LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN BRONKIOLITIS PADA AN. V DI RUANG SERUNI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
TEMANGGUNG
KTI
Disusun
untuk memenuhi sebagai syarat
mata kuliah Tugas Akhir
Pada
Program Studi D III Keperawatan Magelang
Oleh:
Restu Putri Lutfia Akhsani
NIM.
P17420513068
PROGRAM
STUDI D III KEPERAWATAN MAGELANG
JURUSAN
KEPERAWATAN POLITEKNIK
KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG
MARET, 2016
LAPORAN
KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN BRONKIOLITIS PADA AN. V DI
RUANG SERUNI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TEMANGGUNG
KTI
Disusun untuk
memenuhi sebagai syarat mata
kuliah Tugas Akhir
Pada Program
Studi D III Keperawatan Magelang
Oleh:
Restu Putri Lutfia Akhsani
NIM. P17420513068
PROGRAM STUDI D
III KEPERAWATAN MAGELANG
JURUSAN
KEPERAWATAN POLITEKNIK
KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG
MARET, 2016
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul Asuhan Keperawatan dengan Bronkiolitis pada An.V di Ruang Seruni Rumah Sakit
Umum Daerah Temanggung. Dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini penulis banyak
menghadapi masalah dan hambatan. Tetapi berkat bantuan, arahan serta bimbingan
dari berbagai pihak maka karya
tulis
ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Sugiyanto,
S.Pd. M. App. Sc, Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang
yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk melaksanakan studi khususnya
dalam pembuatan karya tulis ilmiah.
2. Putrono, S.Kep. Ns, M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Semarang.
3. Hermani Triredjeki, Ketua Program Studi D
III Keperawatan Magelang yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk
melaksanakan studi khususnya dalam pembuatan karya tulis ilmiah.
4. Hermani Triredjeki, selaku pembimbing penyusunan karya tulis ilmiah.
5. Susi Thalib Tentrem dan Tulus Puji Hastuti,
selaku tim penguji karya
tulis ilmiah.
6. Bapak
dan Ibu dosen beserta para staf Program Studi Keperawatan Magelang.
7. Staf
perpustakaan Program Studi Keperawatan Magelang atas bantuannya dalam
peminjaman buku-buku referensi.
8. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan
doa dan memberikan motivasi, dukungan moril dan materiil untuk segera
menyelesaikan karya tulis ilmiah.
9. Endah Nur Arifah dan Feby Aulia Wilda
yang selalu memberikan motivasi untuk segera menyelesaikan karya tulis ilmiah.
10. Teman-temanku
seperjuangan di kelas Nakula
yang memberikan semangat dan do’a.
11. Semua
pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam
penyusunan karya tulis ilmiah
ini.
Penulis menyadari
bahwa karya tulis ilmiah
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan
kritik dari pembaca yang bersifat membangun sebagai masukan untuk melengkapi
dan memperbaiki karya tulis
ini. Semoga proposal ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat memberikan
kontribusi bagi kemajuan profesi keperawatan.
Magelang,
Maret 2016
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................. ii
HALAMAN
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv
KATA
PENGANTAR ....................................................................................... v
DAFTAR
ISI ...................................................................................................... vii
DAFTAR
TABEL............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR
......................................................................................... x
DAFTAR
LAMPIRAN...................................................................................... xi
BAB
I : PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan............................................................................... 4
C. Manfaat Penulisan............................................................................ 5
BAB
II :TINJAUAN PUSTAKA................................................................... .. 6
A. Konsep Bronkiolitis.......................................................................... 6
1. Definisi
...................................................................................... 5
2. Etiologi
...................................................................................... 6
3. Manifestasi Klinis
...................................................................... 6
4. Anatomi Fisiologi ...................................................................... 7
5. Patofisiologi
............................................................................... 9
6. Pemeriksaan penunjang
.............................................................. 12
7. Penatalaksanaan
......................................................................... 12
B. Tumbuh Kembang............................................................................ 13
C. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Bronkiolitis.................... 30
1. Pengkajian
.................................................................................. 30
2. Diagnosa Keperawatan
.............................................................. 35
3. Perencanaan
............................................................................... 38
4. Evaluasi
...................................................................................... 41
BAB
III : LAPORAN KASUS ...................................................................... 43
A. Biodata Klien................................................................................ 43
B. Pengkajian..................................................................................... 43
C. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan..................................... 48
D. Perencanaan Keperawatan............................................................. 48
E. Pelaksanaan dan Evaluasi.............................................................. 50
BAB
IV : PEMBAHASAN DAN SIMPULAN ............................................ .. 58
A. Pembahasan................................................................................... .. 58
B. Simpulan........................................................................................ .. 72
C. Saran................................................................................................ 75
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1
Perkembangan dan Pertumbuhan Fisik......................................... 15
1.2 Perkembangan Sistem
Pernapasan................................................ 30
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Pathway
Bronkiolitis ................................................................................
7
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1.
Asuhan
Keperawatan
2.
Anatomi
Sistem Pernapasan
3.
Lembar
DDST
4.
Lembar Bimbingan
5.
Satuan
Acara Penyuluhan
6.
Leaflet
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Bronkiolitis adalah suatu peradangan pada bronkiolus
yang disebabkan oleh virus (Suriadi 2010).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa
menjelang tahun 2020 prevalensi bronkiolitis akan meningkat sehingga sebagai penyebab
penyakit tersering peringkatnya meningkat dari ke-12 menjadi ke-5 dan sebagai
penyebab kematian tersering peringkatnya juga meningkat dari ke 6 menjadi ke-3.
Jumlah kasus bronkiolitis di Amerika Serikat
sebanyak 15.300 (17%) dari semua kasus perawatan pada anak di rumah sakit yaitu
sebanyak 90.000 kasus. Kasus ini menyebabkan 4500 (5%) kematian setiap
tahunnya. Frekuensi bronkiolitis di negara-negara berkembang hampir sama dengan
di Amerika Serikat. Insiden terbanyak terjadi pada musim dingin atau musim
hujan di negara-negara tropis (Rahajoe, 2010).
Menurut data di Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung
prevalensi penyakit pada tahun 2014 hingga pertengahan juli 2015 yang menduduki
peringkat pertama yaitu gastroentritis 361 (17.09%), kedua adalah typoid yaitu
sebanyak 180 (8.52%), ketiga adalah bronkopneumonia sebanyak 34 (1.6%), yang
keempat yaitu bronkiolitis sebanyak 21 kasus (0.99%) dan yang kelima yaitu
bronkitis sebanyak 17 (0.8%) dari keseluruhan jumlah pasien anak-anak (usia
0-14 tahun) di Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung yaitu sebanyak 2.112 anak.
Sedangkan bronkiolitis disini menduduki peringkat keempat
Penyakit ini umumnya disebabkan oleh respiratory syncytial virus (RSV),
biasanya terjadi pada anak usia 2 sampai 12 bulan (Speer dalam Marni 2014)
Apabila
Bronkiolitis tidak segera ditangani maka dapat menyebabkan gagal napas, Apnea,
hipoksia dan Bronkiolitis obliterans/degenerasi (Mandal, 2008).
Komplikasi dari bronkiolitis sendiri yaitu apnea,
penyakit paru kronis, atelektasis, gangguan asam basa asidosis metabolik,
alkalosis respiratorik, dan asidosis respiratorik dan bisa menimbulkan
kematian.
Pencegahan terhadap penyakit Bronkiolitis dapat
dilakukan dengan cara selalu mencuci tangan dengan benar sebelum menggendong
bayi, minimalkan kontak dengan orang yang mengalami gejala common cold atau bronkiolitis, hindari membawa bayi ke tempat
ramai, hindarkan bayi dari asap rokok (http://milissehat.web.id).
Berdasarkan data di atas, penulis akan menyusun
laporan kasus dengan judul “Asuhan keperawatan dengan Bronkiolitis pada An. di Ruang Seruni Rumah Sakit Umum Daerah
Temanggung
B. Tujuan
Penulisan
1. Tujuan
Umum
Menggambarkan
kompetensi mahasiswa dalam melaksanakan asuhan keperawatan dengan pendekatan
studi kasus Bronkiolitis di ruang Seruni Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung.
2. Tujuan
Khusus
Penulis dapat :
a. Melakukan
pengkajian pada anak dengan bronkiolitis di ruang Seruni Rumah Sakit Umum
Daerah Temanggung.
b. Merumuskan
diagnosa keperawatan pada pasien bronkiolitis di ruang Seruni Rumah Sakit Umum
Daerah Temanggung.
c. Menyusun
rencana tindakan keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah
ditentukan.
d. Melakukan
tindakan keperawatan berdasarkan intervensi yang telah ditentukan pada
masing-masing diagnosa keperawatan.
e. Melakukan
evaluasi pada pasien bronkiolitis.
f. Melakukan
dokumentasi pada pasien bronkiolitis
C. Manfaat
penulisan
Manfaat
praktis
1. Manfaat
bagi penulis
Penulis dapat
memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam memberikan asuhan keperawatan serta
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama pendidikan khususnya dalam penerapan
asuhan keperawatan pada pasien Bronkiolitis.
2. Bagi
klien dan keluarga
Meningkatkan derajat
kesehatan dan mencegah kekambuhan serta dapat memberikan informasi mengenai
perawatan pada pasien Bronkiolitis.
3. Bagi
pembaca
Sebagai panduan dalam
menggambarkan masalah dan penatalaksanaan pada pasien Bronkiolitis.
4. Bagi
institusi
1) Sebagai
sarana pembelajaran bagi mahasiswa tentang studi kasus penatalaksanaan keperawatan
anak pada pasien Bronkiolitis
2) Menjadi
kerangka acuan untuk melakukan studi kasus lebih lanjut dan sebagai wahana
dalam pengembangan diri dalam bidang kognitif maupun ketrampilan dalam masalah
keperawatan pada pasien Bronkiolitis.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Konsep
Bronkiolitis
1. Definisi
a. Bronkiolitis
adalah penyakit infeksi akut pada alat pernapasan terutama pada bayi umur 2-6
bulan, menimbulkan obstruksi saluran napas kecil, disertai oleh gejala batuk,
kesulitan bernapas, makan minum berkurang, wheezing, krepitasi, dan dapat
mengakibatkan apnea (Widagdo, 2011).
b. Bronkiolitis
adalah suatu peradangan pada bronkiolus yang disebabkan oleh virus (Suriadi,
2010).
c. Bronkiolitis
adalah suatu peradangan pada bronkiolus yang menyebabkan obstruksi
(penyempitan) akut jalan napas dan penurunan pertukaran gas alveoli, yang
ditandai dengan sesak napas, mengi, dan hiperinflasi (terjebaknya udara) paru
(Marni, 2014).
d. Bronkiolitis
adalah salah satu alasan yang paling sering untuk hospitalisasi bagi bayi yang
berusia kurang dari satu tahun (Subanada dalam Marni, 2014)
Berdasarkan pendapat para ahli di atas
dapat disimpulkan bahwa bronkiolitis adalah penyakit infeksi yang ditandai
dengan peradangan pada bronkiolus dan menyebabkan obstruksi akut jalan napas,
dengan gejala sesak napas, mengi, dan hiperinflasi (terjebaknya udara) paru.
Biasanya terjadi pada anak usia 2 sampai 12 bulan.
2. Etiologi
Penyakit ini umumnya disebabkan oleh respiratory syncytial virus (RSV),
biasanya terjadi pada anak usia 2 sampai 12 bulan (Speer dalam Marni 2014).
3. Manifestasi
Klinis
a. Sering
bersin dan banyak secret atau lendir
b. Demam
ringan
c. Tidak
dapat makan dan gangguan tidur
d. Retraksi
atau tarikan pada dinding dada; suprasternal, interkostal, dan subkostal pada
inspirasi
e. Napas
cepat
f.
Terdapat wheezing
g. Batuk
h. Cemas
(Suriadi, 2010)
Anatomi
sistem pernapasan
a. Hidung
Hidung
adalah tempat masuknya pernapasan. Di dalam hidung terdapat selaput lendir,
bulu-bulu hidung, dan ujung saraf pembau serta konka.
Proses yang terjadi pada udara di
dalam rongga hidung terbagi menjadi tiga.
1) Penyaringan
Didalam
rongga hidung terdapat selaput lendir dan bulu-bulu atau rambut-rambut hidung.
Selaput lendir dan rambut-rambut hidung berfungsi menyaring debu atau benda
asing yang masuk bersama udara.
2) Penghangatan
(pengaturan suhu)
Penghangatan
dilakukan oleh konka (banyak kapiler darah) untuk mengubah suhu udara agar
sesuai dengan suhu tubuh.
3) pelembapan
(pengaturan kelembapan)
Dengan
bantuan lendir menjadikan udara kering yang masuk dalam rongga hidung menjadi
lembab sebelum ke paru-paru.
b. Faring
Berfungsi sebagai saluran bersama untuk sistem
pernapasan dan pencernaan.
c. Laring
Laring merupakan tempat melekatnya pita suara. Pada
saat kamu berbicara, pita suara akan mengencang atau mengendor. Suara
dihasilkan apabila udara bergerak melewati pita suara dan menyebabkan
terjadinya getaran. Pita suara pada laki-laki lebih panjang dibanding pita
suara perempuan.
d. Trakea
Trakea merupakan pipa kaku tapi elastis yang
panjangnya sekitar 10 cm. Trakea terletak dibagia leher dan sebagian di rongga
dada. Dinding trakea dikelilingi cincin tulang rawan dan di bagian dalam rongga
bersilia. Silia tersebut berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke
dalam pernapasan.
Dinding
trakea terdiri dari tiga lapisan sel yaitu:
1) Lapisan
dalam berupa jaringan epitel bersilia
2) Lapisan
tengah berupa otot polos dan cincin tulang rawan
3) Lapisan
luar berupa jaringan ikat.
e. Bronkus
Trakea
bercabang menjadi dua cabang trakea yang disebut bronkus. Cabang bronkus adalah
bronkus kanan dan bronkus kiri.
1)
Bronkus kanan, menuju ke paru-paru
kanan (3 lobus dan kedudukan lebih menurun)
2)
Bronkus kiri, menuju ke paru-paru
(2 lobus dan kedudukan lebih mendatar).
f.
Bronkiolus
Bronkiolus (cabang-cabang bronkus), yaitu cabang-cabang
bronkus yang makin masuk ke dalam paru-paru makin kecil dan halus dengan dinding
yang tipis.
g.
Alveoulus
Alveolus (gelembung-gelembung paru), yaitu organ yang
berbentuk seperti sekumpulan kantong (gelembung) dan tersusun atas selapis sel
yang tipis dan elastis rata-rata diselubungi oleh kapiler darah, alveolus
berjumlah ± 1.800 juta buah yang berfungsi sebagi tempat terjadinya pertukaran
gas, yaitu O2 dari lingkungan sel-sel darah dan CO2 dari sel-sel darah ke
lingkungan (http://budisma.net).
4. Patofisiologi
Betz
dan linda (2009) menyatakan bronkiolitis adalah suatu penyakit saluran
pernapasan bawah yang disebabkan oleh masuknya RSV (Respiratory Syncytial virus) ke dalam tubuh melalui saluran
pernapasan. Bila virus tersebut masuk kedalam tubuh yang memiliki daya tahan
tubuh lemah, maka mikroorganisme dapat masuk ke dalam bronkiolus lalu reaksi
tubuh terhadap benda asing yaitu dengan membentuk antibodi, keluarnya mediator
radang (histamin, bradikinin, prostaglandin) sehingga terjadi peningkatan
produksi sekret kemudian akan muncul masalah keperawatan Ketidak Efektifan
Bersihan Jalan Napas.
Produksi
sekret yang berlebih dapat mengakibatkan kurangnya kebersihan mulut, nafsu
makan menurun sehingga menyebabkan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan.
