evaluasi hasil setelah melakukan tindakan, hambatan atau kendala yang dirasakan saat mengelola kasus dan pembenaran apabila penulis melakukan kesalahan saat mengelola kasus.
1.      Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus dalam jumlah berlebihan.
Ketidakefektifan bersihan jalan napas adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan kebersihan jalan napas. Diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan napas dapat ditegakkan saat terdapat beberapa batasan karakteristik yang meliputi suara napas tambahan (Wheezing), perubahan frekuensi napas, perubahan irama napas, produksi sputum berlebih, kesulitan berbicara atau mengeluarkan suara, serta dyspneu (sesak atau kesulitan dalam bernapas) (Nanda, 2015).
Betz dan linda (2009) menyatakan bronkiolitis adalah suatu penyakit saluran pernapasan bawah yang disebabkan oleh masuknya RSV (Respiratory Syncytial virus) ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan. Bila virus tersebut masuk kedalam tubuh yang memiliki daya tahan tubuh lemah, maka mikroorganisme dapat masuk ke dalam bronkiolus lalu reaksi tubuh terhadap benda asing yaitu dengan membentuk antibodi, keluarnya mediator radang (histamin, bradikinin, prostaglandin) sehingga terjadi peningkatan produksi sekret kemudian akan muncul masalah keperawatan Ketidak Efektifan Bersihan Jalan Napas.
Pada pengkajian didapatkan data subjektif ibu klien mengatakan anaknya batuk ketika terbangun dari tidurnya, batuk berdahak dan tidak dapat dikeluarkan. Data objektifnya yaitu kesadaran klien compos mentis. Keadaan umum klien sedang, klien tampak lemas, terdengar suara wheezing pada dada kanan dan kiri, RR: 68 kali permenit (normal bayi : 30 – 60 x/menit), batuk. Gejala tersebut sesuai dengan batasan karakteristik sehingga dapat dirumuskan diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus dalam jumlah berlebihan.
Alasan penulis mengangkat diagnosa tersebut karena sekret yang berlebih pada bronkus menyebabkan kesulitan bernapas dimana dapat menyebabkan dyspnea dan sianosis (Nanda, 2015).
Keterlambatan penanganan bersihan jalan napas dapat mengganggu pernapasan anak karena sputum yang menutup pernapasan menyebabkan oksigen yang masuk sedikit dan menyebabkan dyspnea dan sianosis (Suriadi, 2010).
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam mengatasi masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas pada tanggal 11 Januari 2016 adalah melakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam dengan harapan masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas dapat teratasi dengan kriteria hasil jalan napas bersih, respirasi klien normal (30 – 60 x/menit), tidak ada secret pada jalan, dan tidak ada suara tambahan wheezing dan ronchi.
Intervensi keperawatan yang akan dilakukan pada klien yaitu monitor tanda – tanda vital klien, kaji frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan, kemudian auskultasi bunyi napas, beri kebebasan pada anak untuk mengambil posisi yang nyaman (miring), berikan nebulizer atau lakukan fisioterapi dada, kolaborasi pemberian obat sesuai terapi.
Tindakan keperawatan pada tanggal 11 Januari 2016 yaitu mengkaji frekuensi, irama pernapasan, rasionalnya yaitu manifestasi distress pernapasan tergantung pada indikasi derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum (Doengoes, 2000). Selanjutnya memberikan posisi yang nyaman untuk klien yaitu dengan posisi miring, rasional dari tindakan tersebut adalah meningkatkan inspirasi maksimal dan meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi (Doengoes, 2000). Implementasi yang ketiga yaitu memonitor tanda – tanda vital, mengauskultasi bunyi napas, rasionalnya penurunan aliran udara terjadi pada area yang terdapat cairan, bunyi napas mengi terdengar pada inspirasi dan atau ekspirasi pada respon terhadap pengumpulan cairan, sekret kental, dan spasme jalan napas/obstruksi (Doengoes, 2000), selanjutnya memberikan nebulizer pulmicort 0,5 mg dan ventolin 2,5 mg ½ : ½ respul. Rasional dari pemberian nebulizer pulmicort dan ventolin adalah memudahkan pengenceran dan pembuangan sekret (Doengoes, 2000). Ventolin adalah obat yang digunakan untuk mengurangi gejala bronkospasme dimana dalam ventolin mengandung salbutamol sulfat yang berfungsi mengurangi bronkospasme, selain itu fungsi dari pulmicort adalah untuk melonggarkan saluran napas dan juga merupakan obat kombinasi anti radang (Doi, 2008). Memberikan injeksi dexametason 0,3 mg. Rasional dari tindakan ini adalah kortikosteroid digunakan untuk mencegah reaksi alergi atau menghambat pengeluaran histamin, menurunkan berat dan frekuensi spasme jalan napas, inflamasi pernapasan dan dyspnea (Doengoes,2000). Indikasi dari obat ini adalah sebagai inflamasi, alergi dermatitis pada penyakit kulit, dan inflamasi pada jaringan lunak (Rianto Setiabudi, 2009). Memberikan paracetamol 0,2 mg drip infus. Rasional dari tindakan ini adalah antipiretik dan analgetik menurunkan panas dan menurunkan nyeri. Indikasi dari obat ini adalah obat golongan non-opioid dengan onset analgesik dan antipiretik yang cepat (5 – 10 menit analgesik, 30 menit antipiretik). Sehingga panas dan nyeri dapat berkurang. Memberikan obat peroral mucos drop 0,1 mg. Rasional dari tindakan ini adalah memperlancar pengeluaran sekresi yang kental dan lengket di dalam saluran pernapasan dan mengurangi stagnasi lendir sehingga melegakan pernapasan, selama pengobatan dengan mucos sekresi lendir menjadi normal, demikian juga dengan batuk dan volume dahak berkurang, dengan demikian sekresi yang berupa selaput pada permukaan mukosa pernapasan akan berfungsi . Indikasi dari obat ini adalah penyakit – penyakit saluran pernapasan akut dan kronis yang disertai bronkial yang abnormal (Kalbemed.com).
Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada tanggal 11 Januari 2016 pada pukul 20.00 didapatkan hasil subjective (S), ibu klien mengatakan klien masih batuk, pilek berkurang, sputum keluar bersama feses. Objective (O) klien tampak sesak napas, RR: 66x/menit, suhu: 368 ᴼC, nadi 120x/menit, klien nyaman dengan posisi miring, terdengar wheezing pada dada kanan dan kiri dengan demikian Assesment (A) masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas belum teratasi. Planning (P) melanjutkan intervensi kaji frekuensi irama pernapasan, beri posisi yang nyaman, monitor tanda-tanda vital, auskultasi bunyi napas, kaji batuk dan sputum, berikan terapi nebulizer, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat.
Tindakan keperawatan pada tanggal 12 Januari 2016 yaitu mengkaji frekuensi, irama pernapasan, memberikan posisi yang nyaman untuk klien, memonitor tanda-tanda vital, mengauskultasi bunyi napas, memberikan nebulizer pulmicort 0,5 mg dan ventolin 2,5 mg ½ : ½ respul, mengkaji batuk dan sputum klien, memberikan injeksi dexametason 0,3 mg, drip infus paracetamol 0,2 mg, dan obat oral syrup mucos drop 0,1 mg.
Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada tanggal 12 Januari 2016 pada pukul 20.00 didapatkam hasil subjective (S), ibu klien mengatakan klien batuk berkurang, sputum keluar bersama feses. Objective (O) klien tampak sesak napas, RR: 64x/menit, suhu: 366 ᴼC, nadi 120x/menit, klien nyaman dengan posisi miring, wheezing tidak terdengar pada dada kanan dan kiri dengan demikian Assesment (A) masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas teratasi sebagian. Planning (P) melanjutkan intervensi kaji frekuensi irama pernapasan, auskultasi bunyi napas, kaji batuk dan sputum, berikan terapi nebulizer, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat.
Tindakan keperawatan pada tanggal 13 Januari 2016 yaitu mengkaji frekuensi, irama pernapasan, mengauskultasi bunyi napas, memberikan nebulizer pulmicort 0,5 mg dan ventolin 2,5 mg ½ : ½ respul, mengkaji batuk dan sputum klien, memberikan injeksi cefotaxim 125 mg, injeksi dexametason 0,3 cc, drip infus paracetamol 0,2 cc, dan obat oral mucos drop 0,1 cc.
Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada tanggal 13 Januari 2016 pada pukul 14.00 didapatkan hasil subjective (S), ibu klien mengatakan klien batuk jarang, sputum keluar bersama feses. Objective (O) RR: 60x/menit, suhu: 366 ᴼC, nadi 120x/menit, keadaan umum baik dengan demikian Assesment (A) masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas teratasi sebagian. Planning (P) melanjutkan intervensi kaji frekuensi irama pernapasan, auskultasi bunyi napas, kaji batuk dan sputum, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat.
2.      Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hipoventilasi paru
Ketidakefektifan pola napas adalah inspirasi dan / atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi. Diagnosa ketidakefektifan pola napas dapat ditegakkan saat terdapat beberapa batasan karakteristik yang meliputi perubahan kedalaman pernapasan, fase ekspirasi memanjang, penurunan kapasitas vital, dyspneu (sesak atau kesulitan dalam bernapas), pernapasan cuping hidung, penggunaan otot bantu pernapasan (Nanda, 2015).
Hipoventilasi paru terjadi karena produksi sekret yang meningkat dan menyebabkan obstruksi (penyempitan) karena tersumbatnya membran kapiler alveoli dan menghambat aliran oksigen ke dalam bagian kapiler yang terkena (Suriadi, 2010).
Terjadinya hipoventilasi menyebabkan perlunya penggunaan otot pernapasan sehingga menyebabkan kelelahan dan dapat mengakibatkan intoleransi aktivitas selain itu hipoventilasi selain itu hipoventilasi juga dapat menyebabkan sesak napas dan muncul masalah keperawatan ketidakefektifan pola napas (Betz dan Linda, 2009).
Ibu klien mengatakan An. A mengalami sesak napas, napasnya menjadi lebih cepat karena sesak. Data objektifnya RR: 68x/menit. Hal ini sesuai dengan batasan karakteristik, sehingga penulis mengangkat diagnosa Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hipoventilasi paru.
Alasan penulis mengangkat diagnosa pola napas tidak efektif karena kekurangan suplai oksigen dalam tubuh menyebabkan perubahan pola napas yang di tandai dengan napas dangkal dan cepat serta pernapasan cuping hidung (Nanda, 2015).
Keterlambatan penanganan pola napas tidak efektif dapat menyebabkan oksigen yang masuk sedikit dan menyebabkan dyspnea dan sianosis maka tubuh kita akan mengalami kekurangan oksigen dan akan terjadi hipoksia kemudian jika tidak diatasi dengan segera maka sel – sel pun akan mengalami kerusakan bahkan sampai kematian sehingga perlu pemberian oksigen untuk memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh (Suriadi, 2010).  
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam mengatasi masalah pola napas tidak efektif pada tanggal 11 Januari 2016 adalah melakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam dengan harapan masalah ketidakefektifan pola napas teratasi dengan kriteria hasil : respirasi pada klien normal (30 – 60 x/menit), pola napas efektif dan tidak ada penggunaan otot bantu pada pernapasan.
Intervensi keperawatan yang akan dilakukan pada klien yaitu monitor tanda – tanda vital, monitor respirasi dan status oksigen, monitor pola pernapasan abnormal frekuensi dan irama, berikan posisi yang nyaman untuk klien, sarankan pada keluarga minimalkan penunggu dan pengunjung pasien, kolaborasi oksigen via nassal kanul.
Tindakan keperawatan pada tanggal 11 Januari 2016 yaitu memonitor pola pernapasan abnormal, frekuensi dan irama, rasionalnya yaitu manifestasi distress pernapasan tergantung pada indikasi derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum (Doengoes, 2000). Memberikan posisi yang nyaman untuk klien yaitu dengan posisi miring, rasional dari tindakan tersebut adalah meningkatkan inspirasi maksimal dan meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi (Doengoes, 2000). Memberikan oksigen 1 liter/menit via nasal kanul, rasional tindakan ini adalah mempertahankan Pa O2 di atas 60 mmHg, oksigen diberikan dengan metode yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi klien (Doengoes, 2000). Menyarankan pada keluarga minimalkan penunggu dan pengunjung pasien, rasionalnya agar pasien dapat istirahat serta lebih sedikit pengunjung maka oksigen yang ada di ruangan akan semakin banyak. Memonitor tanda – tanda vital, rasionalnya takikardia dan takipnea terjadi dengan beratnya hipoksemia dan asidosis (Doengoes, 2000).
Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada tanggal 11 Januari 2016 pada pukul 20.00 didapatkan hasil Subjective (S), ibu klien mengatakan klien sesak napas, dan sudah membatasi pengunjung yang masuk. Objective (O)  klien tampak sesak napas, RR: 66 x/menit, suhu: 368ᴼC, nadi: 120x/menit, klien nyaman dengan posisi miring, terdengar wheezing pada dada kanan dan kiri, batuk, tespasang oksigen 1 liter/menit via nassal kanul dengan demikian Assesment (A) masalah ketidakefektifan pola napas belum teratasi. Planning (P) melanjutkan intervensi observasi tanda-tanda vital, monitor pola pernapasan abnormal, frekuensi dan irama pernapasan, berikan posisi nyaman, sarankan keluarga membatasi pengunjung yang masuk, berikan oksigen sesuai terapi.
Tindakan keperawatan pada tanggal 12 Januari 2016 yaitu memonitor pola pernapasan abnormal, frekuensi dan irama memberikan posisi yang nyaman untuk klien dengan posisi miring, memberikan oksigen via nassal kanul 1 liter per menit, menyarankan keluarga untuk membatasi pengunjung yang masuk, memonitor tanda-tanda vital.
Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada tanggal 12 Januari 2016 pada pukul 20.00 didapatkan hasil Subjective (S), ibu klien mengatakan klien sesak napas berkurang, dan pengunjung yang masuk sudah dibatasi. Objective (O)  klien tampak sesak napas berkurang, RR: 64 x/menit, suhu: 366ᴼC, nadi: 120x/menit, klien nyaman dengan posisi miring, wheezing tidak terdengar pada dada kanan dan kiri, terpasang oksigen 1 liter/menit via nasal kanul, dengan demikian Assesment (A) masalah ketidakefektifan pola napas teratasi sebagian. Planning (P) melanjutkan intervensi observasi tanda-tanda vital, monitor pola pernapasan abnormal, frekuensi dan irama pernapasan, berikan oksigen sesuai terapi.
Tindakan keperawatan pada tanggal 13 Januari 2016 yaitu memonitor pola pernapasan abnormal frekuensi dan irama, memonitor tanda-tanda vital, mengauskultasi bunyi napas, memberikan oksigen via nassal kanul 1 liter per menit.
Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada tanggal 13 Januari 2016 pada pukul 14.00 didapatkan hasil Subjective (S), ibu klien mengatakan klien sesak napas berkurang. Objective (O) sesak napas berkurang, RR: 60 x/menit, suhu: 366ᴼC, nadi: 120x/menit, klien nyaman dengan posisi miring, terpasang oksigen 1 liter/menit via nassal kanul dengan demikian Assesment (A) masalah ketidakefektifan pola napas teratasi sebagian. Planning (P) melanjutkan intervensi observasi tanda-tanda vital, monitor pola pernapasan abnormal, frekuensi dan irama pernapasan, berikan oksigen sesuai terapi.
3.      Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakit.
Defisiensi pengetahuan adalah ketiadaan atau defisiensi informasi kogntif yang berkaitan dengan topik tertentu. Diagnosa keperawatan defisiensi pengetahuan dapat ditegakkan saat terdapat beberapa batasan karakteristik yang meliputi ketidakakuratan mengikuti perintah, perilaku tidak tepat (bermusuhan, agitasi, apatis), pengungkapan masalah (Nanda, 2015).
Ibu klien mengatakan belum tahu tentang penyakit An. V. Data Obyektifnya tampak kebingungan. Gejala tersebut sesuai dengan batasan karakteristik sehingga diagnosa yang muncul defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakit.
Alasan penulis mengangkat diagnosa tersebut karena pengetahuan tentang penyakit sangat diperlukan oleh orang tua, sehingga orang tua akan lebih waspada dan paham akan penanganan yang dilakukan. Tingkat pengetahuan orang tua berbeda dapat mempengaruhi pencegahan bronkiolitis pada anak saat anak mengalami bronkiolitis (Wong, 2008).
Pendidikan kesehatan mengenai cara melindungi anak terhadap ancaman bahaya dan mengamati dengan tepat apa yang terjadi pada anak bronkiolitis perlu dilakukan agar orang tua tidak panik dan kebingungan (Wong, 2008).
Tingkat pengetahuan orang tua berbeda dapat mempengaruhi pencegahan bronkpneumoni pada anak saat anak mengalami bronkpneumoni (Wong, 2008).
Muncul kesenjangan antara teori dan hasil pengkajian yaitu diagnosa defisiensi pengetahuan tidak muncul pada teori tetapi muncul pada keluarga klien berdasarkan hasil pengkajian keluarga klien belum tahu tentang penyakit yang diderita An. V sehingga diagnosa tersebut diangkat oleh penulis.
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam mengatasi masalah defisiensi pengetahuan pada tanggal 11 Januari 2016 adalah melakukan asuhan keperawatan selama 2x40 menit dengan harapan masalah defisiensi pengetahuan dapat teratasi dengan kriteria hasil : ibu klien tidak bingung, keluarga dapat menjelaskan kembali apa yang telah dijelaskan (pengertian, penyebab, tanda dan gejala, penanganan).
Untuk memenuhi tujuan dan kriteria hasil yang telah disebutkan di atas, maka intervensi keperawatan yang akan dilakukan pada klien yaitu kaji tingkat pendidikan orang tua klien, kaji tingkat pengetahuan orangtua klien, jelaskan kepada orangtua klien mengenai penyakit bronkiolitis, libatkan keluarga dalam setiap tindakan pada klien (Doengoes, 2000).
Tindakan keperawatan pada tanggal 11 Januari 2016 yaitu mengkaji tingkat pendidikan orangtua klien. Rasionalnya pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk perilaku akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap peran. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi. Mengkaji tingkat pengetahuan orang tua klien. Rasionalnya pengetahuan yang berbeda akan mempengaruhi penanganan bronkiolitis, pengetahuan akan mempengaruhi perubahan sikap. Jelaskan kepada orang tua mengenai penyakit bronkiolitis. Rasionalnya dengan mengetahui tentang bronkiolitis diharapkan orangtua dapat mengerti penyakit bronkiolitis dan penanganan yang benar pada penyakit bronkiolitis. Melibatkan keluarga dalam setiap tindakan pada pasien. Rasionalnya peran serta keluarga dapat membantu kesembuhan pasien dan keluarga mengerti penanganan secara benar (Wilkinson, 2007).
Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada tanggal 11 Januari 2016 pada pukul 20.00 didapatkan hasil subjective (S), ibu klien mengatakan tahu sedikit tentang apa yang dijelaskan tadi (pengertian dan penyebab bronkiolitis). Objective (O) ibu klien masih tampak bingung dengan demikian Assesment (A) masalah defisiensi pengetahuan belum teratasi. Planning (P) melanjutkan intervensi jelaskan kepada orangtua mengenai penyakit bronkiolitis, libatkan keluarga dalam setiap tindakan pada klien.
Tindakan keperawatan pada tanggal 12 Januari 2016 yaitu menjelaskan kepada orangtua mengenai penyakit bronkiolitis, melibatkan keluarga dalam setiap tindakan pada klien.
Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada tanggal 12 Januari 2016 pada pukul 20.00 didapatkan hasil subjective (S), ibu klien mengatakan sudah mengerti tentang apa yang telah disampaikan (pengertian, penyebab, tanda gejala, dan penanganan bronkiolitis). Objective (O) ibu klien tidak tampak bingung dan dapat menjelaskan kembali apa yang telah disampaikan dengan demikian Assesment (A) masalah defisiensi pengetahuan teratasi. Planning (P) hentikan penyuluhan kesehatan.
4.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan dapat ditegakkan saat terdapat beberapa batasan karakteristik yang meliputi terjadi penurunan berat badan, berat badan 20% atau lebih di bawah berat badan ideal, bising usus hiperaktif, membran mukosa pucat (Nanda, 2015).
Produksi sekret yang berlebih dapat mengakibatkan kurangnya kebersihan mulut, nafsu makan menurun sehingga menyebabkan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan (Muttaqin, 2008).
Ibu klien mengatakan An. V mengalami penurunan dalam minum ASI. Data Obyektifnya Antropometri yang ditemukan pada An. V adalah BB: 3 kg, TB: 50 cm IMT: 12. Pengkajian Biomedical yaitu Hb 15.2 g/dl, Ht 47 %. Pengkajian Clinical sign mukosa bibir lembab, konjungtiva tidak anemis. Pengkajian diit klien saat sakit minum ASI kurang lebih 12 kali per hari, dan sebelum sakit klien dapat minum ASI kurang lebih 15 kali perhari. Gejala tersebut sesuai dengan batasan karakteristik sehingga diagnosa yang muncul ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan.
Alasan penulis mengangkat diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yaitu karena intake makanan yang kurang dan keengganan untuk makan. Pertolongan pertama dimulai dari pemeliharaan kondisi tubuh atau kebugaran anak dimulai dari makanan. Asupan nutrisi yang cukup dan bergizi merupakan faktor terpenting untuk kesehatan dan daya tahan tubuh anak dalam menghadapi berbagai serangan penyakit. Dampak apabila masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak tertangani akan terjadi penurunan daya tahan tubuh dan proses penyembuhan akan terhambat (Wijaja, 2008).
Keterlambatan penanganan asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik akan mengakibatkan terjadinya kekurangan nutrisi atau mengalami malnutrisi (Arief, 2011).
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam mengatasi masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan pada tanggal 11 Januari 2016 adalah melakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam dengan harapan masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan teratasi dengan kriteria hasil : berat badan dalam batas normal.
Untuk memenuhi tujuan dan kriteria hasil yang telah disebutkan di atas, maka intervensi keperawatan yang akan dilakukan pada klien yaitu monitor adanya penurunan berat badan, jelaskan kepada klien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi (menyarankan ibu klien meningkatkan asupan nutrisinya), kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan nutrisi bagi anak (Nanda, 2015).
Tindakan keperawatan pada tanggal 11 Januari 2016 yaitu memonitor adanya penurunan berat badan, rasionalnya untuk mengidentifikasi klien yang beresiko mengalami malnutrisi dan mereka yang memiliki status nutrisi yang buruk (Kozier, 2010). Menjelaskan kepada klien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi (menyarankan ibu klien meningkatkan asupan nutrisinya), rasionalnya penjelasan akan pentingnya asupan nutrisi yang adekuat diharapkan mampu memotivasi klien serta memberikan pemahaman kepada keluarga klien akan pentingnya nutrisi yang adekuat bagi penyembuhan penyakit (Arief, 2011).
Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada tanggal 11 Januari 2016 pada pukul 20.00 didapatkan hasil subjective (S), Ibu klien mengatakan An. V mengalami penurunan dalam minum ASI yaitu sebanyak 12 kali perhari. Objective (O) BB: 3 kg, TB: 50 cm IMT: 12, Hb 15.2 g/dl, Ht 47 %, mukosa bibir lembab, konjungtiva tidak anemis, mendapat tambahan PASI dengan demikian Assesment (A) masalah ketidakseimbangan nutrisi teratasi sebagian. Planning (P) melanjutkan intervensi Monitor adanya penurunan berat badan, kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan nutrisi bagi anak.
Tindakan keperawatan pada tanggal 12 Januari 2016 yaitu memonitor adanya penurunan berat badan, berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan nutrisi bagi anak.
Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada tanggal 12 Januari 2016 pada pukul 20.00 didapatkan hasil subjective (S), Ibu klien mengatakan An. V minum ASI sebanyak 13 kali perhari. Objective (O) BB: 3,2 kg, TB: 50 cm IMT: 12,8 Hb 15.2 g/dl, Ht 47 %, mukosa bibir lembab, konjungtiva tidak anemis, mendapat tambahan PASI dengan demikian Assesment (A) masalah ketidakseimbangan nutrisi teratasi sebagian. Planning (P) melanjutkan intervensi Monitor adanya penurunan berat badan, kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan nutrisi bagi anak.
Tindakan keperawatan pada tanggal 13 Januari 2016 yaitu memonitor adanya penurunan berat badan, berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan nutrisi bagi anak.
Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada tanggal 13 Januari 2016 pada pukul 14.00 didapatkan hasil subjective (S), Ibu klien mengatakan An. V minum ASI sebanyak 15 kali perhari. Objective (O) BB: 3,5 kg, TB: 50 cm IMT: 14, Hb 15.2 g/dl, Ht 47 %, mukosa bibir lembab, konjungtiva tidak anemis, mendapat tambahan PASI dengan demikian Assesment (A) masalah ketidakseimbangan nutrisi teratasi sebagian. Planning (P) melanjutkan intervensi Monitor adanya penurunan berat badan, kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan nutrisi bagi anak.
5.      Kerusakan pertukaran gas
Kerusakan pertukaran gas adalah kelebihan atau defisit pada oksigenasi dan / atau eliminasi karbondioksida pada membran alveolar kapiler. Diagnosa gangguan pertukaran gas dapat ditegakkan saat terdapat beberapa batasan karakteristik yang meliputi pH darah arteri abnormal (pH darah arteri normal yaitu 7.35-7.45), pernapasan abnormal (misalnya kecepatan, irama, kedalaman), hipoksemia (penurunan konsentrasi O2 PaO2 < 85-100 mmHg SaO2 < 95%), hipoksia (suplai oksigen kurang), napas cuping hidung.
Muncul kesenjangan antara teori dan hasil yang ditemui di lahan yaitu penulis tidak mengangkat diagnosa kerusakan pertukaran gas karena pada klien tidak muncul salah satu batasan karakteristik dari yang sudah disebutkan diatas.
6.      Intoleransi aktivitas
Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktifitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan. Diagnosa intoleransi aktivitas dapat ditegakkan saat terdapat beberapa batasan karakteristik yang meliputi menyatakan merasa lemah, menyatakan merasa letih, dispnea setelah beraktivitas, respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas, respon frekuensi jantung abnormal pada aktivitas, ketidaknyamanan setelah beraktivitas.
Muncul kesenjangan antara teori dan hasil yang ditemui di lahan yaitu penulis tidak mengangkat diagnosa intoleransi aktivitas karena pada klien tidak muncul salah satu batasan karakteristik dari yang sudah disebutkan diatas.
B.     Simpulan
1.      Hasil pengkajian yang dilakukan pada klien, didapatkan data keadaan umum klien sedang, ibu klien mengatakan An. V sesak napas dan muntah 4 kali sejak semalaman, batuk berdahak dan pilek sejak 3 hari yang lalu, ibu klien tampak bingung dan belum tahu tentang penyakit An V. Terdengar suara wheezing pada dada kanan dan kiri, RR : 68 x/menit (normal bayi : 30-60 x/ menit).
2.      Diagnosa keperawatan
a.       Diagnosa keperawatan yang pertama adalah ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus dalam jumlah berlebihan ditandai ibu klien mengatakan anaknya batuk ketika terbangun dari tidurnya, batuk berdahak dan tidak dapat dikeluarkan. Data objektifnya yaitu kesadaran klien compos mentis, keadaan umum klien sedang, klien tampak lemas, terdengar suara wheezing pada dada kanan dan kiri, RR: 68 kali permenit (normal bayi : 30 – 60 x/menit), batuk.
b.      Diagnosa keperawatan yang kedua pada pasien adalah ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hipoventilasi. ditandai dengan ibu klien yang mengatakan bahwa Ibu klien mengatakan An. A mengalami sesak napas, napasnya menjadi lebih cepat karena sesak. Data objektifnya RR: 68x/menit.
c.       Diagnosa keperawatan ketiga adalah defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi ditandai dengan orangtua klien mengatakan belum mengetahui penyakit yang diderita klien. Orang tua pasien tampak bingung.
d.      Diagnosa keperawatan keempat adalah Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat ditandai dengan Ibu klien mengatakan An. V mengalami penurunan dalam minum ASI. Data objektif Antropometri yang ditemukan pada An. V adalah BB: 3 kg, TB: 50 cm IMT: 12. Pengkajian Biomedical yaitu Hb 15.2 g/dl, Ht 47 %. Pengkajian Clinical sign mukosa bibir lembab, konjungtiva tidak anemis. Pengkajian diit klien saat sakit minum ASI kurang lebih 12 kali per hari, dan sebelum sakit klien dapat minum ASI kurang lebih 15 kali perhari.
3.      Intervensi yang disusun penulis untuk diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas antara lain yaitu monitor tanda – tanda vital klien, kaji frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan, kemudian auskultasi bunyi napas, beri kebebasan pada anak untuk mengambil posisi yang nyaman (miring), berikan nebulizer atau lakukan fisioterapi dada, kolaborasi pemberian obat sesuai terapi.
Intervensi yang disusun penulis untuk diagnosa ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hipoventilasi paru antara lain monitor tanda – tanda vital, monitor respirasi dan status oksigen, monitor pola pernapasan abnormal frekuensi dan irama, berikan posisi yang nyaman untuk klien, sarankan pada keluarga minimalkan penunggu dan pengunjung pasien, kolaborasi oksigen via nassal kanul.
Intervensi yang disusun penulis untuk diagnosa defisiensi pengetahuan antara lain bina hubungan saling percaya. Selanjutnya kaji tingkat pendidikan keluarga, kaji tingkat pengetahuan keluarga, lakukan penyuluhan kesehatan mengenai bronkiolitis, dan libatkan keluarga dalam setiap tindakan pada pasien.
Intervensi yang disusun penulis untuk diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan antara lain monitor adanya penurunan berat badan, jelaskan kepada klien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi (menyarankan ibu klien meningkatkan asupan nutrisinya), kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan nutrisi bagi anak.
4.      Implementasi
Rencana keperawatan dapat penulis implementasikan semua, tetapi tindakan pemakaian kateter penghisap (suction) tidak dilakukan. Alasan tidak dilakukannya tindakan keperawatan ini di lapangan dikarenakan dapat menyebabkan spasme laring dan pembengkakan, memungkinkan terjadinya peningkatan obstruksi jalan napas (Speer, 2008).
5.      Hasil evaluasi yang didapatkan dari ketiga diagnosa keperawatan tersebut yang dapat teratasi adalah defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi ditandai dengan orangtua mengetahui penyakit yang diderita klien dan orangtua klien mampu menjelaskan kembali apa yang tadi dijelaskan oleh perawat.