Selain
itu produksi sekret meningkat juga menyebabkan obstruksi (penyempitan) karena
tersumbatnya membran kapiler alveoli dan menghambat aliran oksigen ke dalam
bagian kapiler yang terkena hal ini dapat menyebabkan hipoventilasi (ventilasi
tidak memadai sehingga pertukaran gas terganggu) dan muncul masalah keperawatan
Kerusakan Pertukaran Gas, karena terjadi hipoventilasi maka diperlukan
penggunaan otot pernapasan sehingga menyebabkan kelelahan dan dapat
mengakibatkan Intoleransi Aktivitas selain itu hipoventilasi juga dapat menyebabkan
sesak napas dan muncul masalah keperawatan Ketidakefektifan Pola Napas.
Terjadi
hiperinflasi (terjebaknya udara) pada paru merupakan akibat dari udara yang
tidak terabsorbsi oleh karena terjadi konstriksi (pengencangan/pengempisan)
pada bronkiolus selama ekspirasi. Dengan mekanisme terjadinya konstriksi dimana
udara tidak dapat diabsorbsi maka akan terjadi atelektasis / halangan pada
bronkus (Suriadi dan Rita Yuliani, 2010)
pathway

daya
tahan tubuh lemah
mikroorganisme masuk ke dalam bronkiolus
reaksi tubuh terhadap benda asing
(antigen)
membentuk
antibodi


![]() |

membran

menghambat
aliran O2 ke
dalam bagian
kapiler yang terkena








Gambar
2.2. Pathway Bronkiolitis
Dikembangkan
dari : Betz (2009), Suriadi (2010)
5. Pemeriksaan
Penunjang
a. Pemeriksaan
radiologi
Menunjukkan
hiperinflasi dengan udara yang terperangkap, infiltrasi (penimbunan) perihiler
ringan, dan atelektasis (ekspansi paru pada saat lahir yang tidak
komplet).
b. Pemeriksaan
darah
Terjadi
peningkatan hemoglobin dan hematokrit. Sel darah putih juga mengalami
peningkatan.
c. Uji
ELISA
(enzym Linked Immunofluorescent Assay)
untuk mengidentifikasi kadar IL-4 dan IFN-γ
dan adanya virus pada nasoparhyngeal.
d. Untuk
mengetahui respiratory syncytial virus
(RSV) dilakukan dengan pemeriksaan dengan menggunakan test pack RSV dengan
metode rapid enzyme immuno assay
untuk mendeteksi antigen virus secara langsung yang diambil dari sediaan
sekresi lendir nasofaring. Pengukuran faal paru menggunakan spirometer auto
spiror discom 21 sesuai prosedur.
(Kusuma dalam Marni,
2014)
6. Penatalaksanaan
a. Pengobatan
supportive
b. Pemberian
oksigen dengan humidifikasi, atau terapi aerosol (ribavirin, terbutalin,
albuterol, dan aminophilin)
c. Terapi
cairan oral (seperti; pedialyte,) dan parenteral
d. Istirahat
e. Antibiotik
bila sekunder dari infeksi bakteri
(Suriadi, 2010)
B. Tumbuh
Kembang
Pertumbuhan (growth) merupakan suatu proses
anabolik, yaitu bertambahnya jumlah sel tubuh manusia dalam dimensi tingkat sel
yang dapat diukur seperti panjang badan, berat badan, gigi geligi, dan proses
metabolisme pertumbuhan (Needlman dalam IG.N. GDE Ranuh, 2013).
Perkembangan (development) merupakan proses
diferensiasi sel tubuh, jaringan tubuh, yang kemudian membentuk organ dengan
fungsinya yang kompleks, termasuk di sini perkembangan emosi, intelegensi,
tingkah laku dalam interaksi dengan lingkungannya pertumbuhan (Needlman dalam
IG.N. GDE Ranuh, 2013).
Perkembangan pada anak menurut Joyce (2009)
mencangkup perkembangan fisik/motorik, bahasa, kognitif, sosialisasi.
Tabel 1.1
Pola perkembangan pada anak
Usia
|
Fisik/Motorik
|
Bahasa
|
Kognitif
|
Sosialisasi
|
1 bulan
|
Rata-rata
pertambahan berat badan setiap minggu 140-200 gr sampai usia 6 bulan.
Rata-rata
pertambahan tinggi badan setiap bulan 2,5 cm sampai usia 6 bulan.
Pernapasan
melalui hidung.
Kepala
terlukai jika tidak ditopang.
Punggung
bungkuk dalam posisi duduk.
Tangan
menggengam.
Dapat
memutar kepala ke samping jika tengkurap.
Membuat
gerakan merangkak jika tengkurap
|
Menangis
jika tidak nyaman.
Membuat
suara tenggorok yang pelan.
|
FASE
SENSORIK-MOTORIK
Tahap
reflektif
Egosentrik
Tidak
bertujuan; tidak punya harapan tertentu.
|
Memandang
wajah dengan sungguh-sungguh.
|
2 bulan
2 bulan
Lanjutan
|
Fontanel
posterior menutup.
Dapat
mengangkat kepala 450 jika tengkurap.
Jika
ditopang dalam posisi duduk, kepala ditahan tetapi tiba-tiba jatuh ke depan.
Mengikuti
objek dan suara secara visual.
Tangan
lebih sering terbuka.
Reflek
menggenggam menghilang.
|
Menangis
yang berbeda.
Bahasa
sendiri.
Mengeluarkan
suara.
Secara
sadar mengulangi aktivitas, mulai memperlihatk-an permulaan hubungan antara
tindakan dan akibatnya.
Mengantisipasi
pemberian makan.
Mulai
membedakan diri sendiri dari oranglain.
|
Tahap
reaksi sirkular primer
Berespons
secara berbeda terhadap objek yang berbeda.
|
Dapat
melakukan senyum sosial.
|
3 bulan
|
Meletakkan
tangan di depan dan memandangnya.
Memegang
giring-giring tetapi tidak mencoba mengambilnya.
Mengangkat
dada, ditopang dengan tangan.
Kepala
sedikit terlukai.
Mengikuti
bunyi secara visual dengan memalingkan kepala.
Mampu
menahan berat sebagian badan dengan kedua tungkai jika dipegang dalam posisi
berdiri.
Reflek
menggengam palmar melemah.
|
Menjerit.
Tertawa.
Mengeluarkan
suara dalam berespons terhadap suara lain.
|
Seperti
usia 2 bulan.
|
Mengenali
wajah yang familier dan situasi yang tidak dikenal.
Berhenti
menangis jika orangtua mendekati.
|
4 bulan
4 bulan lanjutan
|
Menahan
kepala tetap stabil dalam posisi duduk.
Kepala
hampir tidak terkulai jika di alihkan ke
posisi duduk.
Duduk
tegak jika disangga.
Mengangkat
kepala dan bahu 900 jika tengkurap.
Membalik
dari punggung ke samping.
Memainkan
kedua tangan.
Menjangkau
objek tetapi dibuang.
Menggenggam
objek dengan kedua tangan.
Mengikuti
secara visual objek yang dijatuhkan.
Mulai
mengeluarkan liur.
Refleks
moro, refleks tonic neck, refleks
ekstrusi, dan refleks rooting menghilang.
Tidur
malam 10-12 jam.
Tidur
siang 2-3 kali sehari.
|
Membuat
suara konsonan (b, g, k, n, p) diselingi dengan suara seperti suara vokal.
Vokalisasi
bervariasi dengan suara hati.
|
Seperti
usia 2 bulan
|
Dapat
berhubungan dengan oranglain (sosial).
Bosan
jika ditinggal sendirian.
Minta
perhatian dengan digoda.
|
5 bulan
5 bulan lanjutan
|
Kepala
tidak terkulai.
Punggung
lurus ketika beralih ke posisi duduk.
Menahan
sebagian besar berat dengan kedua tungkai jika berdiri.
Duduk
lebih lama jika punggung ditopang.
Bermain
dengan kaki.
Memasukkan
objek ke mulut.
Gigi
mungkin mulai tumbuh.
|
Sama
seperti usia 4 bulan.
|
Tahap
reaksi sirkular sekunder.
Mencari
objek di tempatnya menghilang.
Mengenali
objek yang sebagian hilang.
Mengulangi
tindakan yang menarik.
Daftar
aktivitas luas (menendang, memukul, menarik, menepuk) yang menghasilkan
aktivitas baru.
Meniru
oranglain.
|
Mengenali
orang asing.
Mempunyai
perubahan suasana hati yang cepat.
Mengungkapkan
sikap tidak senang jika objek yang disukai diambil.
|
6 bulan
6 bulan lanjutan
|
Rata-rata
pertumbuhan berat badan setiap minggu 90-150 gr selama 6 bulan berikutnya.
Mengunyah
dan menggigit.
Memegang
botolnya sendiri tetapi lebih suka dipegangi.
Mengangkat
dada dan abdomen dari permukaan yang rata, bertumpu pada tangan.
Duduk
di kursi yang lebih tinggi dengan punggung lurus.
Dapat
membalikkan badan dengan sempurna dari perut kembali ke perut.
Memungut
objek yang dijatuhkan.
Memanipulasi
objek kecil.
Menarik
kaki ke mulut.
Menyesuaikan
postur untuk mengikuti objek secara visual.
Memperlihatkan
reflek landau (ketika ditahan tengkurap, kepala diangkat, tulang belakang dan
kaki ekstensi).
|
Berbicara
dengan cermin.
Membuat
satu suku kata (ma, da, uh).
Mulai
meniru suara (mis, batuk)
|
Seperti
usia 5 bulan
|
Memperlihatkan
ketakutan pada orang asing.
Mengembangkan
tangan ketika ingin memungut.
Menjadi
sangat gembira jika anggota keluarga mendekat.
Tertawa
jika kepala ditutupi dengan handuk.
|
7 bulan
|
Duduk
dalam posisi tripod.
Mengangkat
kepala dari atas meja jika telentang.
Bersemangat
jika ditahan dalam posisi berdiri.
Memindahkan
kubus dari satu tangan ke tangan yang lain.
Memegang
kubus di setiap tangan.
Melempar
kubus di atas meja.
Menggaruk
benda-benda kecil.
Mendekati
mainan dan mengambilnya dengan satu tangan.
Berespons
jika namanya dipanggil.
Menunjukkan
pilihan terhadap cita rasa makanan.
|
Suku
kata berantai (mama, dada) tetapi belum bermakna. Mampu menghasilkan empat
suara vokal yang berbeda.
|
Seperti
usia 5 bulan.
|
Ketakutan
pada orang asing meningkat.
Meniru
Batuk,
menguap untuk menarik perhatian.
Mengatup
bibir dalam berespons terhadap ketidaksukaan terhadap makanan.
Menggigit
dan mengucapkan kata secara dibuat-buat.
Bermain
ciluk-ba.
|
8 bulan
8 bulan lanjutan
|
Duduk
sendiri dengan stabil.
Dapat
berdiri dengan berpegangan sesuatu.
Mulai
menjepit (dengan ibu jari dan jari-jari).
Melihat
kubus ketiga ketika memegang kubus di setiap tangan.
Melepas
objek dengan sadar.
Membunyikan
bel.
Menjangkau
mainan yang di luar jangkauan.
Mungkin
terbangun di tengah malam.
Terbentuk
pola berkemih dan buang air besar.
|
Membuat
suara d, t, w.
Berespons
terhadap perintah sederhana.
|
Seperti
usia 5 bulan.
Koordinasi
skema sekunder.
Objek
permanen
|
Kecemasan
terhadap orang asing dan ketakutan berpisah dari orang tua meningkat.
Mulai
berespons terhadap kata “tidak-tidak”.
Mencari
objek yang hilang.
Menunjukkan
ketertarikan untuk menyenangkan orang tua.
|
9 bulan
|
Berusaha
sendiri untuk berdiri
Merangkak,
pertama-tama ke arah belakang.
Kembali
ke posisi duduk jika bersandar ke depan, namun tidak dapat melakukan jika
bersandar ke samping.
|
|
Permulaan
inteligensia.
Memberi
tanda terhadap kejadian.
Aktivitas
mengarah ke tujuan.
|
Mungkin
menunjukkan ketakutan untuk pergi tidur atau sendirian.
|
10 bulan
10 bulan lanjutan
|
Merangkak,
beringsut ke depan dengan tangan.
Berdiri
dengan memegang perabotan.
Mungkin
meluncur (melangkah disisi-sisi perabotan dengan berpegangan pada perabotan).
Kembali
seimbang dengan mudah jika duduk.
|
Menyebut
mama dan da-da dengan sempurna.
Mungkin
mengucapkan satu kata.
|
Seperti
usia 9 bulan.
|
Melambaikan
tangan, menyodorkan mainan ke orang lain, tetapi tidak melepasnya.
Mengulangi
aktivitas yang menarik perhatian.
Bermain
pantun.
Menangis
jika dihardik.
,
|
11 bulan
|
Merangkak
dengan abdomen tidak menyentuh lantai.
Berputar
ketika duduk (menjangkau ke arah belakang untuk mengambil objek).
Menjatuhkan
objek dengan sengaja untuk mereka ambil kembali.
Menempatkan
objek di bagian dalam satu dengan lainnya.
Menggunakan
krayon untuk membuat tanda di kertas.
|
Meniru
suara yang diucapkan.
|
Seperti
usia 9 bulan.
|
Mengekspresikan
rasa frustasi jika dihalangi.
Bermain
so-big, up-down, ciluk-ba
|
12 bulan
12 bulan lanjutan
|
Berat
badan tiga kali lipat.
Lingkar
kepala dan dada sama besar.
Meluncur
dengan baik.
Berjalan
dengan bantuan.
Dapat
duduk dari berdiri tanpa bantuan.
Minum
dari gelas dan makan dengan sendok tetapi memerlukan bantuan.
Bekerjasama
dalam berpakaian.
Membalik
beberapa halaman buku pada suatu waktu.
Genggaman
menjepit berkurang.
Syaraf
lumbal berkembang sehingga lordosis ketika berjalan.
|
Mengucapkan
dua kata atau lebih.
Selain
mama dan da-da.
Mengenal
objek dengan namanya.
Meniru
suara binatang.
|
Seperti
usia 9 bulan.
|
Berespons
terhadap perintah sederhana.
Menggali
dengan aktif.
Memeluk
ibunya dalam situasi yang tidak dikenal.
Mungkin
mengambil objek yang aman.
Memperlihatkan
emosi.
|
13-18
bulan
13-18
bulan lanjutan
|
Fontanel
anterior menutup.
Abdomen
menonjol.
Berjalan
dengan jarak kaki yang lebar.
Menaiki
tangga dengan bantuan, merangkak menuruni tangga.
Melemparkan
bola yang ada di tangan.
Duduk
sendiri di atas kursi kecil.
Memanjat.
Menarik
mainan kedekatnya dan mendorong perabot yang ringan.
Meniru
pekerjaan rumah tangga.
Meletakkan
objek yang berbentuk ke dalam lubang.
Menulis
dengan penuh semangat.
Meniru
coretan vertikal dan melingkar.
Menyusun
dua atau tiga kubus.
Tidur
10-12 jam, tidur siang satu kali.
Dapat
membuka selimut sendiri selama tidur.
|
Pada
usia 15 bulan, bayi mampu mengucapkan empat sampai enam kata, dan pada usia
18 bulan, 10 kata atau lebih.
Menunjuk
objek yang diinginkan.
Menunjuk
dua atau tiga bagian tubuh (18 bulan)
|
Tahap
reaksi sirkular tersier.
Belajar
trial dan error.
Aktif
bereksperimen.
Meminta
bantuan orang dewasa untuk menggapai hasil.
Memahami
hubungan antara objek dan kegunaannya.
|
Minum
dengan gelas tetapi menjatuhkannya jika telah selesai minum.
Memegang
gelas dengan cukup baik di kedua tangan.
Menggunakan
sendok tetapi memutar ujung sendok ke arah belakang sebelum sendok mencapai
mulut.
Mungkin
membuang botol.
Tidak
begitu takut dengan orang asing.
Memeluk
dan mencium anggota keluarga lain dan gambar di buku.
Temper tantrum mulai timbul.
Mulai
menunjukkan kepemilikan.
Melepas
pakaian yang sederhana.
|
24 bulan
24 bulan lanjutan
|
Rata-rata
pertambahan berat badan 1.8-2.7 kg.
Lingkar
dada lebih besar daripada lingkar kepala.
Sistem
fisiologis stabil kecuali untuk sistem reproduksi dan sistem endokrin.
Cara
berjalan lebih stabil, seperti orang dewasa.
Melompat
dengan kasar.
Dapat
naik sepeda roda tiga.
Berjalan
menaiki dan menuruni tangga dengan dua kaki pada setiap langkah.
Memegang
pegangan tangga.
Mengumpulkan
objek tanpa jatuh.
Menendang
bola ke depan tanpa gangguan keseimbangan.
Memutar
tombol pintu dan melepas tutup.
Menyusun
enam sampai tujuh kubus.
Membalik
halaman buku pada suatu waktu.
Mungkin
dapat dilatih eliminasi pada siang hari.
|
Kosa
kata kira-kira 300 kata.
Kalimat
pendek dengan dua sampai tiga kata.
Menggunakan
kata ganti.
Memberi
nama pertama.
Mengungkapkan
kebutuhan terhadap makanan, minuman, dan buang air.
|
Penemuan
arti baru melalui kombinasi mental.
Permulaan
penyelesaian masalah mental dan bermain. Mempunyai pengertian dan pemikiran
ke masa depan.
Mampu
memperlambat imitasi selama beberapa hari.
|
Suka
membuang waktu.
Negativistik.
Temper
tantrum menurun.
Memperlakukan
anak lain seperti objek.
Ingin
berteman tapi tidak tahu caranya.
Tidak
dapat membagi barang miliknya.
Melakukan
permainan paralel.
Memperlihatkan
kemandirian dari ibunya yang meningkat.
Mengunyah
dengan mulut tertutup.
Menggunakan
sedotan.
Dapat
mengenakan pakaian sederhana.
|
30 bulan
|
Berat
badan empat kali lipat.
Gigi
susu lengkap.
Menyusun
menara dengan delapan kubus.
Menyalin
lingkaran dari model contoh.
Melempar
bola yang besar 1.2-1.5 m.
Berjalan
beberapa langkah dengan ujung kaki.
|
Menyebutkan
nama pertama dan nama terakhir.
Menikmati
irama dan lagu.
|
Fase
preoperasional
Tahap
prakonseptual
Penggunaan
simbol-simbol meningkat.
Egosentrik.
Pikiran
representatif.
Bermain
simbolik dan fantasi.
Mulai
memahami konsep waktu.
|
Mudah
berpisah dengan orang tua.
Memerhatikan
perbedaan jenis kelamin.
Mandiri
dalam melakukan eliminasi kecuali melakukan cebok.
|
36 bulan
36 bulan lanjutan
|
Rata-rata
pertambahan berat badan 1.8-2.7 kg.
Berdiri
seimbang dengan satu kaki selama 5 detik.
Melompat
dengan langkah yang pendek.
Berjalan
menaiki tangga dengan kaki bergantian.
Mungkin
berusaha untuk menari tetapi keseimbangan masih belum stabil.
Menuang
cairan dengan baik dari kendi.
Mulai
menggunakan gunting.
Menguntai
tasbih.
Menyusun
menara dari 9 atau 10 kubus.
Menyalin
tanda silang (X) dari contoh.
Mencuci
tangan.
Memungkinkan
untuk dilatih bereliminasi pada malam hari.
Tidur
10 sampai 15 jam. Tidur siang lebih sedikit.
|
Kosa
kata kira-kira 900 kata.
Berbicara
dalam kalimat terdiri dari 6 kata.
Menggunakan
bicara telegrafik.
Banyak
bertanya.
|
Mengulangi
3 angka.
Seperti
usia 30 bulan.
|
Negativistik
berkurang.
Ramah.
Mulai
memahami melakukan perubahan.
Mampu
membagi, tetapi sering menggunakan milik sendiri.
Mulai
mempelajari peraturan-peraturan sederhana, tetapi subjek peraturan menurut
interpretasi sendiri.
Menyebutkan
jenis kelamin orang lain dengan benar.
Anak
laki-laki cenderung lebih kuat mengenal ayahnya.
Dapat
berpakaian sendiri dengan bantuan minimal.
Makan
sendiri.
Mulai
menggunakan garpu tetapi memegangnya dengan telapak tangan.
Mengunyah
seperti orang dewasa.
Mungkinmempunyai
rasa takut, terutama terhadap gelap atau binatang.
|
48 bulan
48 bulan lanjutan
|
Panjang
badan dua kali lipat.
Seimbang
dengan satu kaki selama 10 detik.
Melompat
dengan satu kaki.
Menangkap
bola yang dilambungkan.
Mengikat
tali sepatu.
Membuat
jembatan tiruan dengan kubus.
Menggunakan
gunting untuk memotong gambar.
Imunoglobulin
G mencapai kadar orang dewasa.
Menggambar
orang dalam 3 bagian.
|
Kosa
kata 1500.
Tahu
lagu-lagu sederhana.
Membesar-besarkan,
menyombongka-n diri, mungkin biasa.
Memahami
konsep di bawah, di atas, di samping, di depan.
Memahami
analogi sederhana.
|
Tahap
intuitif
Waktu
dihubungkan dengan kejadian sehari-hari.
Dapat
menghitung tapi tidak benar-benar.
Memahami
makna dari angka-angka.
Percaya
bahwa pikiran menyebabkan kejadian.
Tidak
dapat menghemat benda.
Egosentrik
menurun.
Mengulangi
empat angka.
Menyebutkan
satu atau lebih uang logam.
|
Suka
mengadu.
Mungkin
mempunyai teman bermain khayalan.
Independen.
Agresif,
melakukan agresif pada anggota keluarga.
Memperlihatkan
suasana hati yang berubah-ubah.
Mengikuti
kelompok bermain yang kooperatif.
Menikmati
hiburan.
Perintah
lakukan dan jangan dilakukan adalah penting.
Mengidentifikasi
orang tua dari lain jenis.
|
5 tahun
5
tahun lanjutan
|
Gigi
tetap (permanen) mulai muncul.
Tangan
dominan menetap.
Melompati
tali.
Berjalan
mundur dengan tumit ke ujung kaki.
Mungkin
dapat mengikat tali sepatu.
Dapat
menulis beberapa huruf dengan benar.
Dapat
menulis nama panggilan.
Menggambar
orang dengan enam atau tujuh bagian.
Menggunakan
gunting atau pensil dengan baik.
Menyalin
bentuk segitiga dan wajik.
|
Kosa
kata kira-kira 1200.
Berbicara
dengan konstan.
Menanyakan
arti kata.
|
Menggunakan
kata waktu dengan pemahaman yang lebih baik.
Tertarik
pada kenyataan yang berhubungan dengan lingkungan.
Menyebutkan
empat warna atau lebih.
Menyebutkan
uang logam.
Menyebutkan
nama-nama hari dalam seminggu.
|
Menyenangkan.
Dapat
dipercaya.
Rasa
takut lebih sedikit.
Ingin
melakukan sesuatu dengan cara yang benar.
Lebih
sering mencari-cari ibu karena lebih banyak melakukan aktivitas di luar
rumah, seperti sekolah.
Lebih
kuat mengenal orang tua yang sejenis.
|
6 tahun
|
Ketangkasan
meningkat.
Melompat
tali.
Bermain
papan luncur, sepeda.
Dapat
menjahit dengan kasar.
|
Menguraikan
objek-objek dalam gambar.
|
Dapat
membedakan kanan dan kiri.
Mengenali
banyak bentuk.
Membaca
dari ingatan.
Mematuhi
tiga perintah berturut-turut.
|
Senang
menggoda orang lain.
Mungkin
menentang dan tidak sopan.
Kecemburuan
terhadap adik lebih nyata.
Memperlihatkan
temper tantrum.
Melakukan
kecurangan untuk menang.Senang permainan meja.
|
7 Tahun
|
|
Membaca
secara mekanis.
Mungkin
melewati kata-kata seperti dia.
|
Mengulangi
tiga angka urut ke belakang.
Membaca
waktu untuk seperempat jam.
|
Senang
mengolok-olok.
Anak
wanita bermain dengan anak wanita, anak laki dengan anak laki.
Lugu
terhadap masalah seks.
Cemas
terhadap kegagalan.
Kadang-kadang
malu atau sedih.
Peningkatan
minat pada bidang spiritual.
|
8-9
tahun
|
Kecepatan
dan kehalusan aktivitas motorik meningkat.
Menggunakan
alat-alat yang umum, seperti palu dan alat rumah tangga .
Variasi
ketrampilan lebih individual
|
|
Tahap
operasional konkret (7-11 tahun)
Usia
dengan pemikiran yang berhubungan.
Mampu
mengelompokk-an, menyusun serial, mengurutkan.
Mempelajari
prinsip-prinsip penghematan.
Mengetahui
tanggal.
Menyebutkan
nama-nama hari dan bulan secara berurutan.
Menghitung
mundur dari 20 ke 1.
Membuat
perbaikan dengan benar dari suatu segi.
|
Ekspansif.
Ingin terlibat dalam segala sesuatu.
Mencari
teman secara aktif.
Menyukai
kelompok dan mode.
Suka
membantu.
Memulai
memuja pahlawan.
|
10-12
tahun
|
Pertambahan
tinggi badan lambat.
Pertambahan
berat badan cepat.
Perubahan
tubuh yang berhubungan dengan pubertas mungkin tampak.
Erupsi
gigi yang tersisa.
Memasak,
menggergaji, mengecat, menggambar.
Mencuci
dan menjemur pakaian sendiri.
|
Senang
menulis surat.
Membaca
untuk kesenangan atau tujuan tertentu.
|
FASE
OPERASIONA-L FORMAL.
Pemikiran
logis dan kemampuan menggunakan pemikiran abstrak berkembang.
Pemikiran
reflektif, futuristik, multidimension-al.
|
Sangat
tertarik pada bacaan, ilmu pengetahuan, usaha-usaha kreatif.
Demonstratif.
Teman
sebaya dan orangtua penting.
Bersifat
percakapan.
Mulai
tertarik dengan lawan jenis.
|
Masa remaja awal
|
Pertambahan
maksimum tinggi dan berat badan.
Anak
perempuan mulai mendapat haid
Anak
wanita tampak lebih gemuk.
Menjadi
kikuk dan mempunyai postur yang jelek.
Mungkin
mengalami keletihan.
|
|
Kikuk
dan tidak konsisten dalam pemikiran abstrak.
Titik
terendah dalam kreatifitas.
|
Berbeda
dalam toleransi.
Menyesuaikan
diri dengan standar kelompok.
Mencoba
berbagai peran.
Ambivalen.
Suasana
hati berubah-ubah.
Periode
konflik yang
intens
dengan orang
tua.
|
Masa remaja awal lanjutan
|
Imunoglobulin
A dan M mencapai kadar orang dewasa.
|
Bicara
lama di telepon.
|
|
Anak
laik-laki lebih menyukai olahraga.
Anak
wanita membicarakan pakaian dan kosmetik.
Melamunkan
sesuatu yang hebat.
|
Masa remaja perten-gahan
|
Anak
wanita mencapai maturitas fisik.
|
Mampu
mempertahankan argumen.
|
Kapasitas
penalaran abstrak meningkat.
Menikmati
kekuatan intelektual.
Memperhatikan
masalah-masalah sosial dan filosofis.
Periode
kreatif.
|
Introspektif.
Emosi
masih tebal.
Hubungan
anak-orang tua mencapai titik terendah.
Pelepasan
dan hubungan ketergantungan orangtua-anak terjadi.
Takut
ditolak teman sebaya.
Memahami
norma-norma kelompok.
Kecenderungan
seksual mulai terbentuk.
Berkencan
menjadi hal yang penting.
|
Masa remaja akhir
|
Anak
laki-laki mencapai maturitas fisik
|
|
Berpikir
kompleks.
Kreatifitas
memudar.
|
Mengejar
karir.
Identitas
seksual terbentuk.
Lebih
nyaman dengan diri sendiri.
Konflik
dengan keluarga lebih sedikit.
Kelompok
sebaya kurang begitu penting.
Emosi
lebih terkontrol.
Membentuk
hunungan yang menetap (stabil).
|
Tabel
1.2
Perkembangan Sistem Pernapasan Menurut
Muscari (2005)
Usia
|
Jumlah Pernapasan
|
Struktur dan
Fungsi
|
Bayi
(0-1 tahun)
|
30-60 X/menit
|
1.
Pada saat lahir, paru-paru mengandung cairan dimana
cairan ini akan digantikan oleh udara ketika bayi mulai bernapas.
2.
Saluran pernapasan bayi berukuran kecil dan
relatif rapuh dan memberikan perlindungan yang tidak adekuat terhadap
infeksi. Terlalu dekatnya jarak antara satu struktur dengan struktur lainnya
memudahkan penyebaran infeksi.
3.
Permukaan alveolus yang masih terbatas untuk
pertukaran gas.
|
Toodler/usia
prasekolah
(1-6 tahun)
|
20-30 X/menit
|
1.
Volume paru meningkat
2.
Kerentanan terhadap infeksi menurun.
|
Usia sekolah
(6-12 tahun)
|
18-21 X/menit
|
1.
Sistem pernapasan mencapai kematangan seperti pada
orang dewasa.
2.
Frekuensi pernapasan lebih lambat seiring dengan
meningkatnya jumlah pertukaran udara setiap kali bernapas.
3.
Kapasitas paru lebih proporsional terhadap ukuran
tubuh.
|
Remaja
(12-19 tahun)
|
16-20 X/menit
|
1.
Oksigenasi yang tidak adekuat terjadi saat sistem
pertumbuhannya lambat dalam proporsi dengan keseluruhan tubuh.
2.
Laki-laki memiliki kapasitas vital lebih tinggi
karena ukuran dada yang lebih besar dan kematangan kapasitas paru lebih lama
dibandingkan perempuan pada usia 17 atau 18 tahun.
|
C. Asuhan
Keperawatan pada klien dengan Bronkiolitis
1. Pengkajian
Menurut
Gordon pola pengkajian kesehatan fungsional untuk anak meliputi:
a. Persepsi
kesehatan/penanganan
Persepsi kesehatan oleh
pasien dan keluarga, tanggapan respon dari perawat atau dokter penanggulangan
penyakit.
b. Nutrisi-Metabolik
Mual, muntah, napsu
makan menurun, penurunan berat badan hingga 20%
c. Eliminasi
Kebiasaan BAB (diare,
konstipasi, normal), kebiasaan BAK
d. Aktivitas/Latihan
Keletihan, kelelahan,
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit bernapas.
e. Kognitif-Perseptual
Status mental : sadar,
bingung, tidak ada respon. Bicara : normal, afasia, blocking
f. Istirahat/Tidur
Waktu tidur, jumlah,
kualitas
g. Persepsi
Diri/Konsep Diri
Harga diri, ideal diri,
identitas diri, gambaran diri.
h. Peran/Hubungan
Status pasien
i.
Koping/Toleransi Stress
Menggambarkan kemampuan
untuk mengangani stress dan penggunaan sistem pendukung
j.
Pola Reproduksi/Seksual
Jenis kelamin,
menggambarkan kepuasan atau masalah yang dirasakan dengan seksualitas.
k. Pola
Keyakinan dan Nilai
Menggambarkan sistem
spiritual, nilai kepercayaan.
l.
Pola pernapasan
Napas pendek (dyspneu), batuk, terdapat suara
wheezing, nilai GDA (Gas Darah Arteri) tidak normal atau mengalami hipoksia dan
hipoksemia, ekspirasi memanjang, penggunaan otot bantu pernapasan.