6.      Kesenjangan diagnosa keperawatan
Muncul kesenjangan antara teori dan hasil yang ditemui di lahan yaitu penulis tidak mengangkat diagnosa intoleransi aktivitas dan gangguan pertukaran gas karena pada klien tidak muncul salah satu batasan karakteristik dari yang sudah disebutkan. Dan muncul kesenjangan antara teori dan hasil pengkajian yaitu diagnosa keperawatan defisiensi pengetahuan tidak muncul pada teori tetapi muncul pada keluarga klien berdasarkan hasil pengkajian, sehingga diagnosa tersebut diangkat oleh penulis.















DAFTAR PUSTAKA
Arief.(2011). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : Media          Aesculapilis
Betz, Cecily Lynn dan Linda A.(2009). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 5.
            Jakarta : EGC.
Doengoes, Marilyn E.(2000).Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC
Hardjasaputra SL, dkk.(2007). Data Obat Indonesia (DOI). Edisi 10. Jakarta : Grafidian Medipress
Joyce.(2009). Pengkajian Pediatrik. Edisi 4. Jakarta : EGC
Kalbemed.(2013). Infus Cepat pemberian paracetamol IV. (On-line) : http://www.kalbemed.com/News/tabid/229/id/4129/Infus-Cepat-Pemberian-Paracetamol-IV.aspx diakses pada tanggal 02 Maret 2016
Kozier, Barbara, dkk.(2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 7 volume 1. Jakarta : EGC
Kusuma. C. HMS.(2006). Prediktor Asma pada Usia 7 Tahun Setelah Menderita
            Bronkhiolitis Akut Karena Respiratorik Syncytial Virus : Suatu Studi
           Prospektif. Malang : Jurnal Kedokteran Brawijaya.
Mandal.(2008). Penyakit infeksi. Surabaya : Erlangga.
Marni.(2014). Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Gangguan Pernapasan.
           Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Muscari, Mary E.(2005). Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik.Edisi
            3.Jakarta:EGC.
Muttaqin, Arif.(2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Imunologi. Jakarta : Salemba Medika 
Nanda.(2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
            Nanda Nic-Noc. Edisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta : Mediaction.
Rahajoe.(2010).Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi Pertama. Jakarta : Badan
            Penerbit IDAI
Ranuh, IG.N. GDE.(2013). Beberapa Catatan Kesehatan Anak. Jakarta : 
            Sagung Seto.
Rekam Medis RSUD Temanggung.(2015). Rekapitulasi Penyakit Rawat Inap
            2014-pertengahan juli 2015.Temanggung. RSUD Teamnggung.
Rianto, Setiabudi.(2012). Dexamethasone pada Anak. (On-line) : http://ahli-farmasi.blogspot.com/2012/01/dexamethasone.html#axzz2W6plfpcc diakses tanggal 02 maret 2016
Speer, K. M.(2008). Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik (terjemahan). Edisi
           3. Jakarta : EGC.
Subanada, dkk.(2009). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Bronkiolitis
            Akut. Jakarta : FKUI
Suriadi dan Rita Yuliani.(2010). Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 2.Jakarta: Sagung Seto.
Widagdo.(2011). Masalah dan Tatalaksana Penyakit Infeksi pada Anak. Jakarta :
           Sagung Seto.
Widjaja, M.C.(2008). P3K Pada Balita. Jakarta : Kawan Pustaka.
Wong, Donna L.(2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6. Jakarta : EGC





           LAMPIRAN











Text Box: LAMPIRAN 1                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                               























 































































































































































































































































































































































 











































































Text Box: LAMPIRAN 2                   
























 










































































































































































Gambar 2.1. anatomi sistem pernapasan

DDST 























LAMPIRAN 5
 
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
BRONKIOLITIS

Description: D:\Kuliah\logo poltekes warna.jpg 




















Disusun Oleh :
Restu Putri Lutfia A
P.17420513068




POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN MAGELANG
2016
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
BRONKIOLITIS

Pokok Bahasan           : Bronkiolitis
Hari/Tanggal               : Senin, 11 Januari 2016
Waktu                         : 20 menit
Sasaran                        : Keluarga An V
Tempat                        : Bangsal Seruni Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung

     I.            Tujuan Intruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan peserta lebih memahami dan lebih mengerti tentang penyakit Bronkiolitis.
  II.            Tujuan Intruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta mampu:
1.      Menjelaskan pengertian dari Bronkiolis
2.      Menjelaskan  penyebab Bronkiolitis
3.      Menjelaskan tanda dan gejala Bronkiolitis 
4.       Mengetahui cara pengobatan Bronkiolitis

III.            Metode dan teknik penyuluhan
1.      Ceramah
2.      Tanya jawab
IV.            Media
Leaflet

  V.            Kegiatan penyuluhan
No
Kegiatan
Kegiatan Penyuluhan
Peserta
Waktu
1.
Pembukaan
1.      Membuka kegiatan dengan mengucap salam.
2.      Memperkenalkan diri.
3.      Menjelaskan tujuan dari penyuluhan.
4.      Kontrak waktu.
5.      Menyebutkan materi yang akan diberikan.
6.      Melakukan apersepsi
1.      Menjawab salam
2.      Mendengarkan.
3.      Memperhatikan


4.      Memperhatikan
5.      Memperhatikan



6.      Memperhatikan
5 menit

2.
Isi
Memberi penjelasan tentang :
1.      Pengertian Bronkiolitis
2.      Penyebab Bronkiolitis
3.      Tanda dan gejala Bronkiolitis
4.      Pengobatan Bronkiolitis
Memperhatikan
10 menit

3.
Evaluasi
1.      Sharing dengan keluarga klien.
2. penyuluh bertanya kepada peserta
Sangat antusias


Keluarga pasien dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh penyuluh
10 menit
4.
Terminasi
1.      Pembagian leaflet

2.      Mengucap terima kasih atas perhatian peserta.
3.      Mengucap salam penutup
1.      Menerima leaflet
2.      Mendengarkan