2. Pemeriksaan
fisik
a. Penampilan
Umum : observasi wajah, poster, higiene, nutrisi, perilaku, perkembangan,
status kesadaran.
b. Kepala
: kaji bentuk dan kesimetrisan, postur kepala, palpasi tengkorak, apakah ada
fontanel, nodus, pembengkakan yang nyata, lingkar kepala, apakah ada gangguan
fungsi.
c. Leher
: inspeksi ukuran, palpasi apakah ada deviasi
d. Mata
: palpebra, konjungtiva, bagaimana dengan warnanya, bagaimana kondisi kelopak
mata? Apakah kehitaman? Apakah ada infeksi.
e. Telinga
: inspeksi hygiene (bau, ras, warna) apakah ada pembengkakan, apakah ada
infeksi, adakah penurunan pendengaran.
f. Mulut
dan Tenggorokan : bagaimana membran mukosanya? Apakah lembab atau kering,
adakah luka? Nyeri, sariawan, apakah ada gigi yang karies, apakah ada rasa
nyeri atau panas? dan lain sebagainya
g. Dada
: perhatikan deviasi, dada berbentuk silinder, asimetri, sudut kostal lebar
atau sempit, penonjolan tulang, retraksi.
Paru-paru
inspeksi : kaji gerakan
pernapasan: kedalaman, frekuensi, kualitas dan irama. Dikatakan normal jika
irama: reguler, frekuensi normal sesuai usia, tanpa upaya, tenang. Perlu
diperhatikan apabila frekuensi abnormal, irama tidak teratur, kadalaman dangkal
sulit bernapas, atau pernapasan bising / mendengkur. Kondisi seperti ini harus
segera ditangani.
Palpasi : posisi anak
duduk ditempat tidur, palpasi dengan telapak tangan pada punggung anak atau
dada anak, dengan ibu jari di garis tengah sepanjang tepi kostal bawah. Posisi
masih seperti di atas, anak suruh mengatakan “99” atau “eee”. Hasil dikatakan
normal jika vibrasi simetris dan paling jelas pada area thoraksal paling
sedikit pada area dasar. Perhatikan adanya vibrasi asimetris atau intensitas
yang tiba-tiba menghilang atau menurun, adanya vibrasi abnormal seperti friction rub pleura atau krepitasi.
Perkusi : paru-paru
anterior: posisi anak boleh duduk atau terlentang, perkusi kedua sisi dada
dalam urutan dari apeks ke dasar. Paru-paru posterior: posisi anak duduk,
perkusi kedua sisi dada urut dari apeks ke dasar. Hasil yang ditemukan secara
umum adalah pekak pada garis midklavikular kanan antar ruang (interspace) kelima hepar, pekak dari (interspace) kedua-kelima di atas batas
sternum kiri sampai garis midklavikuler (jantung). Tympani antar ruang kelima
kiri bawah (lambung). Perhatikan adanya penyimpangan bunyi.
Auskultasi : auskultasi
pernapasan dan bunyi suara: intensitas, nada, kualitas, durasi relatif dari
inspirasi dan ekspirasi. Pada penyakit bronkiolitis biasanya akan timbul suara wheezing (mengi). Wheezing merupakan suara musikal terus menerus disebabkan oleh
lewatnya udara melalui saluran sempit, tanpa memperhatikan penyebab
(inflamasi,benda asing atau sekret).
Jantung
Lakukan pemeriksaan
dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi. Inspeksi ukuran dengan anak berada
pada posisi semifowler, observasi dinding dada dari sebuah sudut. Tujuan
melakukan palpasi adalah untuk menentukan lokasi impuls apikal (apeks). Palpasi kulit untuk mengetahui
waktu pengisian kapiler, dengan cara tekan kulit sedikit pada sisi tengah,
misalnya dahi, kaki / tangan, kaji waktu yang diperlukan untuk kembali kewarna
aslinya. Auskultasi bunyi jantung, evaluasi kualitas, intensitas, frekuensi,
dan irama jantung.
h. Abdomen
Inspeksi diikuti
auskultasi, perkusi, palpasi. Pada saat pemeriksaan abdomen, posisi anak dengan
terlentang dengan kaki fleksi dengan punggung dan lutut. Alihkan perhatian anak
dengan pernyataan “saya akan menebak apa yang kamu makan dengan memegang
perutmu”. Inspeksi ukuran, kontur dan tonus.
i.
Genitalia
Pada wanita palpasi
adanya massa, inspeksi meatus uretral, inspeksi dan palpasi orifisium vaginalis
dan kelenjar bartholin.
j.
Anus
Inspeksi kondisi kulit
dan penampilan umum, munculkan dengan mengerutkan atas meregangkan area
perianal dengan perlahan.
k. Punggung
dan ekstremitas
Inspeksi kurvatura dan
simetrisitas tulang belakang, periksa adanya skoliosis, inspeksi sendi
(kesimetrisan, ukuran, suhu, warna, mobilitas, nyeri tekan). Kaji bentuk
tulang. Uji kekuatan tangan dan kaki. Bagaimana kondisi tangan dan kaki
tersebut.
(Marni, 2014)
3. Diagnosa
Keperawatan
a. Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Napas
1) Definisi
Ketidakefektifan
bersihan jalan napas adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau
obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan kebersihan jalan napas.
2) Batasan
karakteristik
a) Suara
napas tambahan (Wheezing).
b) Perubahan
frekuensi napas.
c) Perubahan
irama napas.
d) Produksi
sputum.
e) Kesulitan
berbicara atau mengeluarkan suara.
f) Dyspneu
(sesak atau kesulitan dalam bernapas).
b.
Ketidakefektifan Pola Napas
1) Definisi
Ketidakefektifan pola
napas adalah inspirasi dan / atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi.
2) Batasan
karakteristik
a) Perubahan
kedalaman pernapasan.
b) Fase
ekspirasi memanjang.
c) Penurunan
kapasitas vital.
d) Dyspneu
(sesak atau kesulitan dalam bernapas).
e) Pernapasan
cuping hidung.
f) Penggunaan
otot bantu pernapasan.
c. Kerusakan
pertukaran gas
1) Definisi
Kerusakan pertukaran
gas adalah kelebihan atau defisit pada oksigenasi dan / atau eliminasi
karbondioksida pada membran alveolar kapiler.
2) Batasan
karakteristik
a) pH
darah arteri abnormal (pH darah arteri normal yaitu 7.35-7.45).
b) pernapasan
abnormal (misalnya kecepatan, irama, kedalaman).
c) Dyspneu
(sesak atau kesulitan dalam bernapas).
d) Hipoksemia
(penurunan konsentrasi O2 PaO2 < 85-100 mmHg SaO2
< 95%).
e) Hipoksia
(suplai oksigen kurang).
f) Napas
cuping hidung.
d. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
1) Definisi
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolik.
2) Batasan
karakteristik
a) Terjadi
penurunan berat badan.
b) Berat
badan 20% atau lebih di bawah berat badan ideal.
c) Bising
usus hiperaktif.
d) Membran
mukosa pucat.
e. Intoleransi
aktivitas
1) Definisi
Intoleransi aktivitas
adalah ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau
menyelesaikan aktifitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin
dilakukan.
2) Batasan
karakteristik
a) Menyatakan
merasa lemah.
b) Menyatakan
merasa letih.
c) Dispnea
setelah beraktivitas.
d) Respon
tekanan darah abnormal terhadap aktivitas.
e) Respon
frekuensi jantung abnormal pada aktivitas.
f) Ketidaknyamanan
setelah beraktivitas.
(NANDA, 2015)
4. Perencanaan
a. Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
NOC:
Respiratory
status : Ventilation
Respiratory
status : Airway Patency
NIC:
1) Posisikan
pasien untuk memaksimalkan ventilasi dengan posisi fowler (900) atau
semi fowler (300-450).
2) Lakukan
fisioterapi dada bila perlu.
3) Keluarkan
sekret dengan batuk efektif atau suction.
4) Auskultasi
suara napas.
5) Berikan
bronkodilator bila perlu.
6) Monitor
respirasi dan status O2 (Oksigen).
b. Ketidakefektifan
pola napas
NOC:
Respiratory
status : Ventilation
Respiratory
status : Airway Patency
Vital
Sign Status
NIC:
1) Monitor
respirasi dan status O2.
2) Monitor
pola pernapasan abnormal, frekuensi dan irama.
3) Monitor
suara paru-paru.
4) Berikan
oksigen.
5) Posisikan
pasien untuk memaksimalkan ventilasi dengan posisi fowler (900) atau
semi fowler (300-450).
6) Lakukan
fisioterapi dada jika perlu.
7) Lakukan
suction bila perlu.
c. Kerusakan
pertukaran gas
NOC:
Respiratory
status : Gas Exchange
Respiratory
status : Ventilation
Vital
Sign status
NIC:
1) Monitor
respirasi dan status oksigen.
2) Posisikan
pasien untuk memaksimalkan ventilasi dengan posisi fowler (900) atau
semi fowler (300-450).
3) Lakukan
fisioterapi dada bila perlu.
4) Keluarkan
sekret dengan batuk efektif atau suction.
5) Auskultasi
suara napas, catat adanya suara tambahan.
6) Berikan
bronkodilator bila perlu (untuk mengatasi kesulitan bernapas).
7) Manajemen
jalan napas : memfasilitasi kepatenan jalan napas.
d. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
NOC:
Nutritional
status : intake cairan dan nutrisi
Weight
control : pantau BB
NIC:
1) Monitor
adanya penurunan berat badan.
2) Kaji
adanya alergi makanan.
3) Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
4) Berikan
makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi).
5) Yakinkan
diit yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi.
6) Berikan
informasi kepada klien dan keluarga tentang kebutuhan nutrisi.
e. Intoleransi
aktivitas
NOC:
Energy
conservation
Activity
tolerance
Self
Care : ADL (Activity
Daily Living) yaitu kegiatan aktivitas sehari-hari.
NIC:
1) Berikan
lingkungan yang aman, nyaman dan tenang.
2) Atur
posisi klien supaya nyaman.
3) Bantu
keluarga / klien untuk mengindentifikasi kekurangan dalam beraktivitas.
4) Anjurkan
keluarga untuk membantu kebutuhan klien.
5) Monitor
respon fisik, emosi, sosial dan spiritual.
6) Kolaborasikan
dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan program terapi yang tepat.
(NANDA NIC NOC, 2015)
5. Evaluasi
a. Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
Menunjukkkan
pembersihan jalan napas yang efektif, yaitu dibuktikan oleh status pernapasan:
ventilasi tidak terganggu dan kepatenan jalan napas yaitu kemudahan bernapas,
pergerakan sumbatan atau sputum keluar dari jalan napas.
b. Ketidakefektifan
pola napas
Menunjukkan pola napas
yang efektif yang dibuktikan oleh status pernapasan ventilasi tidak terganggu
dan kepatenan jalan napas.
c. Kerusakan
pertukaran gas
Menunjukkan pertukaran
gas yang efektif, yang dibuktikan oleh status pernapasan: ventilasi tidak
terganggu.
d. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
1) Intake
nutrisi adekuat
2) Tidak
ada penurunan berat badan
e. Intoleransi
aktivitas
1) Mempunyai
energi atau kekuatan yang cukup untuk beraktivitas.
2) Dapat
beraktivitas kembali.
3) Kebutuhan
ADL terpenuhi secara mandiri.
BAB III
LAPORAN KASUS
Pengkajian
dilakukan pada tanggal 11 Januari 2016 pada pukul 14.00 WIB di Ruang Seruni
Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung. Nomor rekam medik 202862 dengan diagnosa
bronkiolitis. Data yang diperoleh berdasarkan observasi, wawancara dengan klien
dan keluarga, pemeriksaan fisik serta dari status klien.
A.
Biodata
Klien
Klien bernama An.V masuk bangsal seruni
tanggal 09 Januari 2016 dengan nomor rekam medik 202862 dengan diagnosa medis
bronkiolitis, klien lahir pada tanggal 09 november 2015 dan klien sekarang
memasuki umur 2 bulan 2 hari. An.V berjenis kelamin perempuan, beragama islam,
tinggal bersama orangtua klien di Gunung Kekep, Kopen, Pringsurat. Penanggung
jawab pada An.V di Rumah sakit yaitu Tn. J yang bekerja sebagai karyawan swasta
dengan pendidikan terakhirnya SMA, berjenis kelamin laki-laki, Tn. J beralamat
di Gunung Kekep, Kopen, Pringsurat. Hubungan Tn. J dengan An.V yaitu ayah
kandung klien.
B.
Pengkajian
(assessment)
1. Riwayat
Klien (patient history)
Keluhan utama An.V saat ini yaitu sesak
napas. An.V dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung pada tanggal 09
Januari 2016 pukul 07.45 WIB karena sesak napas dan muntah 4 kali sejak
semalaman, pada tanggal 11 Januari 2016 ibu klien mengatakan An.V sesak napas, batuk
berdahak dan pilek, ibu klien tampak bingung dan belum tahu tentang penyakit An
V. klien belum pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya dan klien belum
pernah dirawat di Rumah Sakit. Dalam keluarga klien tidak ada yang mengalami
sakit bronkiolitis seperti klien, tidak ada riwayat penyakit menurun seperti DM
atau hipertensi.
Riwayat kehamilan dan persalinan
prenatal, ibu klien rutin memeriksakan kehamilan di bidan terdekat setiap 1
bulan sekali, imunisasi Tetanus Toksoid 3 kali, tidak pernah sakit saat hamil,
gizi saat hamil baik, dan mendapat tablet tambah darah dari bidan dan rutin
diminum. Riwayat intra natal ibu klien melahirkan An.V pada tanggal 09 November
2015 dengan berat badan 2500 gram dengan panjang 46 cm. Bayi lahir sehat,
menangis keras, kulit merah, klien merupakan anak pertama, klien dilahirkan
dibantu oleh bidan dengan usia kehamilan 8 bulan. An.V mendapatkan ASI
Eksklusif hingga saat ini. An.V sudah mendapatkan imunisasi BCG, DPT, Polio,
Hepatitis, klien belum mendapatkan imunisasi campak karena usianya baru 2
bulan. Riwayat tumbuh kembang klien, motorik kasar: klien sudah mampu miring,
personal sosial: klien mampu tersenyum spontan, dan klien mampu memperhatikan ketika
diajak berbicara.
2. Reviu
Sistem (Review Of System)
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal
11 Januari 2016 dengan hasil keadaan umum klien sedang, kesadaran compos mentis. Tanda – tanda vital : S:
370C, RR: 68x/menit, N: 120x/menit. Data yang diperoleh dari
pemeriksaan kepala mesochepal,
lingkar kepala 30 cm, rambut hitam persebaran merata, tidak rontok dan kulit
kepala bersih. Pada pemeriksaan mata konjungtiva tidak anemis, sklera mata
tidak ikterik, fungsi penglihatan normal, telinga simetris, tidak ada serumen,
pendengaran baik. Pada pemeriksaan hidung tidak ada polip, terdapat sekret
terpasang nasal canul O2. Pada pemeriksaan mulut mukosa bibir
lembab, gigi belum tumbuh, lidah bersih, pada leher tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid.
Pemeriksaan fisik bagian dada pada paru
yaitu didapatkan inspeksi tampak simetris, palpasi tidak ada nyeri tekan,
perkusi pekak, dan auskultasi terdengar suara wheezing. Pemeriksaan jantung
inspeksi ictus cordis tidak tampak, palpasi ictus cordis teraba, perkusi suara redup,
auskultasi S1 dan S2 reguler. Pemeriksaan abdomen pada inspeksi terlihat
simetris dan tidak ada lesi, auskultasi terdengar bising usus 15 x/menit,
perkusi tympani, palpasi tidak ada nyeri tekan. Genetalia terlihat bersih,
tidak terpasang kateter, memakai popok. Pemeriksaan kulit, turgor baik, kembali
kurang dari 1 detik. Kuku merah muda, tidak ada sianosis. Pemeriksaan
ekstremitas atas terpasang infus Kaen 3A pada tangan kanan 8 tetes per menit,
pada ekstremitas bawah tidak terdapat lesi dan tidak ada oedema.
3. Pemeriksaan
Data Fokus (examination & assessment)
Persepsi kesehatan keluarga klien
menilai bahwa kesehatan kesehatan itu penting, sehingga langsung memeriksakan
ke bidan, dokter terdekat dan rumah sakit apabila salah satu anggota keluarga
ada yang sakit.
Pola nutrisi metabolik klien sebelum
sakit minum ASI kurang lebih 15 kali per hari. Selama sakit klien minum ASI
kurang lebih 12 kali per hari.
Pola eliminasi klien tidak ada gangguan.
BAK kurang lebih 6 kali sehari dan BAB sebanyak 2 kali sehari. BB: 3kg, TB:
50cm, LIKA: 30cm, LILA: 14 cm, LIDA: 37cm.
Pola istirahat dan tidur klien pada
siang hari 3-4 jam dan 10 jam pada malam hari. Hal ini sama dengan saat sebelum
sakit. Klien batuk saat klien tidak tidur atau klien sudah bangun tidur.
Sehingga tidak mengganggu tidur klien.
Pola aktivitas klien tidak ada
penurunan, klien dapat miring kanan dan miring kiri dan tangannya aktif
bergerak.
Pola kognitif dan persepsi terkadang
klien menangis jika ada perawat atau orang lain masuk kamar klien. Pola konsep,
keluarga sangat berharap klien bisa cepat sembuh dan bisa pulang. Pola hubungan
peran, keluarga mensupport klien, klien merupakan anak pertama di keluarganya.
Pola seksualitas klien berjenis kelamin perempuan. Pola toleransi dan koping
stress saat menghadapi stress adalah menangis tetapi klien tidak rewel. Pola
keyakinan klien dan keluarga beragama islam, keluarga mendo’akan untuk
kesembuhan klien.
4. Pemeriksaan
penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin tanggal
09 Januari 2016 pukul 08.00 WIB.
Hematologi:
Darah lengkap Hasil Satuan Nilai Rujukan
Jumlah trombosit (L)
70 10^3/uL 150-450
Hitung jenis:
Limfosit (L)
39.0 % 40.0-60.0
Monosit (H)
16.0 % 4.0-12.0
5. Terapi
An.V mendapatkan terapi infus Kaen 3A 8 tetes per
menit, dan mendapatkan terapi Nebulizer Ventolin 2,5 mg dan Pulmicort 0,5 mg ½ : ½ respul 3 x sehari, oksigen 1 liter/menit,
injeksi Cefotaxim 2 x 125 mg, injeksi Dexametason 3 x 0,3 mg, Paracetamol 3 x
0,2 mg drip infus, dan mendapat obat oral Mucos drop 3 x 0,1 mg.
C.
Analisa
Data dan Diagnosa Keperawatan
1. Pada
tanggal 11 Januari 2016 pukul 14.00 WIB dari hasil pengkajian didapatkan analisa
data berupa data subjektif ibu klien mengatakan An.V mengalami batuk berdahak
dan pilek. Data objektifnya kesadaran compos
mentis, keadaan umum klien sedang, terdengar suara wheezing pada dada kanan
dan kiri, batuk, RR: 68x/menit. Sehingga dapat dirumuskan diagnosa keperawatan
ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus dalam jumlah
berlebihan.
2. ibu
klien mengatakan An. V mengalami sesak napas, napasnya menjadi lebih cepat
karena sesak. Data objektifnya RR: 68 x/menit (normal bayi: 30-60 x/menit), N:
120x/menit, S: 37oC, terpasang oksigen 1 liter/menit via nassal
kanul sehingga diagnosa keperawatan yang muncul ketidakefektifan pola napas
berhubungan dengan hipoventilasi paru.
3. Ibu
klien mengatakan belum tahu tentang penyakit yang diderita oleh An V. Data
objektifnya ibu klien tampak bingung. Sehingga dapat dirumuskan diagnosa
keperawatan defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
mengenai penyakit.
4.
Ibu klien mengatakan An. V mengalami
penurunan dalam minum ASI. Data objektif Antropometri
yang ditemukan pada An. V adalah BB: 3 kg, TB: 50 cm IMT: 12. Pengkajian Biomedical yaitu Hb 15.2 g/dl, Ht 47 %. Pengkajian
Clinical sign mukosa bibir lembab,
konjungtiva tidak anemis. Pengkajian diit klien saat sakit minum ASI kurang
lebih 12 kali per hari, dan sebelum sakit klien dapat minum ASI kurang lebih 15
kali perhari. Sehingga dapat dirumuskan diagnosa keperawatan ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
D.
Perencanaan
Keperawatan (plan)
1. Ketidakefektifan
bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus dalam jumlah berlebihan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam diharapkan masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas
teratasi dengan kriteria hasil: jalan napas bersih, anak bernapas mudah tanpa
dispneu, anak dapat mempertahankan saluran napas bebas dan aman ditandai dengan
pernapasan dalam batas normal (30-60 x/menit), dan tidak ada suara napas
tambahan.
Rencana tindakan yang akan dilakukan
pada klien yaitu monitor tanda-tanda vital klien, mengkaji frekuensi irama
pernapasan dan kedalaman, auskultasi bunyi pernapasan, beri kebebasan pada anak
untuk mengambil posisi yang nyaman, berikan nebulizer atau lakukan fisioterapi
dada, kolaborasi pemberian obat sesuai terapi.
2. Ketidakefektifan
pola napas berhubungan dengan hipoventilasi paru
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam diharapkan masalah ketidakefektifan pola napas teratasi dengan kriteria
hasil: anak mampu bernapas dengan mudah, menunjukkan jalan napas yang paten
(klien tidak merasa tercekik, irama dan frekuensi dalam batas normal, serta
tidak ada suara tambahan), tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak
terpasang oksigen via nassal kanul.
Rencana keperawatan yang akan dilakukan
yaitu monitor tanda-tanda vital, monitor pola pernapasan abnormal frekuensi dan
irama, berikan posisi yang nyaman untuk klien, sarankan keluarga yang menunggu
sedikit saja atau batasi pengunjung dan penunggu klien, kolaborasi oksigen via
nassal kanul.
3. Defisiensi
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakit.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 40
menit diharapkan masalah defisiensi pengetahuan dapat teratasi dengan kriteria
hasil: ibu klien tidak bingung, keluarga dapat menjelaskan kembali apa yang
telah dijelaskan (pengertian, penyebab, tanda gejala, dan penanganan)
Rencana tindakan yang akan dilakukan pada klien
yaitu kaji tingkat pendidikan orang tua, kaji tingkat pengetahuan orang tua,
jelaskan kepada orangtua mengenai penyakit bronkiolitis, libatkan keluarga
dalam setiap tindakan pada klien.
4. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3 x 24 jam diharapkan masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan dapat
teratasi dengan kriteria hasil: berat badan dalam batas normal.
Rencana tindakan yang akan dilakukan
pada klien yaitu monitor adanya penurunan berat badan, jelaskan kepada klien
dan keluarga tentang pentingnya nutrisi (menyarankan ibu klien meningkatkan
asupan nutrisinya), kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan nutrisi bagi
anak.
E.
Pelaksanaan
dan Evaluasi (Implementation and
evaluation)
1. Tanggal
11 Januari 2016
a. Ketidakefektifan
bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus dalam jumlah berlebihan
Implementasi :
1) Pada
pukul 14.00 mengkaji frekuensi, irama pernapasan
2) Pada
pukul 14.05 memberikan posisi yang nyaman untuk klien
3) Pada
pukul 18.00 memonitor tanda-tanda vital
4) Pada
pukul 18.10 mengauskultasi bunyi napas
5) Pada
pukul 18.45 memberikan nebulizer pulmicort 0,5 mg dan ventolin 2,5 mg ½: ½
respul.
6) Pada
pukul 19.00 memberikan injeksi dexametason 0,3 cc, drip infus paracetamol 0,2
cc, dan obat oral mucos drop 0,1 cc
Evaluasi
:
Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada tanggal 11
Januari 2016 pada pukul 20.00 didapatkan hasil subjective (S), ibu klien mengatakan klien masih batuk, pilek
berkurang, sputum keluar bersama feses. Objective
(O) klien tampak sesak napas, RR: 66x/menit, suhu: 368 ᴼC, nadi
120x/menit, klien nyaman dengan posisi miring, terdengar wheezing pada dada
kanan dan kiri dengan demikian Assesment
(A) masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas belum teratasi. Planning (P) melanjutkan intervensi kaji
frekuensi irama pernapasan, beri posisi yang nyaman, monitor tanda-tanda vital,
auskultasi bunyi napas, kaji batuk dan sputum, berikan terapi nebulizer,
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat.
b. Ketidakefektifan
pola napas berhubungan dengan hipoventilasi paru
Implementasi :
1) Pada
pukul 14.00 memonitor pola pernapasan abnormal, frekuensi dan irama
2) Pada
pukul 14.05 memberikan posisi yang nyaman untuk klien
3) Pada
pukul 14.15 memberikan oksigen via nassal kanul 1 liter per menit.
4) Pada
pukul 16.00 menyarankan keluarga untuk membatasi pengunjung yang masuk.
5) Pada
pukul 18.00 memonitor tanda-tanda vital.
Evaluasi
:
Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada
tanggal 11 Januari 2016 pada pukul 20.00 didapatkan hasil Subjective (S), ibu klien mengatakan klien sesak napas, dan sudah
membatasi pengunjung yang masuk. Objective
(O) klien tampak sesak napas, RR: 66
x/menit, suhu: 368ᴼC, nadi: 120x/menit, klien nyaman dengan posisi
miring, terdengar wheezing pada dada kanan dan kiri, batuk, oksigen via nassal
kanul 1 liter per menit, dengan demikian Assesment
(A) masalah ketidakefektifan pola napas belum teratasi. Planning (P) melanjutkan intervensi observasi tanda-tanda vital,
monitor pola pernapasan abnormal, frekuensi dan irama pernapasan, berikan
posisi nyaman, sarankan keluarga membatasi pengunjung yang masuk, berikan
oksigen sesuai terapi.
c. Defisiensi
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakit
Implementasi :
1) Pada
pukul 19.10 mengkaji tingkat pendidikan orang tua
2) Pada
pukul 19.15 mengkaji tingkat pengetahuan orang tua
3) Pada
pukul 19.20 menjelaskan kepada orang tua klien mengenai penyakit bronkiolitis
4) Pada
pukul 19.50 melibatkan keluarga dalam setiap tindakan pada klien.
Evaluasi
:
Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada tanggal 11
Januari 2016 pada pukul 20.00 didapatkan hasil subjective (S), ibu klien mengatakan tahu sedikit tentang apa yang
dijelaskan tadi (pengertian dan penyebab bronkiolitis). Objective (O) ibu klien masih tampak bingung dengan demikian Assesment (A) masalah defisiensi
pengetahuan belum teratasi. Planning (P)
melanjutkan intervensi jelaskan kepada orangtua mengenai penyakit bronkiolitis,
libatkan keluarga dalam setiap tindakan pada klien.
d. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Implementasi:
1) Pada
pukul 16.30 memonitor adanya penurunan berat badan
2) Pada
pukul 16.45 menjelaskan kepada klien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi
(menyarankan ibu klien meningkatkan asupan nutrisinya)
3) Pada
pukul 17.30 berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan nutrisi bagi anak.
Evaluasi :
Evaluasi untuk
tindakan keperawatan pada tanggal 11 Januari 2016 pada pukul 20.00 didapatkan
hasil subjective (S), Ibu klien
mengatakan An. V mengalami penurunan dalam minum ASI yaitu sebanyak 12 kali
perhari. Objective (O) BB: 3 kg, TB:
50 cm IMT: 12, Hb 15.2 g/dl, Ht 47 %, mukosa bibir lembab, konjungtiva tidak
anemis, mendapat tambahan PASI dengan demikian Assesment (A) masalah ketidakseimbangan nutrisi teratasi sebagian. Planning (P) melanjutkan intervensi Monitor
adanya penurunan berat badan, kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
nutrisi bagi anak.
2. Tanggal
12 Januari 2016
a. Ketidakefektifan
bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus dalam jumlah berlebihan
Implementasi
:
1) Pada
pukul 14.00 mengkaji frekuensi, irama pernapasan
2) Pada
pukul 14.05 memberikan posisi yang nyaman untuk klien
3) Pada
pukul 18.00 memonitor tanda-tanda vital
4) Pada
pukul 18.10 mengauskultasi bunyi napas
5) Pada
pukul 18.45 memberikan nebulizer pulmicort 0,5mg dan ventolin 2,5mg ½ : ½
respul.
6) Pada
pukul 18.50 mengkaji batuk dan sputum klien
7) Pada
pukul 19.00 memberikan injeksi dexametason 0,3 cc, drip infus paracetamol 0,2
cc, dan obat oral mucos drop 0,1 cc
Evaluasi:
Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada
tanggal 12 Januari 2016 pada pukul 20.00 didapatkam hasil subjective (S), ibu klien mengatakan klien batuk berkurang, sputum
keluar bersama feses. Objective (O)
klien tampak sesak napas, RR: 64x/menit, suhu: 366 ᴼC, nadi
120x/menit, klien nyaman dengan posisi miring, wheezing tidak terdengar pada
dada kanan dan kiri dengan demikian Assesment
(A) masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas teratasi sebagian. Planning (P) melanjutkan intervensi kaji
frekuensi irama pernapasan, auskultasi bunyi napas, kaji batuk dan sputum,
berikan terapi nebulizer, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat.
b. Ketidakefektifan
pola napas berhubungan dengan hipoventilasi paru
Implementasi :
1) Pada
pukul 14.00 memonitor pola pernapasan abnormal, frekuensi dan irama
2) Pada pukul 14.05 memberikan posisi yang nyaman
untuk klien
3) Pada
pukul 14.15 memberikan oksigen via nassal kanul 1 liter per menit.
4) Pada
pukul 16.00 menyarankan keluarga untuk membatasi pengunjung yang masuk.
5) Pada
pukul 18.00 memonitor tanda-tanda vital.
Evaluasi
:
Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada
tanggal 12 Januari 2016 pada pukul 20.00 didapatkan hasil Subjective (S), ibu klien mengatakan klien sesak napas berkurang,
dan pengunjung yang masuk sudah dibatasi. Objective
(O) klien tampak sesak napas berkurang,
RR: 64 x/menit, suhu: 366ᴼC, nadi: 120x/menit, klien nyaman dengan
posisi miring, wheezing tidak terdengar pada dada kanan dan kiri, oksigen via
nassal kanul 1 liter per menit, dengan demikian Assesment (A) masalah ketidakefektifan pola napas teratasi
sebagian. Planning (P) melanjutkan
intervensi observasi tanda-tanda vital, monitor pola pernapasan abnormal,
frekuensi dan irama pernapasan, berikan oksigen sesuai terapi.
c. Defisiensi
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakit
Implementasi :
1) Pada
pukul 19.10 menjelaskan kepada orang tua mengenai penyakit bronkiolitis
2) Pada
pukul 19.40 melibatkan keluarga dalam setiap tindakan pada klien
Evaluasi :
Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada tanggal 12
Januari 2016 pada pukul 20.00 didapatkan hasil subjective (S), ibu klien mengatakan sudah mengerti tentang apa
yang telah disampaikan (pengertian, penyebab, tanda gejala dan penanganan
bronkiolitis). Objective (O) ibu
klien tidak tampak bingung dan dapat menjelaskan kembali apa yang telah
disampaikan dengan demikian Assesment
(A) masalah defisiensi pengetahuan teratasi. Planning (P) hentikan penyuluhan kesehatan.
d. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Implementasi:
1) Pada
pukul 16.30 memonitor adanya penurunan berat badan
2) Pada
pukul 17.30 berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan nutrisi bagi anak.