3.      Menjawab salam

5 menit

VI.            Evaluasi
Dilakukan setelah ceramah diberikan dengan mengacu pada tujuan yang di tetapkan.
1.      Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
2.       Peserta tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan selesai
3.      Peserta terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan
4.      Peserta mengerti tentang penyakit Bronkiolitis
5.      Dapat menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, penanganan
VII.            Materi penyuluhan
  1. Definisi Bronkiolitis
Bronkiolitis adalah suatu peradangan pada bronkiolus yang disebabkan oleh virus (Suriadi, 2010 p.35).
2.      Etiologi (penyebab)
Penyakit ini umumnya disebabkan oleh respiratory syncytial virus (RSV), biasanya terjadi pada anak usia 2 sampai 12 bulan (Speer dalam Marni 2014 p.74).
  1. Manifestasi Klinis
i.        Sering bersin dan banyak secret atau lendir
j.        Demam ringan
k.      Tidak dapat makan dan gangguan tidur
l.        Retraksi atau tarikan pada dinding dada; suprasternal, interkostal, dan subkostal pada inspirasi
m.    Napas cepat
n.      Terdapat wheezing (mengi)
o.      Batuk
p.      Cemas
(Suriadi, 2010 p.35-36)
4.      Cara pengobatan dan penanganan
Tidak ada pengobatan, karena penderita akan sembuh dalam waktu dua minggu. Akan tetapi beberapa rumah sakit menyediakan oxygen theraphy. Pemberian antibiotik bertujuan menghindari infeksi sekunder oleh mikroorganisme. Sangat perlu untuk menjaga keseimbangan air dalam tubuh agar tidak terjadi dehidrasi, dan terkadang diberikan obat penurun panas. Bagi bayi yang terjangkit bronkiolitis perlu mendapat perawatan yang serius karena dapat menyebabkan kesulitan dalam bernafas.
VIII.            Daftar pustaka
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Pasien. ed.3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Guyton, Arthur C. & John E. Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Muttaqin, Arif.  2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gannguan Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.
Nanda.(2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Edisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta : Mediaction.
Speer, Kathleen Morgan.2007. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik dengan Clinical Pathways, Ed.3. Jakarta : EGC.
Suriadi dan Rita Yuliani.(2010). Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 2.Jakarta: Sagung Seto.
Wong, dkk. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.BronkiolitisText Box: LAMPIRAN 6
RSV-1
Penyakit ini umumnyadisebabkan oleh respiratory syncytial virus (RSV), biasanya terjadi pada anak usia 2 sampai 12 bulan
 
Rectangular Callout: PENYEBAB 


Rounded Rectangular Callout: PENGERTIAN 

 
Bronkiolitis adalah suatu peradangan pada bronkiolus yang disebabkan oleh virus
 
 




Bronkiolitis 1 
BRONKIOLITIS Text Box: LAMPIRAN 6
Text Box: LAMPIRAN 6 
BronkiolitisBronkiolitisBronkiolitis 
BronkiolitisBronkiolitisBronkiolitis 

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN MAGELANG
2016






 

Rectangular Callout: TANDA GEJALA 



1. Sering bersin dan banyak lender
2. Demam ringan
3. Tidak dapat makan dan gangguan tidur
4. Napas cepat
5. Terdapat wheezing (mengi)
6. Batuk
7. Cemas

Rounded Rectangular Callout: Cara pengobatan dan penanganan 


Tidak ada pengobatan, karena penderita akan sembuh dalam waktu dua minggu. Akan tetapi beberapa rumah sakit menyediakan oxygen theraphy. Pemberian antibiotik bertujuan menghindari infeksi sekunder oleh mikroorganisme.
 
 

Rounded Rectangular Callout: Lanjutan cara pengobatan dan penanganan Rounded Rectangular Callout: Lanjutan cara pengobatan dan penanganan



Rounded Rectangle: Sangat perlu untuk menjaga keseimbangan air dalam tubuh agar tidak terjadi dehidrasi, dan terkadang diberikan obat penurun panas. Bagi bayi yang terjangkit bronkiolitis perlu mendapat perawatan yang serius karena dapat menyebabkan kesulitan dalam bernafas.
Sangat perlu untuk menjaga keseimbangan air dalam tubuh agar tidak terjadi dehidrasi, dan terkadang diberikan obat penurun panas. Bagi bayi yang terjangkit bronkiolitis perlu mendapat perawatan yang serius karena dapat menyebabkan kesulitan dalam bernafas.
 





LAMPIRAN 7

 
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1.      Nama Lengkap            : Restu Putri Lutfia Akhsani
2.      NIM                            : P.17420513068
3.      Tanggal Lahir              : 22 September 1995
4.      Tempat Lahir               : Magelang
5.      Alamat Rumah
a.       Dusun                    : Karanganyar Rt01/Rw05
b.      Kelurahan              : Rambeanak
c.       Kecamatan                        : Mungkid
d.      Kab/Kota              : Magelang
6.      Telepon
a.       Rumah                   : -
b.      HP                         : 085747347747
c.       Email                     : restuputri93@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN
1.      Pendidikan SD di MIM Rambeanak II lulus tahun 2007
2.      Pendidikan SLTP di SMP Muhammadiyah Borobudur lulus tahun 2010
3.      Pendidikan SLTA di SMK Kesdam IV Diponegoro lulus tahun 2013
DAFTAR PRESTASI
Juara 1 badminton se-kecamatan mungkid tahun 2006

Magelang,  Maret 2016

RESTU PUTRI LUTFIA A
   NIM. P17420513068




















                                                                                                                            
























 



1 komentar:

  1. Lucky Club Casino Site - Lucky Club
    The Lucky Club Casino site. Lucky Club. Lucky Club. Find all the information you need about the casino's services and games. All luckyclub you need to  Rating: 3 · ‎6 votes · ‎Free · ‎Android · ‎Game

    BalasHapus