Evaluasi
:
Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada tanggal 12
Januari 2016 pada pukul 20.00 didapatkan hasil subjective (S), Ibu klien mengatakan An. V minum ASI sebanyak 13
kali perhari. Objective (O) BB: 3,2
kg, TB: 50 cm IMT: 12,8 Hb 15.2 g/dl, Ht 47 %, mukosa bibir lembab, konjungtiva
tidak anemis, mendapat tambahan PASI dengan demikian Assesment (A) masalah ketidakseimbangan nutrisi teratasi sebagian. Planning (P) melanjutkan intervensi
Monitor adanya penurunan berat badan, kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan nutrisi bagi anak.
3. Tanggal
13 Januari 2016
a. Ketidakefektifan
bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus dalam jumlah berlebihan.
Implementasi :
1) Pada
pukul 08.00 mengkaji frekuensi, irama pernapasan
2) Pada
pukul 12.10 mengauskultasi bunyi napas
3) Pada
pukul 12.15 memberikan nebulizer pulmicort 0,5mg dan ventolin 2,5mg ½ :½
respul.
4) Pada
pukul 12.25 mengkaji batuk dan sputum klien
5) Pada
pukul 12.30 memberikan injeksi cefotaxim 125 mg, injeksi dexametason 0,3 cc,
drip infus paracetamol 0,2 cc, dan obat oral mucos drop 0,1 cc.
Evaluasi
:
Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada tanggal 13
Januari 2016 pada pukul 14.00 didapatkan hasil subjective (S), ibu klien mengatakan klien batuk jarang, sputum
keluar bersama feses. Objective (O)
RR: 60x/menit, suhu: 366 ᴼC, nadi 120x/menit, keadaan umum baik
dengan demikian Assesment (A) masalah
ketidakefektifan bersihan jalan napas teratasi sebagian. Planning (P) melanjutkan intervensi kaji frekuensi irama
pernapasan, auskultasi bunyi napas, kaji batuk dan sputum, kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian obat.
b. Ketidakefektifan
pola napas berhubungan dengan hipoventilasi paru
Implementasi :
1) Pada
pukul 08.00 memonitor pola pernapasan abnormal, frekuensi dan irama
2) Pada
pukul 12.00 memonitor tanda-tanda vital.
3) Pada
pukul 12.20 memberikan oksigen via nassal kanul 1 liter per menit.
Evaluasi
:
Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada
tanggal 13 Januari 2016 pada pukul 14.00 didapatkan hasil Subjective (S), ibu klien mengatakan klien sesak napas berkurang. Objective (O) sesak napas berkurang, RR:
60 x/menit, suhu: 366ᴼC, nadi: 120x/menit, klien nyaman dengan
posisi miring, oksigen via nassal kanul 1 liter per menit, dengan demikian Assesment (A) masalah ketidakefektifan
pola napas teratasi sebagian. Planning
(P) melanjutkan intervensi observasi tanda-tanda vital, monitor pola pernapasan
abnormal, frekuensi dan irama pernapasan, berikan oksigen sesuai terapi.
c. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Implementasi:
1) Pada
pukul 09.00 memonitor adanya penurunan berat badan
2) Pada
pukul 11.30 berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan nutrisi bagi anak
Evaluasi
:
Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada tanggal 13
Januari 2016 pada pukul 14.00 didapatkan hasil subjective (S), Ibu klien mengatakan An. V minum ASI sebanyak 15
kali perhari. Objective (O) BB: 3,5
kg, TB: 50 cm IMT: 14, Hb 15.2 g/dl, Ht 47 %, mukosa bibir lembab, konjungtiva
tidak anemis, mendapat tambahan PASI dengan demikian Assesment (A) masalah ketidakseimbangan nutrisi teratasi sebagian. Planning (P) melanjutkan intervensi
Monitor adanya penurunan berat badan, kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan nutrisi bagi anak
BAB IV
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan
Pada bab ini penulis akan melakukan analisa mengenai
hasil asuhan keperawatan pada An. V dengan bronkiolitis di Ruang Seruni Rumah
Sakit Umum Daerah Temanggung yang dilakukan pada tanggal 11 Januari 2016 – 13
Januari 2016. Pembahasan difokuskan pada data pengkajian yang telah dilakukan
selama pengelolaan kasus, permasalahan – permasalahan yang muncul berdasarkan
referensi dengan memperhatikan tujuan penulisan, tindakan yang akan dilakukan
oleh penulis agar tujuan yang ditentukan dapat tercapai dan rasional dari
tindakan yang telah dilakukan. Evaluasi hasil setelah melakukan tindakan,
hambatan atau kendala yang dirasakan saat mengelola kasus dan pembenaran
apabila penulis melakukan kesalahan saat mengelola kasus.
1. Ketidakefektifan
bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus dalam jumlah berlebihan.
Ketidakefektifan bersihan jalan napas
adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran
pernapasan untuk mempertahankan kebersihan jalan napas. Diagnosa
ketidakefektifan bersihan jalan napas dapat ditegakkan saat terdapat beberapa
batasan karakteristik yang meliputi suara napas tambahan (Wheezing), perubahan frekuensi napas, perubahan irama napas,
produksi sputum berlebih, kesulitan berbicara atau mengeluarkan suara, serta dyspneu (sesak atau kesulitan dalam
bernapas) (Nanda, 2015).
Betz
dan linda (2009) menyatakan bronkiolitis adalah suatu penyakit saluran
pernapasan bawah yang disebabkan oleh masuknya RSV (Respiratory Syncytial virus) ke dalam tubuh melalui saluran
pernapasan. Bila virus tersebut masuk kedalam tubuh yang memiliki daya tahan
tubuh lemah, maka mikroorganisme dapat masuk ke dalam bronkiolus lalu reaksi
tubuh terhadap benda asing yaitu dengan membentuk antibodi, keluarnya mediator
radang (histamin, bradikinin, prostaglandin) sehingga terjadi peningkatan
produksi sekret kemudian akan muncul masalah keperawatan Ketidak Efektifan
Bersihan Jalan Napas.
Pada pengkajian
didapatkan data subjektif ibu klien mengatakan anaknya batuk ketika terbangun
dari tidurnya, batuk berdahak dan tidak dapat dikeluarkan. Data objektifnya
yaitu kesadaran klien compos mentis. Keadaan umum klien sedang, klien tampak
lemas, terdengar suara wheezing pada dada kanan dan kiri, RR: 68 kali permenit
(normal bayi : 30 – 60 x/menit), batuk. Gejala tersebut sesuai dengan batasan
karakteristik sehingga dapat dirumuskan diagnosa keperawatan ketidakefektifan
bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus dalam jumlah berlebihan.
Alasan penulis mengangkat diagnosa
tersebut karena sekret yang berlebih pada bronkus menyebabkan kesulitan
bernapas dimana dapat menyebabkan dyspnea
dan sianosis (Nanda, 2015).
Keterlambatan penanganan bersihan jalan
napas dapat mengganggu pernapasan anak karena sputum yang menutup pernapasan
menyebabkan oksigen yang masuk sedikit dan menyebabkan dyspnea dan sianosis
(Suriadi, 2010).
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis
dalam mengatasi masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas pada tanggal 11
Januari 2016 adalah melakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam dengan harapan
masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas dapat teratasi dengan kriteria
hasil jalan napas bersih, respirasi klien normal (30 – 60 x/menit), tidak ada
secret pada jalan, dan tidak ada suara tambahan wheezing dan ronchi.
Intervensi keperawatan yang akan
dilakukan pada klien yaitu monitor tanda – tanda vital klien, kaji frekuensi,
irama, dan kedalaman pernapasan, kemudian auskultasi bunyi napas, beri
kebebasan pada anak untuk mengambil posisi yang nyaman (miring), berikan nebulizer
atau lakukan fisioterapi dada, kolaborasi pemberian obat sesuai terapi.
Tindakan keperawatan pada tanggal 11
Januari 2016 yaitu mengkaji frekuensi, irama pernapasan, rasionalnya yaitu
manifestasi distress pernapasan
tergantung pada indikasi derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum
(Doengoes, 2000). Selanjutnya memberikan posisi yang nyaman untuk klien yaitu
dengan posisi miring, rasional dari tindakan tersebut adalah meningkatkan
inspirasi maksimal dan meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiki
ventilasi (Doengoes, 2000). Implementasi yang ketiga yaitu memonitor tanda –
tanda vital, mengauskultasi bunyi napas, rasionalnya penurunan aliran udara
terjadi pada area yang terdapat cairan, bunyi napas mengi terdengar pada
inspirasi dan atau ekspirasi pada respon terhadap pengumpulan cairan, sekret
kental, dan spasme jalan napas/obstruksi (Doengoes, 2000), selanjutnya
memberikan nebulizer pulmicort 0,5 mg dan ventolin 2,5 mg ½ : ½ respul.
Rasional dari pemberian nebulizer pulmicort dan ventolin adalah memudahkan
pengenceran dan pembuangan sekret (Doengoes, 2000). Ventolin adalah obat yang
digunakan untuk mengurangi gejala bronkospasme dimana dalam ventolin mengandung
salbutamol sulfat yang berfungsi mengurangi bronkospasme, selain itu fungsi
dari pulmicort adalah untuk melonggarkan saluran napas dan juga merupakan obat
kombinasi anti radang (Doi, 2008). Memberikan injeksi dexametason 0,3 mg.
Rasional dari tindakan ini adalah kortikosteroid digunakan untuk mencegah
reaksi alergi atau menghambat pengeluaran histamin, menurunkan berat dan
frekuensi spasme jalan napas, inflamasi pernapasan dan dyspnea (Doengoes,2000).
Indikasi dari obat ini adalah sebagai inflamasi, alergi dermatitis pada
penyakit kulit, dan inflamasi pada jaringan lunak (Rianto Setiabudi, 2009).
Memberikan paracetamol 0,2 mg drip infus. Rasional dari tindakan ini adalah
antipiretik dan analgetik menurunkan panas dan menurunkan nyeri. Indikasi dari
obat ini adalah obat golongan non-opioid dengan onset analgesik dan antipiretik
yang cepat (5 – 10 menit analgesik, 30 menit antipiretik). Sehingga panas dan
nyeri dapat berkurang. Memberikan obat peroral mucos drop 0,1 mg. Rasional dari
tindakan ini adalah memperlancar pengeluaran sekresi yang kental dan lengket di
dalam saluran pernapasan dan mengurangi stagnasi lendir sehingga melegakan
pernapasan, selama pengobatan dengan mucos sekresi lendir menjadi normal,
demikian juga dengan batuk dan volume dahak berkurang, dengan demikian sekresi
yang berupa selaput pada permukaan mukosa pernapasan akan berfungsi . Indikasi
dari obat ini adalah penyakit – penyakit saluran pernapasan akut dan kronis
yang disertai bronkial yang abnormal (Kalbemed.com).
Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada
tanggal 11 Januari 2016 pada pukul 20.00 didapatkan hasil subjective (S), ibu klien mengatakan klien masih batuk, pilek
berkurang, sputum keluar bersama feses. Objective
(O) klien tampak sesak napas, RR: 66x/menit, suhu: 368 ᴼC, nadi
120x/menit, klien nyaman dengan posisi miring, terdengar wheezing pada dada kanan
dan kiri dengan demikian Assesment
(A) masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas belum teratasi. Planning (P) melanjutkan intervensi kaji
frekuensi irama pernapasan, beri posisi yang nyaman, monitor tanda-tanda vital,
auskultasi bunyi napas, kaji batuk dan sputum, berikan terapi nebulizer,
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat.
Tindakan keperawatan pada tanggal 12
Januari 2016 yaitu mengkaji frekuensi, irama pernapasan, memberikan posisi yang
nyaman untuk klien, memonitor tanda-tanda vital, mengauskultasi bunyi napas, memberikan
nebulizer pulmicort 0,5 mg dan ventolin 2,5 mg ½ : ½ respul,
mengkaji batuk dan sputum klien, memberikan injeksi dexametason 0,3 mg, drip
infus paracetamol 0,2 mg, dan obat oral syrup mucos drop 0,1 mg.
Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada
tanggal 12 Januari 2016 pada pukul 20.00 didapatkam hasil subjective (S), ibu klien mengatakan klien batuk berkurang, sputum
keluar bersama feses. Objective (O)
klien tampak sesak napas, RR: 64x/menit, suhu: 366 ᴼC, nadi
120x/menit, klien nyaman dengan posisi miring, wheezing tidak terdengar pada
dada kanan dan kiri dengan demikian Assesment
(A) masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas teratasi sebagian. Planning (P) melanjutkan intervensi kaji
frekuensi irama pernapasan, auskultasi bunyi napas, kaji batuk dan sputum,
berikan terapi nebulizer, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat.
Tindakan keperawatan pada tanggal 13
Januari 2016 yaitu mengkaji frekuensi, irama pernapasan, mengauskultasi bunyi
napas, memberikan nebulizer pulmicort 0,5 mg dan ventolin 2,5 mg ½ : ½ respul,
mengkaji batuk dan sputum klien, memberikan injeksi cefotaxim 125 mg, injeksi
dexametason 0,3 cc, drip infus paracetamol 0,2 cc, dan obat oral mucos drop 0,1
cc.
Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada tanggal 13
Januari 2016 pada pukul 14.00 didapatkan hasil subjective (S), ibu klien mengatakan klien batuk jarang, sputum
keluar bersama feses. Objective (O)
RR: 60x/menit, suhu: 366 ᴼC, nadi 120x/menit, keadaan umum baik
dengan demikian Assesment (A) masalah
ketidakefektifan bersihan jalan napas teratasi sebagian. Planning (P) melanjutkan intervensi kaji frekuensi irama
pernapasan, auskultasi bunyi napas, kaji batuk dan sputum, kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian obat.
2. Ketidakefektifan
pola napas berhubungan dengan hipoventilasi paru
Ketidakefektifan pola napas adalah
inspirasi dan / atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi. Diagnosa
ketidakefektifan pola napas dapat ditegakkan saat terdapat beberapa batasan
karakteristik yang meliputi perubahan kedalaman pernapasan, fase ekspirasi
memanjang, penurunan kapasitas vital, dyspneu
(sesak atau kesulitan dalam bernapas), pernapasan cuping hidung, penggunaan
otot bantu pernapasan (Nanda, 2015).
Hipoventilasi paru terjadi karena
produksi sekret yang meningkat dan menyebabkan obstruksi (penyempitan) karena
tersumbatnya membran kapiler alveoli dan menghambat aliran oksigen ke dalam
bagian kapiler yang terkena (Suriadi, 2010).
Terjadinya hipoventilasi menyebabkan
perlunya penggunaan otot pernapasan sehingga menyebabkan kelelahan dan dapat
mengakibatkan intoleransi aktivitas selain itu hipoventilasi selain itu
hipoventilasi juga dapat menyebabkan sesak napas dan muncul masalah keperawatan
ketidakefektifan pola napas (Betz dan Linda, 2009).
Ibu klien mengatakan An. A mengalami
sesak napas, napasnya menjadi lebih cepat karena sesak. Data objektifnya RR:
68x/menit. Hal ini sesuai dengan batasan karakteristik, sehingga penulis
mengangkat diagnosa Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan
hipoventilasi paru.
Alasan penulis mengangkat diagnosa pola
napas tidak efektif karena kekurangan suplai oksigen dalam tubuh menyebabkan
perubahan pola napas yang di tandai dengan napas dangkal dan cepat serta
pernapasan cuping hidung (Nanda, 2015).
Keterlambatan penanganan pola napas
tidak efektif dapat menyebabkan oksigen yang masuk sedikit dan menyebabkan
dyspnea dan sianosis maka tubuh kita akan mengalami kekurangan oksigen dan akan
terjadi hipoksia kemudian jika tidak diatasi dengan segera maka sel – sel pun
akan mengalami kerusakan bahkan sampai kematian sehingga perlu pemberian
oksigen untuk memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh (Suriadi, 2010).
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis
dalam mengatasi masalah pola napas tidak efektif pada tanggal 11 Januari 2016
adalah melakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam dengan harapan masalah
ketidakefektifan pola napas teratasi dengan kriteria hasil : respirasi pada
klien normal (30 – 60 x/menit), pola napas efektif dan tidak ada penggunaan
otot bantu pada pernapasan.
Intervensi keperawatan yang akan
dilakukan pada klien yaitu monitor tanda – tanda vital, monitor respirasi dan
status oksigen, monitor pola pernapasan abnormal frekuensi dan irama, berikan
posisi yang nyaman untuk klien, sarankan pada keluarga minimalkan penunggu dan
pengunjung pasien, kolaborasi oksigen via nassal kanul.
Tindakan keperawatan pada tanggal 11
Januari 2016 yaitu memonitor pola pernapasan abnormal, frekuensi dan irama,
rasionalnya yaitu manifestasi distress
pernapasan tergantung pada indikasi derajat keterlibatan paru dan status
kesehatan umum (Doengoes, 2000). Memberikan posisi yang nyaman untuk klien
yaitu dengan posisi miring, rasional dari tindakan tersebut adalah meningkatkan
inspirasi maksimal dan meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiki
ventilasi (Doengoes, 2000). Memberikan oksigen 1 liter/menit via nasal kanul,
rasional tindakan ini adalah mempertahankan Pa O2 di atas 60 mmHg,
oksigen diberikan dengan metode yang memberikan pengiriman tepat dalam
toleransi klien (Doengoes, 2000). Menyarankan pada keluarga minimalkan penunggu
dan pengunjung pasien, rasionalnya agar pasien dapat istirahat serta lebih
sedikit pengunjung maka oksigen yang ada di ruangan akan semakin banyak.
Memonitor tanda – tanda vital, rasionalnya takikardia dan takipnea terjadi
dengan beratnya hipoksemia dan asidosis (Doengoes, 2000).
Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada
tanggal 11 Januari 2016 pada pukul 20.00 didapatkan hasil Subjective (S), ibu klien mengatakan klien sesak napas, dan sudah
membatasi pengunjung yang masuk. Objective
(O) klien tampak sesak napas, RR: 66
x/menit, suhu: 368ᴼC, nadi: 120x/menit, klien nyaman dengan posisi
miring, terdengar wheezing pada dada kanan dan kiri, batuk, tespasang oksigen
1 liter/menit via nassal kanul dengan demikian Assesment (A) masalah ketidakefektifan pola napas belum teratasi. Planning (P) melanjutkan intervensi
observasi tanda-tanda vital, monitor pola pernapasan abnormal, frekuensi dan
irama pernapasan, berikan posisi nyaman, sarankan keluarga membatasi pengunjung
yang masuk, berikan oksigen sesuai terapi.
Tindakan keperawatan pada tanggal 12
Januari 2016 yaitu memonitor pola pernapasan abnormal, frekuensi dan irama
memberikan posisi yang nyaman untuk klien dengan posisi miring, memberikan
oksigen via nassal kanul 1 liter per menit, menyarankan keluarga untuk
membatasi pengunjung yang masuk, memonitor tanda-tanda vital.
Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada
tanggal 12 Januari 2016 pada pukul 20.00 didapatkan hasil Subjective (S), ibu klien mengatakan klien sesak napas berkurang,
dan pengunjung yang masuk sudah dibatasi. Objective
(O) klien tampak sesak napas berkurang,
RR: 64 x/menit, suhu: 366ᴼC, nadi: 120x/menit, klien nyaman dengan
posisi miring, wheezing tidak terdengar pada dada kanan dan kiri, terpasang
oksigen 1 liter/menit via nasal kanul, dengan demikian Assesment (A) masalah ketidakefektifan pola napas teratasi
sebagian. Planning (P) melanjutkan
intervensi observasi tanda-tanda vital, monitor pola pernapasan abnormal,
frekuensi dan irama pernapasan, berikan oksigen sesuai terapi.
Tindakan keperawatan pada tanggal 13
Januari 2016 yaitu memonitor pola pernapasan abnormal frekuensi dan irama,
memonitor tanda-tanda vital, mengauskultasi bunyi napas, memberikan oksigen via
nassal kanul 1 liter per menit.
Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada
tanggal 13 Januari 2016 pada pukul 14.00 didapatkan hasil Subjective (S), ibu klien mengatakan klien sesak napas berkurang. Objective (O) sesak napas berkurang, RR:
60 x/menit, suhu: 366ᴼC, nadi: 120x/menit, klien nyaman dengan
posisi miring, terpasang oksigen 1 liter/menit via nassal kanul dengan demikian
Assesment (A) masalah
ketidakefektifan pola napas teratasi sebagian. Planning (P) melanjutkan intervensi observasi tanda-tanda vital,
monitor pola pernapasan abnormal, frekuensi dan irama pernapasan, berikan
oksigen sesuai terapi.
3. Defisiensi
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakit.
Defisiensi pengetahuan adalah ketiadaan
atau defisiensi informasi kogntif yang berkaitan dengan topik tertentu.
Diagnosa keperawatan defisiensi pengetahuan dapat ditegakkan saat terdapat
beberapa batasan karakteristik yang meliputi ketidakakuratan mengikuti
perintah, perilaku tidak tepat (bermusuhan, agitasi, apatis), pengungkapan
masalah (Nanda, 2015).
Ibu klien mengatakan belum tahu tentang
penyakit An. V. Data Obyektifnya tampak kebingungan. Gejala tersebut sesuai
dengan batasan karakteristik sehingga diagnosa yang muncul defisiensi
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakit.
Alasan penulis mengangkat diagnosa tersebut
karena pengetahuan tentang penyakit sangat diperlukan oleh orang tua, sehingga
orang tua akan lebih waspada dan paham akan penanganan yang dilakukan. Tingkat
pengetahuan orang tua berbeda dapat mempengaruhi pencegahan bronkiolitis pada
anak saat anak mengalami bronkiolitis (Wong, 2008).
Pendidikan kesehatan mengenai cara melindungi anak terhadap ancaman
bahaya dan mengamati dengan tepat apa yang terjadi pada anak bronkiolitis perlu
dilakukan agar orang tua tidak panik dan kebingungan (Wong, 2008).
Tingkat pengetahuan orang tua berbeda dapat mempengaruhi pencegahan
bronkpneumoni pada anak saat anak mengalami bronkpneumoni (Wong, 2008).
Muncul kesenjangan antara teori dan hasil pengkajian
yaitu diagnosa defisiensi pengetahuan tidak muncul pada teori tetapi muncul
pada keluarga klien berdasarkan hasil pengkajian keluarga klien belum tahu
tentang penyakit yang diderita An. V sehingga diagnosa tersebut diangkat oleh
penulis.
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam
mengatasi masalah defisiensi pengetahuan pada tanggal 11 Januari 2016 adalah
melakukan asuhan keperawatan selama 2x40 menit dengan harapan masalah
defisiensi pengetahuan dapat teratasi dengan kriteria hasil : ibu klien tidak
bingung, keluarga dapat menjelaskan kembali apa yang telah dijelaskan
(pengertian, penyebab, tanda dan gejala, penanganan).
Untuk memenuhi tujuan dan kriteria hasil
yang telah disebutkan di atas, maka intervensi keperawatan yang akan dilakukan
pada klien yaitu kaji tingkat pendidikan orang tua klien, kaji tingkat
pengetahuan orangtua klien, jelaskan kepada orangtua klien mengenai penyakit
bronkiolitis, libatkan keluarga dalam setiap tindakan pada klien (Doengoes,
2000).
Tindakan keperawatan pada tanggal 11
Januari 2016 yaitu mengkaji tingkat pendidikan orangtua klien.
Rasionalnya pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk perilaku akan pola
hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap peran. Semakin tinggi pendidikan
seseorang semakin mudah menerima informasi. Mengkaji tingkat pengetahuan orang
tua klien. Rasionalnya pengetahuan yang berbeda akan mempengaruhi penanganan
bronkiolitis, pengetahuan akan mempengaruhi perubahan sikap. Jelaskan kepada
orang tua mengenai penyakit bronkiolitis. Rasionalnya dengan mengetahui tentang
bronkiolitis diharapkan orangtua dapat mengerti penyakit bronkiolitis dan
penanganan yang benar pada penyakit bronkiolitis. Melibatkan keluarga dalam
setiap tindakan pada pasien. Rasionalnya peran
serta keluarga dapat membantu kesembuhan pasien dan keluarga mengerti
penanganan secara benar (Wilkinson, 2007).
Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada tanggal 11
Januari 2016 pada pukul 20.00 didapatkan hasil subjective (S), ibu klien mengatakan tahu sedikit tentang apa yang
dijelaskan tadi (pengertian dan penyebab bronkiolitis). Objective (O) ibu klien masih tampak bingung dengan demikian Assesment (A) masalah defisiensi
pengetahuan belum teratasi. Planning (P)
melanjutkan intervensi jelaskan kepada orangtua mengenai penyakit bronkiolitis,
libatkan keluarga dalam setiap tindakan pada klien.
Tindakan keperawatan pada tanggal 12 Januari 2016
yaitu menjelaskan kepada orangtua mengenai penyakit bronkiolitis, melibatkan
keluarga dalam setiap tindakan pada klien.
Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada tanggal 12
Januari 2016 pada pukul 20.00 didapatkan hasil subjective (S), ibu klien mengatakan sudah mengerti tentang apa
yang telah disampaikan (pengertian, penyebab, tanda gejala, dan penanganan
bronkiolitis). Objective (O) ibu
klien tidak tampak bingung dan dapat menjelaskan kembali apa yang telah
disampaikan dengan demikian Assesment
(A) masalah defisiensi pengetahuan teratasi. Planning (P) hentikan penyuluhan kesehatan.
4. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolik. Diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
dapat ditegakkan saat terdapat beberapa batasan karakteristik yang meliputi terjadi
penurunan berat badan, berat badan 20% atau lebih di bawah berat badan ideal,
bising usus hiperaktif, membran mukosa pucat (Nanda, 2015).
Produksi
sekret yang berlebih dapat mengakibatkan kurangnya kebersihan mulut, nafsu
makan menurun sehingga menyebabkan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan (Muttaqin, 2008).
Ibu
klien mengatakan An. V mengalami penurunan dalam minum ASI. Data Obyektifnya Antropometri yang ditemukan pada An. V
adalah BB: 3 kg, TB: 50 cm IMT: 12. Pengkajian Biomedical yaitu Hb 15.2 g/dl, Ht 47 %. Pengkajian Clinical sign mukosa bibir lembab,
konjungtiva tidak anemis. Pengkajian diit klien saat sakit minum ASI kurang
lebih 12 kali per hari, dan sebelum sakit klien dapat minum ASI kurang lebih 15
kali perhari. Gejala tersebut sesuai dengan batasan karakteristik sehingga
diagnosa yang muncul ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan.
Alasan
penulis mengangkat diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh yaitu karena intake makanan yang kurang dan keengganan untuk makan.
Pertolongan pertama dimulai dari pemeliharaan kondisi tubuh atau kebugaran anak
dimulai dari makanan. Asupan nutrisi yang cukup dan bergizi merupakan faktor
terpenting untuk kesehatan dan daya tahan tubuh anak dalam menghadapi berbagai
serangan penyakit. Dampak apabila masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh tidak tertangani akan terjadi penurunan daya tahan tubuh dan
proses penyembuhan akan terhambat (Wijaja, 2008).
Keterlambatan
penanganan asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
akan mengakibatkan terjadinya kekurangan nutrisi atau mengalami malnutrisi
(Arief, 2011).
Tujuan
yang ingin dicapai oleh penulis dalam mengatasi masalah ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan pada tanggal 11 Januari 2016 adalah melakukan
asuhan keperawatan selama 3x24 jam dengan harapan masalah ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan teratasi dengan kriteria hasil : berat badan
dalam batas normal.
Untuk
memenuhi tujuan dan kriteria hasil yang telah disebutkan di atas, maka
intervensi keperawatan yang akan dilakukan pada klien yaitu monitor adanya penurunan
berat badan, jelaskan kepada klien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi
(menyarankan ibu klien meningkatkan asupan nutrisinya), kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan nutrisi bagi anak (Nanda, 2015).
Tindakan
keperawatan pada tanggal 11 Januari 2016 yaitu memonitor adanya penurunan berat
badan, rasionalnya untuk mengidentifikasi klien yang beresiko mengalami
malnutrisi dan mereka yang memiliki status nutrisi yang buruk (Kozier, 2010).
Menjelaskan kepada klien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi (menyarankan
ibu klien meningkatkan asupan nutrisinya), rasionalnya penjelasan akan
pentingnya asupan nutrisi yang adekuat diharapkan mampu memotivasi klien serta
memberikan pemahaman kepada keluarga klien akan pentingnya nutrisi yang adekuat
bagi penyembuhan penyakit (Arief, 2011).
Evaluasi
untuk tindakan keperawatan pada tanggal 11 Januari 2016 pada pukul 20.00
didapatkan hasil subjective (S), Ibu
klien mengatakan An. V mengalami penurunan dalam minum ASI yaitu sebanyak 12
kali perhari. Objective (O) BB: 3 kg,
TB: 50 cm IMT: 12, Hb 15.2 g/dl, Ht 47 %, mukosa bibir lembab, konjungtiva
tidak anemis, mendapat tambahan PASI dengan demikian Assesment (A) masalah ketidakseimbangan nutrisi teratasi sebagian. Planning (P) melanjutkan intervensi Monitor
adanya penurunan berat badan, kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
nutrisi bagi anak.
Tindakan
keperawatan pada tanggal 12 Januari 2016 yaitu memonitor adanya penurunan berat
badan, berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan nutrisi bagi anak.
Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada tanggal 12
Januari 2016 pada pukul 20.00 didapatkan hasil subjective (S), Ibu klien mengatakan An. V minum ASI sebanyak 13
kali perhari. Objective (O) BB: 3,2
kg, TB: 50 cm IMT: 12,8 Hb 15.2 g/dl, Ht 47 %, mukosa bibir lembab, konjungtiva
tidak anemis, mendapat tambahan PASI dengan demikian Assesment (A) masalah ketidakseimbangan nutrisi teratasi sebagian. Planning (P) melanjutkan intervensi
Monitor adanya penurunan berat badan, kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan nutrisi bagi anak.
Tindakan keperawatan
pada tanggal 13 Januari 2016 yaitu memonitor adanya penurunan berat badan,
berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan nutrisi bagi anak.
Evaluasi untuk tindakan keperawatan pada tanggal 13
Januari 2016 pada pukul 14.00 didapatkan hasil subjective (S), Ibu klien mengatakan An. V minum ASI sebanyak 15
kali perhari. Objective (O) BB: 3,5
kg, TB: 50 cm IMT: 14, Hb 15.2 g/dl, Ht 47 %, mukosa bibir lembab, konjungtiva
tidak anemis, mendapat tambahan PASI dengan demikian Assesment (A) masalah ketidakseimbangan nutrisi teratasi sebagian. Planning (P) melanjutkan intervensi
Monitor adanya penurunan berat badan, kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan nutrisi bagi anak.
5. Kerusakan
pertukaran gas
Kerusakan pertukaran gas adalah
kelebihan atau defisit pada oksigenasi dan / atau eliminasi karbondioksida pada
membran alveolar kapiler. Diagnosa gangguan pertukaran gas dapat ditegakkan
saat terdapat beberapa batasan karakteristik yang meliputi pH darah arteri
abnormal (pH darah arteri normal yaitu 7.35-7.45), pernapasan abnormal
(misalnya kecepatan, irama, kedalaman), hipoksemia (penurunan konsentrasi O2
PaO2 < 85-100 mmHg SaO2 < 95%), hipoksia (suplai
oksigen kurang), napas cuping hidung.
Muncul kesenjangan antara teori dan
hasil yang ditemui di lahan yaitu penulis tidak mengangkat diagnosa kerusakan
pertukaran gas karena pada klien tidak muncul salah satu batasan karakteristik
dari yang sudah disebutkan diatas.
6. Intoleransi
aktivitas
Intoleransi aktivitas adalah
ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau
menyelesaikan aktifitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin
dilakukan. Diagnosa intoleransi aktivitas dapat ditegakkan saat terdapat
beberapa batasan karakteristik yang meliputi menyatakan merasa lemah,
menyatakan merasa letih, dispnea setelah beraktivitas, respon tekanan darah
abnormal terhadap aktivitas, respon frekuensi jantung abnormal pada aktivitas,
ketidaknyamanan setelah beraktivitas.
Muncul kesenjangan antara teori dan
hasil yang ditemui di lahan yaitu penulis tidak mengangkat diagnosa intoleransi
aktivitas karena pada klien tidak muncul salah satu batasan karakteristik dari
yang sudah disebutkan diatas.
B.
Simpulan
1. Hasil
pengkajian yang dilakukan pada klien, didapatkan data keadaan umum klien sedang,
ibu klien mengatakan An. V sesak napas dan muntah 4 kali sejak
semalaman, batuk berdahak dan pilek sejak 3 hari yang lalu, ibu klien tampak
bingung dan belum tahu tentang penyakit An V. Terdengar suara wheezing pada dada kanan dan kiri, RR :
68 x/menit (normal bayi : 30-60 x/ menit).
2. Diagnosa
keperawatan
a. Diagnosa
keperawatan yang pertama adalah ketidakefektifan bersihan jalan napas
berhubungan dengan mukus dalam jumlah berlebihan ditandai ibu
klien mengatakan anaknya batuk ketika terbangun dari tidurnya, batuk berdahak
dan tidak dapat dikeluarkan. Data objektifnya yaitu kesadaran klien compos mentis,
keadaan umum klien sedang, klien tampak lemas, terdengar suara wheezing pada
dada kanan dan kiri, RR: 68 kali permenit (normal bayi : 30 – 60 x/menit),
batuk.
b. Diagnosa
keperawatan yang kedua pada pasien adalah ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan hipoventilasi. ditandai dengan ibu klien yang mengatakan
bahwa Ibu
klien mengatakan An. A mengalami sesak napas, napasnya menjadi lebih cepat
karena sesak. Data objektifnya RR: 68x/menit.
c. Diagnosa
keperawatan ketiga adalah defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi ditandai dengan orangtua klien mengatakan belum mengetahui penyakit
yang diderita klien. Orang tua pasien tampak bingung.
d. Diagnosa
keperawatan keempat adalah Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat ditandai
dengan Ibu klien mengatakan An. V mengalami penurunan dalam minum ASI. Data
objektif Antropometri yang ditemukan
pada An. V adalah BB: 3 kg, TB: 50 cm IMT: 12. Pengkajian Biomedical yaitu Hb 15.2 g/dl, Ht 47 %. Pengkajian Clinical sign mukosa bibir lembab,
konjungtiva tidak anemis. Pengkajian diit klien saat sakit minum ASI kurang
lebih 12 kali per hari, dan sebelum sakit klien dapat minum ASI kurang lebih 15
kali perhari.
3. Intervensi
yang disusun penulis untuk diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas
antara lain yaitu monitor tanda – tanda vital klien, kaji
frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan, kemudian auskultasi bunyi napas,
beri kebebasan pada anak untuk mengambil posisi yang nyaman (miring), berikan
nebulizer atau lakukan fisioterapi dada, kolaborasi pemberian obat sesuai
terapi.
Intervensi yang disusun penulis untuk diagnosa
ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hipoventilasi paru antara lain monitor
tanda – tanda vital, monitor respirasi dan status oksigen, monitor pola
pernapasan abnormal frekuensi dan irama, berikan posisi yang nyaman untuk
klien, sarankan pada keluarga minimalkan penunggu dan pengunjung pasien,
kolaborasi oksigen via nassal kanul.
Intervensi yang disusun penulis untuk diagnosa
defisiensi pengetahuan antara lain bina hubungan saling percaya. Selanjutnya
kaji tingkat pendidikan keluarga, kaji tingkat pengetahuan keluarga, lakukan
penyuluhan kesehatan mengenai bronkiolitis, dan libatkan keluarga dalam setiap
tindakan pada pasien.
Intervensi yang disusun penulis untuk diagnosa
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan antara lain
monitor adanya penurunan berat badan, jelaskan kepada klien dan keluarga
tentang pentingnya nutrisi (menyarankan ibu klien meningkatkan asupan
nutrisinya), kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan nutrisi bagi anak.
4. Implementasi
Rencana keperawatan dapat penulis
implementasikan semua, tetapi tindakan pemakaian kateter penghisap (suction) tidak dilakukan. Alasan tidak
dilakukannya tindakan keperawatan ini di lapangan dikarenakan dapat menyebabkan
spasme laring dan pembengkakan, memungkinkan terjadinya peningkatan obstruksi
jalan napas (Speer, 2008).
5. Hasil
evaluasi yang didapatkan dari ketiga diagnosa keperawatan tersebut yang dapat
teratasi adalah defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi ditandai
dengan orangtua mengetahui penyakit yang diderita klien dan orangtua klien
mampu menjelaskan kembali apa yang tadi dijelaskan oleh perawat.
6. Kesenjangan
diagnosa keperawatan
Muncul kesenjangan antara teori dan hasil yang
ditemui di lahan yaitu penulis tidak mengangkat diagnosa intoleransi aktivitas
dan gangguan pertukaran gas karena pada klien tidak muncul salah satu batasan
karakteristik dari yang sudah disebutkan. Dan muncul kesenjangan antara teori
dan hasil pengkajian yaitu diagnosa keperawatan defisiensi pengetahuan tidak
muncul pada teori tetapi muncul pada keluarga klien berdasarkan hasil
pengkajian, sehingga diagnosa tersebut diangkat oleh penulis.
DAFTAR
PUSTAKA
Arief.(2011). Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapilis
Betz, Cecily Lynn dan Linda A.(2009). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 5.
Jakarta : EGC.
Doengoes, Marilyn E.(2000).Rencana
Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC
Hardjasaputra SL, dkk.(2007). Data
Obat Indonesia (DOI). Edisi 10. Jakarta : Grafidian Medipress
Joyce.(2009). Pengkajian Pediatrik. Edisi 4. Jakarta : EGC
Kalbemed.(2013). Infus Cepat
pemberian paracetamol IV. (On-line) : http://www.kalbemed.com/News/tabid/229/id/4129/Infus-Cepat-Pemberian-Paracetamol-IV.aspx diakses
pada tanggal 02 Maret 2016
Kozier, Barbara, dkk.(2010). Buku
Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 7 volume
1. Jakarta : EGC
Kusuma. C. HMS.(2006). Prediktor
Asma pada Usia 7 Tahun Setelah Menderita
Bronkhiolitis
Akut Karena Respiratorik Syncytial Virus : Suatu Studi
Prospektif. Malang
: Jurnal Kedokteran Brawijaya.
Mandal.(2008). Penyakit
infeksi. Surabaya : Erlangga.
Marni.(2014). Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Gangguan Pernapasan.
Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Muscari, Mary E.(2005). Panduan
Belajar Keperawatan Pediatrik.Edisi
3.Jakarta:EGC.
Muttaqin, Arif.(2008). Buku
Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Imunologi. Jakarta :
Salemba Medika
Nanda.(2015). Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda Nic-Noc. Edisi
Revisi Jilid 1. Yogyakarta : Mediaction.
Rahajoe.(2010).Buku Ajar
Respirologi Anak. Edisi Pertama. Jakarta : Badan
Penerbit IDAI
Ranuh, IG.N. GDE.(2013). Beberapa
Catatan Kesehatan Anak. Jakarta :
Sagung Seto.
Rekam Medis RSUD Temanggung.(2015). Rekapitulasi Penyakit Rawat Inap
2014-pertengahan juli 2015.Temanggung.
RSUD Teamnggung.
Rianto, Setiabudi.(2012). Dexamethasone
pada Anak. (On-line) : http://ahli-farmasi.blogspot.com/2012/01/dexamethasone.html#axzz2W6plfpcc diakses
tanggal 02 maret 2016
Speer, K. M.(2008). Rencana
Asuhan Keperawatan Pediatrik (terjemahan). Edisi
3. Jakarta : EGC.
Subanada, dkk.(2009). Faktor-Faktor
yang Berhubungan dengan Bronkiolitis
Akut. Jakarta : FKUI
Suriadi dan Rita Yuliani.(2010). Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 2.Jakarta: Sagung Seto.
Widagdo.(2011). Masalah dan Tatalaksana
Penyakit Infeksi pada Anak. Jakarta :
Sagung Seto.
Widjaja, M.C.(2008). P3K Pada Balita. Jakarta : Kawan
Pustaka.
Wong, Donna L.(2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi
6. Jakarta : EGC








Gambar
2.1. anatomi sistem pernapasan

|
BRONKIOLITIS

Disusun
Oleh :
Restu Putri Lutfia A
P.17420513068
POLTEKKES
KEMENKES SEMARANG
PRODI
DIII KEPERAWATAN MAGELANG
2016
SATUAN
ACARA PENYULUHAN (SAP)
BRONKIOLITIS
Pokok
Bahasan : Bronkiolitis
Hari/Tanggal : Senin, 11 Januari 2016
Waktu : 20 menit
Sasaran : Keluarga An V
Tempat : Bangsal Seruni Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung
I.
Tujuan Intruksional Umum
Setelah
dilakukan penyuluhan diharapkan peserta lebih memahami dan lebih mengerti
tentang penyakit Bronkiolitis.
II.
Tujuan Intruksional Khusus
Setelah
mengikuti penyuluhan diharapkan peserta mampu:
1. Menjelaskan
pengertian dari Bronkiolis
2. Menjelaskan penyebab Bronkiolitis
3. Menjelaskan
tanda dan gejala Bronkiolitis
4. Mengetahui
cara pengobatan Bronkiolitis
III.
Metode dan teknik penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya
jawab
IV.
Media
Leaflet
V.
Kegiatan penyuluhan
No
|
Kegiatan
|
Kegiatan Penyuluhan
|
Peserta
|
Waktu
|
1.
|
Pembukaan
|
1.
Membuka kegiatan dengan mengucap salam.
2.
Memperkenalkan diri.
3.
Menjelaskan tujuan dari penyuluhan.
4.
Kontrak waktu.
5.
Menyebutkan materi yang akan diberikan.
6.
Melakukan apersepsi
|
1.
Menjawab salam
2.
Mendengarkan.
3.
Memperhatikan
4.
Memperhatikan
5.
Memperhatikan
6.
Memperhatikan
|
5 menit
|
2.
|
Isi
|
Memberi penjelasan tentang
:
1.
Pengertian Bronkiolitis
2.
Penyebab Bronkiolitis
3.
Tanda dan gejala Bronkiolitis
4.
Pengobatan Bronkiolitis
|
Memperhatikan
|
10 menit
|
3.
|
Evaluasi
|
1.
Sharing dengan keluarga klien.
2.
penyuluh bertanya kepada peserta
|
Sangat antusias
Keluarga pasien dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
penyuluh
|
10 menit
|
4.
|
Terminasi
|
1.
Pembagian leaflet
2.
Mengucap terima kasih atas perhatian peserta.
3.
Mengucap salam penutup
|
1.
Menerima leaflet
2.
Mendengarkan
3.
Menjawab salam
|
5 menit
|
VI.
Evaluasi
Dilakukan
setelah ceramah diberikan dengan mengacu pada tujuan yang di tetapkan.
1.
Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
2.
Peserta
tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan selesai
3.
Peserta terlibat aktif dalam kegiatan
penyuluhan
4.
Peserta mengerti tentang penyakit Bronkiolitis
5.
Dapat menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, penanganan
VII.
Materi penyuluhan
- Definisi Bronkiolitis
Bronkiolitis
adalah suatu peradangan pada bronkiolus yang disebabkan oleh virus (Suriadi,
2010 p.35).
2. Etiologi
(penyebab)
Penyakit
ini umumnya disebabkan oleh respiratory
syncytial virus (RSV), biasanya terjadi pada anak usia 2 sampai 12 bulan
(Speer dalam Marni 2014 p.74).
- Manifestasi Klinis
i.
Sering bersin dan banyak secret atau lendir
j.
Demam ringan
k. Tidak
dapat makan dan gangguan tidur
l.
Retraksi atau tarikan pada dinding dada;
suprasternal, interkostal, dan subkostal pada inspirasi
m. Napas
cepat
n.
Terdapat wheezing
(mengi)
o. Batuk
p. Cemas
(Suriadi, 2010 p.35-36)
4. Cara
pengobatan dan penanganan
Tidak
ada pengobatan, karena penderita akan sembuh dalam waktu dua minggu. Akan
tetapi beberapa rumah sakit menyediakan oxygen theraphy. Pemberian antibiotik
bertujuan menghindari infeksi sekunder oleh mikroorganisme. Sangat perlu untuk
menjaga keseimbangan air dalam tubuh agar tidak terjadi dehidrasi, dan
terkadang diberikan obat penurun panas. Bagi bayi yang terjangkit bronkiolitis
perlu mendapat perawatan yang serius karena dapat menyebabkan kesulitan dalam
bernafas.
VIII.
Daftar pustaka
Doenges,
Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Pasien. ed.3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Guyton,
Arthur C. & John E. Hall. 2006. Buku
Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Muttaqin,
Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gannguan Sistem Pernafasan.
Jakarta: Salemba Medika.
Nanda.(2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Edisi Revisi Jilid 1.
Yogyakarta : Mediaction.
Speer,
Kathleen Morgan.2007. Rencana
Asuhan Keperawatan Pediatrik dengan Clinical Pathways, Ed.3. Jakarta : EGC.
Suriadi dan Rita Yuliani.(2010). Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi
2.Jakarta: Sagung Seto.
Wong,
dkk. 2008. Buku Ajar Keperawatan
Pediatrik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.



![]()
![]() ![]() |
![]() ![]()
![]() |
BRONKIOLITIS
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]()
POLTEKKES
KEMENKES SEMARANG
PRODI
DIII KEPERAWATAN MAGELANG
2016
|

![]()
1. Sering bersin dan banyak lender
2. Demam ringan
3. Tidak dapat makan dan gangguan tidur
4. Napas cepat
5. Terdapat wheezing (mengi)
6. Batuk
7. Cemas
|
![]()
![]() |
![]() ![]() ![]()
|
|
1. Nama
Lengkap : Restu Putri Lutfia Akhsani
2. NIM : P.17420513068
3. Tanggal
Lahir : 22 September 1995
4. Tempat
Lahir : Magelang
5. Alamat
Rumah
a. Dusun : Karanganyar Rt01/Rw05
b. Kelurahan : Rambeanak
c. Kecamatan : Mungkid
d. Kab/Kota : Magelang
6. Telepon
a. Rumah : -
b. HP : 085747347747
c. Email : restuputri93@gmail.com
RIWAYAT
PENDIDIKAN
1. Pendidikan
SD di MIM Rambeanak II
lulus tahun 2007
2. Pendidikan
SLTP di SMP Muhammadiyah
Borobudur lulus tahun 2010
3. Pendidikan
SLTA di SMK Kesdam IV Diponegoro lulus tahun 2013
DAFTAR PRESTASI
Juara 1 badminton se-kecamatan mungkid tahun 2006
Magelang,
Maret
2016
RESTU PUTRI LUTFIA
A
NIM.
P17420513068


Lucky Club Casino Site - Lucky Club
BalasHapusThe Lucky Club Casino site. Lucky Club. Lucky Club. Find all the information you need about the casino's services and games. All luckyclub you need to Rating: 3 · 6 votes · Free · Android · Game